2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Baca Lontar Menembus Lorong Waktu: Intelektual Bali Lampau dan Kegagapan Kita Kini

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
February 2, 2018
inFeature

Foto: tatkala.co

206
SHARES

KEGIATAN identifikasi cakepan lontar di rumah Kelian Desa Pakraman Buleleng, Nyoman Sutrisna, di wilayah Delod Peken, Kelurahan Kendran, tepatnya di Jalan Gajah Mada Singaraja, Kamis 16 Maret 2017, sepertinya bukan sekadar aktivitas membaca isi lontar. Kegiatan yang dilakukan anak-anak muda penyuluh Bahasa Bali di Buleleng bersama pemerhati lontar dari Hanacaraka Society, itu seakan sebuah petualangan untuk menembus lorong waktu.

Belasan cakep lontar yang dibaca di rumah itu hampir mirip dengan cakepan lontar yang diidentifikasi di rumah warga lain di Bali. Antara lain kekawin, usadha dan hal-hal yang berkaitan dengan kawisesan. Namun dari isi lontar itu diketahui kemudian tentang intensitas pergaulan para intelektual Buleleng (atau lebih luas para cendekiawan Bali) pada masa yang cukup lampau, yakni pada awal abad ke-20 hingga menjelang Indonesia Merdeka.

Identifikasi lontar dan Nyoman Sutrisna yang diwawancarai wartawan dalam kegiatan itu

Bolehlah dikata masa tahun 1920-1945 adalah masa keemasan cendekiawan Bali dalam merumuskan sekaligus menyilangbenturkan berbagai pemikiran untuk masa depan Bali. Pada masa itu mereka bergaul luas bukan sekadar fisik antara orang pribumi dan orang Belanda. Namun mereka juga bergaul dalam ulang-alik ilmu dari dunia tradisional Bali dengan keilmuan dari dunia modern.

Mari kita masuk lorong waktu menuju tahun-tahun awal abad ke-20.

Sejumlah lontar yang dibaca di rumah Nyoman Sutrisna (juga menjabat Kepala Dinas Pariwisata Buleleng) itu cukup menarik. Ada lontar tertulis tahun 1903 sebanyak dua cakep berisi beberapa naskah tentang pedoman wirasa dan bahasa Jawa Kuno. Tulisannya bagus, tata bahasanya bagus.

Lebih menarik lagi, pada periode 1931 sampai 1944 lontar-lontar itu ditulis ulang atau disalin kembali, Proses penyalinan diduga dilakukan, salah satunya untuk melengkapi koleksi lontar di Gedong Kirtya. Selain, tentu saja, sebagai sarana belajar dan diskusi.

Jadi, bisa dibayangkan pada periode itu, pergaulan para intelektual Buleleng sungguh menggairahkan. Rumah Nyoman Sutrisna di Delod Peken itu hampir dipastikan menjadi tempat berkumpulkan para intektual sekaligus sebagai tempat untuk mengadu ide dan pemikiran.

Pertanyaannya, pada masa emas itu, siapakah intelektual yang menjadi “penjaga gawang” di rumah yang cukup luas dan besar itu?

Jawabannya adalah I Njoman Kadjeng, yang tentu saja masih keluarga dari Nyoman Sutrisna yang kini jadi Kelian Desa Pakraman Buleleng.

Siapa I Njoman Kadjeng? Dia adalah cedekiawan yang tak bisa dilupakan jika bicara tentang riwayat perkembangan dunia pemikiran modern di Bali. Kadjeng adalah salah satu dari sejumlah cendekiawan Buleleng yang menderikan organisasi modern bernama Shanti.

Organisasi itu lahir tahun 1923. Sebuah organisasi yang beranggotakan intelektual Buleleng yang menerbitkan kalawarta (newsletter) bernama Shanti Adnyana, terbit bulanan memuat masalah pendidikan dan agama Hindu Bali (Agama Tirtha).

Terbitan ini disebarkan terutama di kalangan pegawai dan guru. Shantibukan hanya menerbitkan majalah, melainkan juga merupakan sebuah organisasi pergerakan yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan yang memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan. Pengurusnya, selain Njoman Kadjeng, juga ada Ketut Nasa, I Gusti Putu Jlantik, dan I Gusti Putu Tjakra Tenaja. Shanti Adnyana kemudian disebut-sebut sebagai perintis pers di Bali.

Kiprah intelektual Njoman Kadjeng tak pernah putus. Setelah Shanti Adnyana tak terbit, kemudian sempat digantikan Bali Adnyana dan Surya Kanta, pada tahun 1931 di Singaraja terbit majalahBhawanagara. Majalah ini berbahasa Melayu, diterbitkanYayasan Kirtija Liefrinck van der Tuuk.

Majalah ini mendapat dukungan pemerintah kolonial, tahun 1931 terbit edisi perdanaBhawanagara dengan tebal 40 halaman. Dr. R. Goris bersama I Gusti Putu Djlantik, I Gusti Gde Djlantik, I Njoman Kadjeng, dan I Wajan Ruma, menjadi redaktur majalah ini. Majalah ini punya tag-line: Soerat boelanan oentoek memperhatikan peradaban Bali.

Bhawanagarayang tutup pada tahun 1935 digantikan oleh kehadiran majalah kebudayaan bulananDjatajoe. Mulai terbit 1936 diterbitkan oleh organisasi bernamaBali Darma Laksana. KelahiranDjatajoedisebutkan dipengaruhi oleh majalahPoedjangga Baroe, penuh dengan nuansa kesastraan dan pemikiran kebudayaan yang lebih meng-Indonesia. Pemimpin redaksi pertamaDjatajoeadalah I Goesti Nyoman Pandji Tisna, kemudian dipimpin oleh Njoman Kajeng dan Wayan Badra.

Majalah itu terbit sampai 1941. Tapi hingga kini kita mengenal I Goesti Nyoman Pandji Tisna sebagai pujangga besar dengan novelnyaSoekresni Gadis Bali. Njoman Kadjeng juga meninggalkan warisan penting, yakni terjemahan kitabSarasamuscayayang beredar dengan puluhan kali cetak ulang. Terjemahannya langsung dari teks bahasa Sanskerta dan Djawa-Kuna.

Salah satu artikel Wayan Badra

Artikel-artikel Wayan Badra yang ditulis dalam bahasa Belanda dimuat di berbagai jurnal kebudayaan nasional dan international yang menunjukkan kaliber intelektualitasnya. Badra hingga kini dianggap sebagai dedengkot di balik pendirian terbitan-terbitan di Buleleng tahun 1920-1940-an yang juga pernah menjadi Ketua Gedung Kirtya yang sangat disegani para peneliti budaya Bali, baik peneliti Belanda dan negara-negara lain.

BACA SELENGKAPNYA : PARA PERINTIS PERS BALI & KAUM INTELEK BALI UTARA

Rumah Njoman Kadjeng hingga kini masih terpelihara dengan baik. Bangunan kuno itu berada di belakang rumah Nyoman Sutrisna, dan masih berada dalam satu halaman/pekarangan. Di rumah itu juga sempat tinggal Dr. R. Goris, budayawan yang punya perhatian sangat besar pada kebudayaan Bali.

Lontar yang disimpan di rumah Nyoman Sutrisna itu sebagian besar peninggalan Njoman Kadjeng. Jadi, lontar itu bisa dijadikan kendaraan untuk menembus lorong waktu agar bisa masuk ke suasana rumah itu pada masa tahun 1920 hingga 1950-an.

Bisa dibayangkan bagaimana intelektual Bali melakukan diskusi, debat gagasan, dan adu pemikiran, di rumah itu, sehingga lahir sejumlah karya yang dihasilkan secara bersama-sama dalam bentuk penerbitan, maupun karya-karya personal dalam bentuk buku, novel, karya sastra, maupun artikel di media massa lokal dan nasional.

Rumah Njoman Kadjeng masih terpelihara hingga kini

Dengan begitu, bisa dibayangkan juga bagaimana bergairahnya kegiatan pembacaan lontar, penyalinan lontar, sekaligus pelajaran tentang tata cara belajar Jawa Kuno, huruf Bali, penulisan arti dan persepsi dari isi lontar itu, dilakukan di rumah itu dengan atmosfir pemikiran tradisional yang bersumber dari lontar sekaligus atmosfir pemikiran modern yang dihasilkan dari pergaulan dengan dunia barat dalam bentuk buku dan diskusi bersama Dr. R Goris.

Seperti kata Sugi Lanus, temuan lontar-lontar di rumah kediaman I Njoman Kadjeng itu sebagai bukti bahwa cendekiawan di era itu mengakses naskah-naskah leluhur berbahasa Jawa Kuno dan Sanskrit secara langsung. Padahal mereka juga menyongsong dengan naskah-naskah modern yang dihasilkan dari pemikiran orang-orang Barat.

“Cendikiawan kekinian di Bali sangat jarang memasuki perdebatan pemikiran dan persoalan-persoalan modern dengan pijakan naskah-naskah politik, etika, dan filsafat yang tertulis di naskah-naskah Bali. Dunia dan alam pikir masyarakat Bali tidak lagi cukup kuat pijakan akar pemikirannya pada naskah-naskah leluhurnya,” kata Sugi Lanus, pendiri Hanacaraka Society yang hadir saat identifikasi lontar itu.

Kata Sugi Lanus, implikasi dari terlepasnya pijakan dari naskah leluhur itu, kita menjadi gagap ketika diajak membicarakan identitas. Ketika mereka membicarakan “ajeg Bali” entah ajeg bersandar dan bersumber dari acuan mana mereka maksud. Mengajegkan Bali atau “menjaga kebalian” itu wacana yang kabur. “Pariwisata Budaya atau semua emblem budaya yang dijadikan jargon saat ini entah di mana acuan etik, politik dan filosofisnya?” (T)

Tags: ajeg baliBahasa Balicendekiawanlontar
Previous Post

Tualang Banyuwangi (1) – Bertaruh Nyawa di Kawah Ijen

Next Post

Acep Zamzam Noor# Kwatrin Kegembiraan, Kwatrin Kesedihan

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post

Acep Zamzam Noor# Kwatrin Kegembiraan, Kwatrin Kesedihan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co