14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Satia Guna Main “Bahaya”, Teror Cerita Teror Aktor…

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
February 2, 2018
inUlasan

Satia Guna memainkan naskah monolog "Bahaya" karya Putu Wijaya. /Foto-foto: Putu Satria Kusuma

43
SHARES

Ketika tukang cukur menghunus pisau untuk meratakan godek, aku tersentak. Aku baru menyadari bahwa kehidupan berbahaya. Dunia manusia sama buasnya dengan rimba raya. Mengancam. Di mana-mana menganga bahaya.

Siapa yang dapat menjamin tukang cukur itu tidak hanya akan merapikan godek dan jenggot kita. Bagaimana kalau dia menorehkan pisah itu ke leherku?

ITULAH deretan kata-kata awal dari naskah monolog “Bahaya” karya Putu Wijaya. Naskah itu dimainkan dengan begitu atraktif sekaligus ekspresif oleh aktor Satia Guna dengan sutradara Wulan Dewi Saraswati dari Komunitas Mahima serangkaian Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya.

Begitu naskah itu dimasak, ngerodok dalam tungku panggung dan dimainkan liar dalam keluasan blocking, teror seakan memenuhi segala ruang di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Jalan Pantai Indah, Singaraja, Sabtu 6 Mei 2017, malam. Teror bukan saja datang dari gedoran kata-kata dalam naskah, melainkan juga dari gedoran kata-kata yang dikunyah lalu dimuntahkan dari mulut si actor.

Pentas dibuka dengan musik berketukan mars yang ketat dan teratur. Meski ketat, di telinga musik itu terdengar seperti musik pengiring pasukan pelawak yang sedang baris-berbaris. Si aktor, Satia Guna, masuk ke panggung melalui sela penonton dengan bernyanyi (liriknya adalah narasi dari naskah baris pertama) sekaligus memamerkan gerakan yang juga ketat dan teratur, namun jelas sekali ia tidak sedang latihan baris-berbaris. Ia mirip seseorang yang sedang putus asa namun tetap berusaha melangkah dengan gembira.

Di panggung naskah yang bercerita tentang manusia paranoid, selalu pencuriga dan merasa bahaya selalu mengintainya, dimainkan dengan tenaga yang kuat, baik tenaga dari fisik yang bergerak maupun tenaga dari semburan kata-kata. Olahan berbagai jenis karakter manusia yang pencuriga, berbagai obyek yang dicurigai, dan berbagai jenis karakter manusia yang sok tahu tentang hal-hal yang berbahaya, dimainkan dengan jalinan gerak-kata yang ketat, ya, seperti musik mars yang beberapa kali ganti ketukan.

Ya, siapa berani menjamin bahwa tukang cukur itu tidak akan menorehkan pisaunya di leherku yang sedang dicukur? Ya, siapa yang berani menjamin tukang masak restoran tak akan memasukkan racun ke dalam masakan lalu menghidangkannya kepadaku yang sudah sejak lama menunggu di sisi meja restoran?

Di sisi lain, siapa yang dapat menjamin, bahwa aku juga dapat dipercaya? Karena aku terdiri dari otak, rasa serta emosi. Kalau emosi sudah meluap, rasa akan terbakar dan otak bisa lumpuh. Dalam keadaan begitu, aku bukan manusia lagi, tapi binatang. Robot calon pembunuh!

Setiap waktu aku dapat menjadi jagal orang lain dalam setiap kesempatan. Karena siapa dapat menjamin, aku tidak akan meraih pisau makan di restoran dan menusukkannya ke lambung orang makan yang ada di sebelahku yang matanya begitu menjijikkan.

Siapa yang dapat menjamin aku tidak akan berteriak bohong, bangsat, anjing, lonte dan sebagainya dalam sebuah pertemuan resmi, ketika seorang walikota dihadiahi kehormatan sebagai Putra Terbaik?

Siapa yang dapat menjamin, aku tidak akan merebut pistol di pinggang seorang polisi di jalan, lalu menembakkan sampai pelurunya habis, ke atas kepala siapa saja yang kebetulan lewat?

Semua tokoh yang lalu-lalang dalam cerita dengan penuh konflik sekaligus penuh sesak oleh pesan-pesan kontemplatif itu digerakkan secara leluasa, liar, ketat, tegang, menembak dan tentu saja meneror. Konflik diurai dengan perpindahan gerak, perpindahan properti seperti bunga mawar, semangka, meja, dan pisau, dengan cepat, bahkan tak terduga. Pesan-pesan diurai dengan perubahan karakter vokal, mimik dan gestur, yang juga cepat, bahkan juga tak terduga.

Penonton seakan tak bisa berpaling. Hingga terasa bukan aktor yang dikepung penonton di ruang sempit Rumah Belajar Komunitas Mahima malam itu, melainkan penonton yang seakan dikepung teror yang ditembakkan si aktor sendirian bertubi-tubi. Teror kata-kata untuk telinga, teror adegan demi adegan untuk mata. dan tak lupa, teror pesan untuk hati dan otak.

Dengan demikian, penonton sekaligus juga merasa seperti pemain. Merasa seperti tukang cukur, merasa seperti yang dicukur. Merasa seperti tukang masak restoran, merasa seperti pelanggan restoran. Merasa seperti walikota, merasa seperti si pemaki walikota. Seperti diungkapkan seorang penonton, Dr. I Ketut Margi, dosen Sosiologi di Undiksha Singaraja, “Monolog ini seperti membicarakan kita yang selalu curiga akan bahaya di sekitar kita, padahal sesungguhnya diri kitalah yang berbahaya.”

Sutradara Wulan Dewi Saraswati

Putu Wijaya, semua tahu, adalah penulis naskah-naskahdengan cerita teror yang hampir selalu mengesankan. Ia menggedor cara berpikir kita yang konvensional, lalu memutarbalikkannya apa-apa yang selama ini kita yakini tentang diri kita, dan akhirnya membuat kita menyerah dan berkata, “Iya, seperti itulah aku!”

Jadi, naskah “Bahaya” sesungguhnya “berbahaya” dimainkan oleh aktor yang tidak sungguh-sungguh bermain, tapi hanya sekadar bisa main-main. Bahkan bukan hanya naskah “Bahaya”, tapi hampir semua naskah Putu Wijaya “berbahaya” dimainkan secara main-main, meskipun naskah dan ceritanya kelihatan main-main.

Satia Guna, aktor muda yang juga penulis cerpen dan puisi, dan sutradara Wulan Dewi Saraswati yang juga penulis cerpen dan puisi, ini tidak sedang memperlihatkan niat main-main. Ia justru serius bermain. Bahkan saking seriusnya, mereka tampaknya lupa melakukan kontrol yang lebih manusiawi di sejumlah bagian. Sehingga teror yang tak terkontrol itu seakan ditembakkan seperti rentetan peluru, padahal sesungguhnya ada teror yang mengintip seperti kucing, berjalan pelan, mengeong seperti lagu pop yang mendayu, namun pada saat yang tepat menyambar seperti singa menerkam mangsa.

Wulan, si sutradara, usai pentas menyatakan Satia Guna, si aktor, awalnya bermain kalem, lalu ia menggenjotnya agar menjadi lebih ganas. Namun kemudian aktor menjadi terlalu ganas, sehingga selaku sutradara ia kembali mengontrolnya agar teror sesekali bisa terasa lebih lembut.

Permainan Satia Guna yang total

Kontrol sutradara mungkin bisa ampuh ketika permainan masih dalam proses latihan. Tapi, begitu berada di atas panggung, sepenuh permainan adalah kuasa sekaligus tanggungjawab si aktor. Bahkan ketika ada “sesuatu” yang ajaib dan tak terduga, semisal perasaan trance yang tiba-tiba “menyerang” si aktor, semua itu itu adalah tanggungjawab aktor untuk mengontrolnya dengan sepenuh kesadaran.

Putu Satria Kusuma, aktor senior dan penggagas festival monolog itu, mencontohkan permainan pisau yang ditunjukkan aktor di atas panggung. Pisau sesungguhnya bisa dimainkan secara perlahan, diusap perlahan dengan tangan, ditarik perlahan, lalu diulur perlahan kea rah leher yang telanjang, justru bisa menunjukkan betapa ngeri sejatinya si pisau itu. Ketimbang misalnya pisau itu diayun dengan cepat dan beringas, sebagaimana beberapa kali dimainkan oleh si aktor.

Pisau yang bergerak perlahan memperlihatkan dengan jelas betapa tajam mata pisau itu. Pisau yang bergerak cepat justru menyembunyikan kejatamannya dari pandangan mata. Demikian pula, mungkin, proses seorang aktor atau aktris dalam dunia teater yang sembunyi sekaligus dipertunjukkan. (T)

Tags: Festival Monolog Bali 100 Putu WijayaMonologPutu Wijayaseni pertunjukanTeater
Previous Post

Cerita-Cerita di Garis Perkembangan – Catatan Lomba Cerpen Festra Basindo Undiksha

Next Post

Catatan-catatan Rabindranath Tagore tentang Bali

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post

Catatan-catatan Rabindranath Tagore tentang Bali

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co