APA itu SKS? Apa gunanya?
Yang duduk di bangku kuliah pasti sangat familiar dengan sebutan ini.SKS adalah singkatan dari Satuan Kredit Semester. Sistem SKS ini digunakan umumnya di perguruan tinggi. Dengan sistem ini, mahasiswa dimungkinkan untuk memilih sendiri mata kuliah yang akan ia ambil dalam satu semester.
SKS digunakan sebagai ukuran:
- Besarnya beban studi mahasiswa.
- Besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha belajar mahasiswa.
- Besarnya usaha belajar yang diperlukan mahasiswa untuk menyelesaikan suatu program, baik program semesteran maupun program lengkap.
- Besarnya usaha penyelenggaraan pendidikan bagi tenaga pengajar.
Itu penjelasan yang benar. Penjelasan tentang “SKS” itu saya dikutip dari id.wikipedia.org. Kesimpulannya, SKS adalah suatu sistem belajar mengajar yang melibatkan mahasiswa dan dosen dalam suatu perguruan tinggi.
SKS ini lumayan membuat repot. Iya, kalau gak repot bukan mahasiswa namanya. Mahasiswa yang sedang liburan semester biasanya dengan sengaja (meski agak menggerutu) memotong hari liburnya untuk ke kampus lebih dahulu. Untuk apa? Ya untuk menyusun KRS (Kartu Rencana Studi) yang di dalamnya terdiri dari beberapa SKS.
Tapi ada juga mahasiswa yang terlalu asyik liburan. Mungkin terlalu asyik pacaran dengan gadis di kampungnya, atau terlalu asyik libur ke luar negeri. Karena terlalu asyik, lupalah mereka menyusun KRS. Terlambat. Dan ini bikin repot, lebih repot dari mahasiswa yang rela bolak-balik nguras KRS saat liburan. Yang susah bukan hanya diri sendiri, tapi juga dosen pembimbing. Jika dosen pembimbingnya penyabar, kita bisa nyaman meski repot. Ya, jika dosennya galak dan punya banyak kerjaan, waduh, tak terbayangkan…
Belum lagi bagi mahasiswa yang mendapat IP (Indeks Prestasi) di bawah rata-rata hanya dapat mengambil “SKS” yang alakadarnya, tentu itu lebih menyusahkan mahasiswa itu sendiri. Sekali lagi, juga lebih menyusahkan dosen pembimbing.
Oke, itu SKS dengan penjelasan yang benar. merupakan sejumlah problem bagi mahasiswa dan dosen, tetapi saya tidak akan membahas problem tersebut lebih jauh karena terlalu serius. Jadi saya ingin membahas sejumlah problem yang lebih santai.
Sistem Kebut Semalam
Terkadang mahasiswa punya plesetan berbeda tentang SKS. Biasanya mahasiswa menyebut SKS itu menjadi Sistem Kebut Semalam. Ya begitu memang, plesetan itu diadopsi dari kehidupan mereka sehar-hari di kampus.
Ya, seperti yang kita tahu kerjaan mahasiswa: belajar, ngampus, dan buat tugas, Kerjaan itu sebenarnya pernah atau bahkan sering terabaikan. Kalau pun mereka mengerjakan, itu biasa dilakukan dalam “semalam saja” meski pun tugasnya sudah diberikan dosen sebulan sebelumnya.
Jadi sebanyak apapun tugasnya, berapa lamapun waktu penyelesaiannya, dan seberat apapun tugasnya, kalau tidak dicicil dalam penyelesaiannya, pastinya SKS ini pun terjadi. Terpaksa Sistem Kebut Semalam karena deadline tugas besok harus dikumpul. Nah, pada malam-malam sebelumnya ngapain? Pacaran? Nongkrong? Ngobrol-ngobrol saja?
Sebuah problem lumrah bagi mahasiswa tentang tugas dan cara penyelesaiannya, karena tugas harus dibuat tuntas, bagaimanapun caranya, meski hanya semalam.
Sistem Kebut Sehari
Eh, jangan salah. Dosen pun ada yang memplesetkan SKS ini. Plesetan mereka tentu saja tak sama dengan mahasiswa. Ya, dosen juga punya problem, sama dengan mahasiswa, sehingga SKS-pun jalan,
Apa SKS bagi dosen? Ya, Sistem Kebut Sehari. Bukan dalam pengerjaan tugas, tapi dalam pemberian kuliah.
Masalahnya, dosen memiliki kewajiban untuk menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu: pendidikan (pengajaran), penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat. Sehingga sulit juga mengatur waktu memenuhi semuanya dalam waktu yang mepet, termasuk mengajar mahasiswa di dalam kelas.
Atas dasar itu ada beberapa dosen yang menjalankan SKS juga, tetapi berbeda dengan pandangan SKS bagi mahasiswa.
Biasanya beberapa dosen (tidak semuanya lho) pada saat akan menjelang UAS (Ujian Akhir Semester) ternyata belum memenuhi ketentuan absensi untuk bisa mengadakan UAS (Ujian Akhir Semsester) karena banyak jadwal mengajar yang masih belum terpenuhi.
Jalan keluarnya ya SKS, menjadwalkan mahasiswa untuk make up class mencari hari dan jam kosong (biasanya dilaksanakan pada libur tenang) dan dilaksanakanlah SKS itu, Sistem Kebut Sehari. Artinya semua jam mengajar yang belum dituntaskan, dituntaskan dalam satu hari agar minggu depannya bisa mengadakan UAS (Ujian Akhir Semester).
Hmm, ini mungkin salah satu problem yang cukup serius bagi mahasiswa. Karena terkadang diganggu ketenangannya pada saat libur tenang. (T)