UNTUK yang ketiga kalinya, saya menginjakkan kaki di Desa Mausamang Kiralela di Kecamatan Alor Timur, NTT. Bersahabat lebih dekat dengan desa ini membuat saya kecanduan untuk pergi ke pantai atau sekedar bertemu dengan warga di desa ini. Tentunya pantai yang sangat menarik perhatian kita adalah Pantai Welolo. Ternyata pantai ini sangat indah jika kita perhatikan di saat air laut surut.
Hamparan pasir putih yang halus sangat jelas kita lihat di sepanjang pantai mulai dari jam 3 sore sampai mendekati malam hari. Bakau-bakau yang tumbuh di sekitar pantai membuat pesona Pantai Welolo menjadi sempurna. Akar-akar bakau yang menjalar ke atas tampak seperti stalagnit yang berada di goa-goa pantai. Bakau ini biasa disebut ‘Tongke’ oleh warga sekitar.
Ketika air laut surut akan banyak ditemukan kerang-kerang laut. Warga menyebutnya dengan sebutan ‘Meting’. Kerang-kerang ini biasa disantap warga sekitar sebagai lauk, dan rasanya sangatlah gurih. Anak-anak pantai biasa berkerumunan di pantai untuk berlomba-lomba mencari kerang-kerang ini.
Di Pantai ini juga banyak ditemukan kerang laut yang kosong tak berpenghuni. Jika Anda punya hobi dengan kerajinan kerang, carilah dan kreasikan seni Anda. Karena kalau Anda mau, ribuan kerang banyak terhampar di sekitar pesisir pantai.
Tapi sayang, warga sekitar tidak ada yang mau memanfaatkannya untuk itu. Keindahan Pantai Welolo tidak hanya putus di situ saja. Ketika malam bulan purnama, kenampakan pantai ini bisa kita umpamakan sebagai lukisan alam yang indahnya tiada tanding. Apalagi kalau Anda bermalam di pantai ini, Anda akan banyak menemukan penyu-penyu laut yang biasa ke pesisir pantai untuk bertelur.
Namun, jika kita perhatikan kesadaran untuk menjaga alam di wilayah ini sangatlah kurang. Contohnya saja orang-orang dari pulau seberang yang berusaha mencari ikan di seputaran pantai ini. Mereka biasa memanfaatkan bom untuk menangkap ikan untuk kebutuhan pribadinya.
Jika kita cerna baik-baik, hal ini sangatlah mengganggu ekosistem yang ada di laut. Baik binatang laut yang ada di dalamnya maupun tempat hidup dari binatang laut itu. Sehingga tak jarang kita lihat, karang-karang yang sudah rusak terhempas ke pesisir lautan.
Sangat disayangkan sekali….
Empat hari sudah petualangan yang telah saya lakukan di tempat ini. Berawal dari perjalanan saya dengan berjalan kaki dari Kolana hingga sampai di tempat yang indah ini. Bermalam di Kolana, bangun pagi menikmati sun rice dan melakukan perjalanan selama 2 jam setengah dengan jarak 9 km.
Semuanya tak membuat diri saya lelah. Apalagi sampai lelah menikmati keindahan di sepanjang perjalanan menuju Desa Mausamang, Kiralela. Banyak burung hutan yang kita temui di sepanjang jalan. Mulai dari burung yang beterbangan maupun burung darat yang biasa berjalan bebas di sekitar hutan.
Ada 2 sungai saya temui saat itu. Tapi sayangnya, sungai ini merupakan sungai sementara yang mengalir hanya beberapa hari saja. Sehingga kenikmatan untuk menikmati sejuknya air pegunungan ini bisa dirasakan 3 sampai 4 hari saja.
Tapi janganlah kecewa, karena selain itu banyak hal yang tentunya bisa kita rasakan seperti menikmati gurihnya kepiting laut atau menikmati ikan laut yang bisa kita nikmati langsung di pesisir pantai karena memang menangkapnya pun tidak begitu susah. Ikan-ikan laut biasa berkeliaran di permukaan laut atau di pesisir laut.
Sedangkan kepiting-kepiting laut biasa bersembunyi di rawa-rawa. Cara menangkap binatang laut ini yaitu dengan menggunakan besi panah yang dibuat dengan cara tradisional. Bahannya adalah karet gelang yang biasa digunakan anak-anak kecil membuat ketapel.
Saya yakin, keindahan Pantai Welolo membuat Anda tak puas hanya berkunjung sekali ini saja. Bersalto di air laut yang dalam merupakan sesuatu yang menakjubkan apalagi bersama anak-anak pantai yang biasa hidup di daerah itu. Menikmati indahnya pantai diatas mercusuar atau adu nyali berenang melewati muara air laut yang deras.
Sekali-kali bidiklah pemandangan ini dengan kamera Anda. Air laut yang meluap menjadi genangan air di pesisir pantai kita perhatikan bagai hamparan danau yang begitu luas. Jika Anda tidak piawai dalam berenang, janganlah coba-coba berenang di sini. Gundukan-gundukan pasir yang menipu membuat Anda kewalahan mengatur nafas. Tapi, jika Anda seorang petualang sejati, pengalaman ini merupakan salah satu pengalaman berarti yang pernah anda miliki.
Bermain ‘Api Lailol’
DI malam hari saya berkesempatan untuk bermain congklak bersama warga disini. Tak ada catur, congklakpun jadi. Dan kebetulan permainan congklak yang saya mainkan malam itu merupakan permainan yang baru saya pelajari. Padahal jika dibilang, permainan tradisional ini sangatlah populer di Indonesia. Orang Kolana dan sekitarnya biasa menyebut permainan ini ‘ApiLailol’ atau jika kita terjemahkan: Ikan yang berputar-putar.
Cara mainnya pun sangat mudah. Terdiri dari 14 lubang. Tiap lubangnya terdapat 4 batu yang bisa kita putar berlawanan dengan arah jarum jam. 2 pemain masing-masing memiliki 7 lubang kekuasaan. Masing-masing batu dapat kita putar sehingga jika kita menemui batu yang berjumlah 4 butir maka batu itulah yang menjadi milik kita.
Siapapun yang mengumpulkan batu paling banyak dialah pemenang kekuasaan. Permainan ini terdiri dari banyak sesi. Satu sesi bisa membuat 1 lubang atau lebih dikuasai oleh lawan. Di sinilah diperlukan kecerdasan berpikir, taktik dan kemampuan berhitung. Pemenang dari permainan ini adalah dia yang mampu menghabiskan daerah kekuasaan lawan. Selamat mencoba!
Jalan Terjal Penuh Tantangan
Dibutuhkan jiwa petualang yang tinggi dan keberanian yang kuat untuk bisa melewati jalan terjal berbatu dengan menggunakan motor. Kali ini merupakan suatu prestasi karena saya sudah mencoba jalanan terjal itu dengan perjuangan keras saya. Memang, agak sedikit berlebihan jika diungkapkan. Namun bagi saya, orang baru tak banyak yang mampu mencoba dikarenakan takut akan bahaya melewati jalanan penuh dengan batu.
Apalagi jalanan tersebut dibarengi dengan tikungan, turunan dan tanjakan yang berhasil menguji nyali. Itulah jalanan kiralela-kolana. Walaupun tangan pegal sementara. Tapi petualangan menggunakan motor saya rasakan bagaikan mengikuti racing di bukit yang penuh dengan tantangan, seperti yang biasa kita lihat di tayangan-tayangan TV.
Saya memang tidak puas kalau mengunjungi desa ini sekali itu saja. Terhitung 4 kali saya ke desa ini dengan membawa 2 bidadari cantik dari Bali yang kebetulan merupakan Guru SM3T yaitu Ibu Desy dan Ibu Yunita. Ibu Yunita bertugas di Eybeki, Kecamatan Mataru.
Dan kebetulan beliau penasaran dengan daerah Alor Timur. Maka dari itu saya ingin menunjukkan keindahan alam di daerah ini dengan cara mengajaknya mengelilingi Alor Timur. Saya memang agak sedikit berdosa mengajak mereka ke Kiralela dengan berjalan kaki dari Kolana selama 2 jam setengah sehingga membuat otot kaki mereka pegal-pegal sesampainya di sana.
Namun, semua itu terbayarkan ketika mereka juga bisa menikmati keindahan Pantai Welolo dan menikmati gurihnya daging kepiting laut pangggang keesokan harinya. Pastinya dengan Pak Agus dan beberapa warga Kiralela lainnya. Dan kebetulan pada saat itu merupakan Hari Ulang Tahun Pak Agus. Jadi pada saat itu bisa dibilang merupakan hari yang benar-benar padat. Padat dengan aktifitas petualangan.
Sayangnya kami hanya tinggal beberapa hari saja di sana. Hahhh… Besoknya saya bertujuan untuk mengunjungi Pantai Sweqhel bersama Ibu Desy dan Ibu Yunita. Tentu ini juga menjadi pengalaman yang berkesan untuk mereka. I hope so… (T)