JIKA benci pada pahlawan kesiangan, carilah nasi kuning. Nasi kuning, bagi mahasiswa di Singaraja, bukanlah pahlawan kesiangan, seperti orang yang tiba-tiba datang ketika semua persoalan beres.
Nasi kuning adalah “pahlawan kepagian” sekaligus juga “pahlawan kemalaman”, terutama bagi kami para mahasiswa dengan ekonomi pas-pasan.
Jika di Denpasar dan sekitarnya nasi bungkus murah terkenal dengan nama nasi jinggo, di Singaraja nasi kuning sudah lama menjadi menu murah-meriah, bukan saja bagi mahasiswa tapi juga bagi ibu rumah tangga atau bapak rumah tangga yang malas (baca: tak punya waktu) memasak.
Baru belakangan ini, nasi kuning di Singaraja dapat saingan nasi jingo. Bahkan nasi jinggo yang lebih kreatif dengan menu aneh-aneh. Semisal nasi jinggo be genyol, be pindang atau be gerang.
Meski dapat saingan, nasi kuning tetap saja laris. Karena nasi kuning lebih konsisten, lebih ajeg, dan lebih banyak pilihan, terutama bagi kalangan mahasiswa. Ya, karena kuliner itu menjadi salah satu alternatif makanan yang terjangkaudi kantong dan enak di tenggorokan.
Bagi saya, mahasiswa dengan kantong yang kadang berisi dan lebih banyak kosongnya ini, nasi kuning adalah kuliner mahapenting dan sering menjadi menu sarapan dan makan malam. Dengan uang Rp 5.000 saja sudah bisa mendapatkan 1 porsi nasi kuning lengkap dengan embel-embelnya yaitu sahur, tempe manis, ayam suir-suir, abon, serta sedikit kuah.
Sangat nikmat, begitulah para anak-anak kos ditanya tentang rasa nasi kuning tersebut. Apakah benar nikmat karena memang enak, atau benar nikmat karena kelaparan, entahlah.
Nasi kuning sangat fenomenal di Singaraja baik itu pagi maupun malam. Pagi hari ketika subuh, para pedagang sudah mulai memasang meja serta tenda kecil di pinggiran jalan raya tepatnya di atas trotoar. Jalan Udayana, Jalan Sudirman, dan beberapa jalan lainya diramaikan oleh para pedagang nasi kuning yang siap menyajikan sarapan murah meriah bagi anak kos.
Warga lokal yang ibu rumah tangga atau bapak rumah tangga juga tidak kalah. Mereka juga ikut mengantre untuk medapatkan porsi sarapan pagi mereka. Terutama bagi keluarga karir yang mana si bapak serta si ibu harus bangun pagi, tak sempat masak, dan harus secepatnya ngantor.
Para orang tua tak jarang mengajak anaknya untuk membeli nasi kuning dan menjadikan nasi kuning sebagai bekal sekolah. Ya, memang sangat membantu meringankan beban wanita karir di pagi hari.
Bagi mahasiswa kos, jangan dibilanglah. Pada pagi hari, nasi kuning adalah “pahlawan kepagian”. Nasi kuning sudah tersedia di tepi jalan pada pagi-pagi benar, jauh lebih pagi dari mahasiswa yang merasa bagun pagi. Apalagi bagi mahasiswa yang dapat kuliah jam AB.
Mahasiswa kuliah AB ini akan gelagapan bangun sepagi-paginya, mandi, atau sekadar cuci muka, lalu ikut ngantre di depan dagang nasi kuning. Kadang ngantre berdesak-desakan bersama ibu-ibu pakaian PNS, ibu pakai seragam bank, atau ibu yang hanya pakai daster tidur. Kadang, karena takut telat, mereka saling menyalip antrean.
Nah, pada malam hari, nasi kuning adalah “pahlawan kemalaman”. Bahkan pada malam hari, dagang nasi kuning tampak lebih banyak. Lihat pemandangan unik Jalan Diponogoro dekat Pasar Tingkat Singaraja dan Jalan Ahmad Yani sekitaran Pasar Loak. Siapa yang tak pernah belanja ke sana beli nasi kuning malam-malam?
Sebagian besar warga lokal dan juga mahasiswa selalu menghampiri para dagang nasi di kiri kanan jalan. Dagang itu berderet di malam hari mulai pukul 9 malam hingga dini hari.
Sungguh luar biasa, mereka adalah para ibu-ibu yang memberikan layanan kuliner buat mereka yang beraktivitas pada malam hari, terutama mahasiswa yang berkutat dengan tugas kuliah dan organisasi kampus.
Mahasiswa yang suntuk mengerjakan tugas, proposal atau skripsi, tak akan ingat makan pada saat bekerja. Baru setelah kerjaan selesai, barulah perutnya ngeroncong. Dan malam sudah sangat malam. Sudah pukul 02.00, 03.00, bahkan pukul 04.00 dinihari. Saat itulah tak ada makanan lain dalam bayangan mereka, kecuali nasi kuning.
Untuk menghibur diri, mahasiswa kadang terlibat obrolan serius bahwa nasi kuning itu makanan sehat. Kenapa? Bahan untuk membuat nasi jadi kuning adalah kunyit dicampur minyak kelapa murni. Kunyit, siapa tak tahu kunyit. Banyak obat herbal berasal dari campuran kunyit, misalnya untuk mengobati luka dalam.
Luka dalam? Ya, semisal sakit hati. Sakit hati? Apakah putus cinta termasuk di dalamnya?
Hi hi hi. Hidup, Nasi Kuning! (T)