2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Seribu Tahun Warisan Budaya Pali (2): Kebon Undang, “Negare” Islam Pertama di Sumatra Selatan

Riki Dhamparan PutrabyRiki Dhamparan Putra
February 2, 2018
inKhas

Foto-foto Riki Dhamparan Putra

196
SHARES

SEBUAH salinan naskah gelumpai (lontar kuno Sumatra Selatan) yang telah dialihaksarakan ke dalam huruf latin, telah diberikan kepada saya oleh Pak Ahmad Muji (57 tahun) di rumahnya di desa Tanah Abang pada 13 Januari lalu. Itu adalah rangkaian dari percakapan kami mengenai kerajaan Kebon Undang, nama kuno kampung Tanah Abang (termasuk Curup, Dangku, Penakah dan Sedupai atau Sedupi) pada abad 12 Masehi.

Menurut keterangan naskah itu, negeri Kebon Undang sendiri bahkan sudah ada sejak 1025 Masehi sebelum menjadi kerajaan yang pendiriannya dirintis oleh Puyang Syeikh Nurul Ichwan pada tahun 1299 masehi.

Naskah itu tanpa nama pengarang. Tersimpan sebagai pusaka di rumah depati Dangku R.Arpan Singa Yuda yang menjadi Pesirah Marga IV Petulay Dangku pada tahun 1973. Ditulis menggunakan Huruf Paku pada gelumpai bambu bersusun sepuluh, naskah ini menggunakan bahasa Melayu Tanah Abang. Dialihaksarakan oleh Muhammad Nur Ansyori, seorang pegawai Dinas Purbakala Jakarta.

Ahmad Muji

Proses penyalinannya dilakukan selama satu bulan sejak 29 Mei – 27 Juni 1973, disaksikan langsung oleh Pesirah Dangku, seorang sekretaris penterjemah dan dibantu oleh dua orang yang menguasai tulisan paku.

Tak diragukan, proses kerja penyalinan naskah gelumpai ini dilakukan dengan standar penyalinan yang modern. Di dalamnya dicantumkan ikhtisar dari tahun-tahun dan peristiwa penting yang terdapat dalam naskah, silsilah para penguasa kerajaan Kebon Undang, pusaka-pusaka yang ditinggalkan para puyang, serta hubungan Kebon Undang dengan wilayah-wilayah lainnya di Sumatra dan Jawa kala itu.

Bagi pembaca yang tidak terbiasa membaca naskah hikayat, pastilah akan kebingungan dan merasa bosan dengan gaya penulisan naskah gelumpai Sejarah Kebon Undang ini. Alurnya tidak kronologis, tetapi melompat-lompat, dan kadang-kadang dalam satu alinea dicantumkan sejumlah referensi sekaligus untuk satu topik yang sama.

Maka jangan heran, bila seorang tokoh kadang-kadang hadir dalam tahun yang berbeda untuk sebuah peristiwa yang sama. Hal itu, sangat lazim dan telah diterima sebagai pola umum dalam sebuah penulisan hikayat, babad, tambo, yang merupakan sarana asli masyarakat tradisional kita menceritakan sejarah mereka dan dunia. Pasalnya, karena pengarang memang merangkum sumber berbeda-beda untuk menceritakan suatu peristiwa dan mencantumkannya tanpa kecuali sekaligus.

Pendapat seperti ini antara lain dikemukakan oleh A. Samad Ahmad, sastrawan dan ahli hikayat Malaysia. Ciri hikayat-hikayat negeri Melayu itu katanya, memanglah “tiada mempunyai bab atau bahagian, tiada mempunyai perenggan, tiada mempunyai tanda-tanda berhenti, melainkan berselerak dengan perkataan “maka”, dan ada pula pada bahagian-bahagian yang terTeritu menggunakan perkataan-perkataan: “arakian”; “hatta”, “kata sahibul hikayat” dan sebagainya…”

Ciri yang sama juga terlihat pada naskah berjudul Sejarah Kerajaan Islam Kebon Undang Tanah Abang yang sedang kita gunjingkan ini. Bedanya, bila dalam hikayat-hikayat Melayu kalimat-kalimatnya menggunakan kata ‘hatta’ ataupun ‘arakian’, naskah Kebon Undang menggunakan kata Melayu Sumatra Selatan seperti ‘kebile’ ‘ada cerito ada dikate kata bekate’. Artinya sama saja, yakni tatkala, hatta,dikisahkan, apabila.

Sangat menarik karena kata-kata Melayu Sumsel ternyata mengandung unsur bunyi yang sangat indah akibat pengulangan-pengulangan kata yang sama seperti pada kata: kata bekate, guyur beguyur, tarung betarung sebagaimana tercantum dalam isi naskah itu.

Saya kira, itu adalah satu bonus yang bisa kita dapat dalam membaca naskah berbahasa Melayu Sumatra Selatan. Ia mengungkapkan kepada kita kemampuan bahasa Melayu Sumsel untuk menimbulkan kesan puitik pada saat dituangkan sebagai kerja penulisan sejarah.

 

Kerajaan Islam Pertama

Waktu menerima salinan naskah Kerajaan Islam Kebon Undang dari Pak Ahmad Muji, saya sama sekali tidak mengira bahwa tahun pendirian kerajaan Islam Kebon Undang, tidak berjarak jauh dengan Kerajaan Pasai yang disepakati sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Disebutkan di situ, Syeikh Nurul Ichwan yang berasal dari Mina, Timur Tengah, telah tiba di Kebon Undang pada 1299 dan merintis pendirian kerajaan Islam Kebon Undang. Tahun-tahun itu, Pasai sedang diperintah oleh Sultannya yang paling terkenal, yakni Malik Az Zahir. Di masanya Pasai mencapai kemakmurannya sebagai kerajaan Islam maritim yang kuat di bagian ujung utara Pulau Sumatra.

Sungai Lematang, saksi peradaban panjang di Sumatra Selatan

Tidak disebutkan apakah Syeikh Nurul Ichwan raja Kebon Undang telah mendapat dukungan dari Pasai dalam upayanya menyebarkan Islam di Sumatra Selatan. Namun ada dikatakan, ia telah bertemu penguasa Pasai dan mengirim anaknya Karib Muarif untuk belajar ke Pasai sebelum melanjutkan pelajaran ke Gujarat dan Makah.

Hal pertama yang dilakukan Syeikh Nurul Ichwan saat merintis kerajaan Islam Kebon Undang adalah mengangkat seorang anak yang tersasar di tengah hutan menjadi muridnya. Setelah dibekali pengetahuan agama Islam, anak angkatnya itu diberinama Amin dan dinikahkan kelak dengan seorang perempuan asli Tanah Abang bernama Putri Putih, anak dari seorang yang sakti bernama Suprandu.

Tidak diceritakan lebih jauh peran Amin dalam penyebaran agama Islam di Kebon Undang. Hanya pada bagian lain, disebutkan Syeikh Nurul Ichwan telah menikahi seorang putri bernama Putri Mayang Sawitri pada usia 90 tahun dan memperoleh seorang putra yang diberinama Karib Mu’arif.

Peran Karib Muarif ini, kelak sangat menonjol dalam perkembangan agama Islam dan kemajuan kerajaan Kebon Undang. Bahkan dalam imajinasi masyarakat Tanah Abang sampai hari ini, Karib Muarif cenderung dipandang sebagai pendiri kerajaan Kebon Undang. Ia bukan hanya memperluas wilayah, mengalahkan perampok-perampok dari dataran tinggi, tetapi juga mengembangkan ilmu pertanian di Kebon Undang.

Terdapat sejumlah topik lain yang kontroversial, yang diceritakan dalam naskah kerajaan Islam Kebon Undang ini. Antaranya, dukungan raja Pagaruyung secara langsung kepada Syeikh Nurul Ichwan saat menyerang raja Sanghiang penguasa kerajaan Palembang yang masih beragama Buda-Siwa pada tahun 1371 Masehi. Kita katakan kontroversial, pertama, karena ternyata Kebon Undang dan Pagaruyung-lah yang menaklukan Pulimbangan (Palembang) dan mengislamkannya. Bukan pelarian dari Demak seperti sejarah umum.

Kedua, kita terkejut, karena sejarah Pagaruyung yang gelap serta bernuansa Raffles dan babad itu, muncul pada tahun yang lebih belakangan dalam catatan wikipedia. Ketiga, dari naskah Kebon Undang, bisa kita pastikan, bahwa ada kerajaan Palembang pra Islam yang diperintah seorang penganut Buda Siwa bernama Raja Sanghiang. Sementara selama ini kita mengira, nama Kerajaan Palembang baru dipakai sejak munculnya kerajaan Palembang Darusalam.

Tentu saja, kebenaran isi naskah ini masih perlu dikaji dan didalami. Sama seperti sejarah yang sudah diterima umum di Sumsel juga perlu dikaji ulang untuk mendapatkan fakta-fakta yang lebih masuk akal. Namun yang jelas, bukti-bukti bahwa kerajaan Islam Kebon Undang memang pernah eksis lama, kiranya tak terbantahkan. Sekurang-kurangnya, hal itu dapat kita telusuri dari makam-makam penguasa Kebon Undang yang sampai hari ini masih dikeramatkan di sepanjang wilayah tepi Sungai Lematang.

Pak Ahmad Muji mengatakan, setidaknya ada 12 makam puyang leluhur Kebon Undang yang sampai hari ini masih diziarahi dan dikeramatkan penduduk. Seperti makam Puyang Rizal (Karib Muarif), Puyang Segentar Alam, Puyang Jolong Seno, Puyang Siak dan lainnya. Mereka tak lain adalah tokoh-tokoh yang namanya muncul dalam naskah kerajaan Islam Kebon Undang. Terlepas dari apakah kita mempercayai apakah tidak, ingatan penduduk pada puyang-puyang mereka itu bagaimana pun menyegarkan wacana sejarah. Khususnya sejarah Islam di Sumatra Selatan.

Bumi Ayu – Jakarta, 14 – 16 Januari 2017

Baca juga:

Seribu Tahun Warisan Budaya Pali (1): Bumi Ayu, Situs Hindu Terbesar di Sumatra

Tags: BudhahinduIslamKabupaten PaliSumatra
Previous Post

Seribu Tahun Warisan Budaya Pali (1): Bumi Ayu, Situs Hindu Terbesar di Sumatra

Next Post

SKS – Mahasiswa: Sistem Kebut Semalam, Dosen: Sistem Kebut Sehari

Riki Dhamparan Putra

Riki Dhamparan Putra

Lahir di Padang, pernah tinggal di Bali, kini di Jakarta. Dikenal sebagai sastrawan petualang yang banyak penggemar

Next Post

SKS - Mahasiswa: Sistem Kebut Semalam, Dosen: Sistem Kebut Sehari

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co