26 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini

Menatap Indonesia (Merdeka) lewat Hiburan di Layar Kaca

Emboeng Arishinta Poetra by Emboeng Arishinta Poetra
February 2, 2018
in Opini
30
SHARES

HALO, kawan sebangsa dan setanah air, sudah makan apa hari ini? Tahu? Tempe? Semoga Tuhan selalu memudahkan rejeki kita, agar tahu dan tempe selalu dapat terbeli.

Tahu dan tempe merupakan makanan rakyat Indonesia, produk asli bangsa ini, originalitasnya sungguh dapat dipertanggungjawabkan. Dengan membeli tahu dan tempe berarti kita sudah membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, karena tentu pedagang tahu dan tempe akan menyekolahkan anak-anaknya. Maka, beli dan makanlah makan asli negara ini, agar Indonesia dapat menyatu dengan jiwa dan bersemayam di dalam tubuh kita.

Baiklah, kawan sebangsa, dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya sebagai mantan mahasisa yang sekarang telah menjadi pekerja berbasis MLM, merangkap seorang guru sekaligus sebagai warga negara yang baik dan taat bayar pajak, serta mendukung program-program pemerintah dan memiliki cita-cita tertinggi yaitu menjadi PNS, akan mengajak kawan-kawan untuk menguji keindonesiaan kita.

Bukan hanya dari apa yang kita makan, tapi juga akan saya ajak merasai tontonan/hiburan Indonesia yang ada di televisi yang telah lama saya teliti. Sebagai bentuk pengimplementasikan ilmu yang didapatkan saat kuliah dulu, saya berusaha seaktif mungkin melakukan penelitian untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini.

Walaupun saya sangat sibuk berjualan obat kuat dan produk-produk kecantikan berbasis MLM, namun saya tetap menyempatkan diri untuk meneliti gejala-gejala sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Bahasan kali ini merupakan hasil penelitian saya yang berjudul “Menatap Indonesia Lewat Hiburan di Layar Kaca”. Memang terkesan tidak penting, namun kawan-kawan sebangsa harus percaya dan yakin bahwa sebenarnya penelitian yang saya lakukan ini sungguh-sungguh sanggat tidak penting sekali.

Penelitian ini saya dedikasikan untuk emak-emak muda, ibu-ibu rumah tangga yang gemar ngegosip, muda-mudi Indonesia yang gemar bolos sekolah, bapak-ibu guru yang sedang menunggu cairnya dana sertifikasi, anggota DPR dan MPR yang sibuk merangkai mimpi, pekerja berbasis MLM yang sibuk pamer kekayaan, mahasiswa dan mahasisa yang berjuang melawan penjajahan skripsi, dan masyarakat Indonesia yang sedang mengantre bantuan langsung tunai, serta semua kalangan yang telah menginspirasi saya.

Kalian benar-benar Indonesia, Merdeka!

Sebelum masuk dalam pemaparan penelitian saya, marilah berdoa terlebih dahulu agar segala yang kita lakukan menjadi berkah, meskipun tidak penting sekali. Berdoa mulai!…. selesai!

Baik, untuk mempersingkat waktu, langsung saja saya mulai memaparkan hasil penelitian saya mengenai tontonan di layar televisi yang Indonnesia sekali:

FTV Pagi, Siang, dan Malam

FTV merupakan sinema singkat yang ditayangkan dalam rentang waktu 1-2 jam. Ceritanya pendek, dibuat seunik-uniknya, dan biasanya bercerita tentang gambaran kecil sebuah kisah kehidupan. Misalnya cerita cinta, cerita kerohanian, dan cerita persahabatan.

Kalau diibaratkan sebuah tulisan, FTV ini seperti cerpen yang singkat dan padat. Kemudian, di mana letak keindonesiaannya? FTV yang ditayangkan pada pagi, siang, dan malam seperti minum obat, ini benar-benar membuat penikmatnya terbius dan mabuk.

Kisah-kisah yang diangkat memang menunjukkan Indonesia kekinian, misalnya kisah cinta tingkat anak sekolah SD, SMP, SMA, dan umum yang kemudian berakhir bahagia. Atau kisah sedih seorang ibu yang memiliki anak durhaka lalu anak tersebut melakukan tobat setelah ibunya meninggal. Bahkan ada juga kisah seorang pejabat yang korupsi kemudian insyaf karena sudah ketahuan dan masuk penjara.

FTV seperti mengajarkan kita berbuat dosa dulu, baru kemudian bertobat, atau belajarlah bercinta mulai dari jenjang pendidikan terkecil.

FTV yang ditayangkan di televisi juga memperlihatkan sebuah keunikan dan kemagisan, serta sifat-sifat mistis bangsa ini. Seseorang bisa tiba-tiba kaya raya karena mendapatkan warisan dari orang yang tidak dikenal. Atau sebuah keluarga yang memiliki anak berwajah manca negara, padahal orang tuanya benar-benar pribumi. Mistis sekali bukan?

Logika-logika yang absurd benar-benar ada dalam FTV yang kemudian menjadi pujaan penikmat dan penggiat tayangan televisi dan sudah tentu dijadikan pembanding dalam kehidupan nyata oleh ibu-ibu yang hingga siang hari tak kunjung juga memasak.

Inilah Indonesia dalam bentuk mini, negara yang penuh dengan harapan besar, namun seinginnya menggapai secara instan. Tragis sekali, kawan.

Reality Show

Hiburan televisi Indonesia yang tidak kalah seru adalah tayangan reality show. Reality artinya nyata dan show artinya pertunjukan. Jadi reality show adalah pertunjukan yang nyata.

Sebagai pertunjukan yang nyata tayangan ini biasanya mempertunjukkan pemecahan masalah-masalah yang dialami oleh seseorang pelapor yang konon telah mengirimkan laporan masalah berbentuk skripsi (mungkin) ke team kreatif acara televisi tersebut.

Salah satu contoh reality show Indonesia adalah acara “Katakan Putus”, Trans TV, yang tayang pukul 15.30 WIB. Acara ini diseting (ingat ya! ‘diseting’) seakan-akan benar terjadi. Namun sayangnya masih sangat terlihat janggal dan tidak masuk dalam logika. Pembawa acaranya begitu membuat suasana makin terbakar, masalah kliennya sih tidak seberapa, namun penyelesaiannya begitu lebay luar binasa.

Bisa dibayangkan betapa perasaan orang dimain-mainkan, orang sedang ada masalah hati, malah dijadikan tontonan publik. Entah apa tujuan acara ini memamerkan aib orang dan parahnya lagi nama acara ini benar-benar mengilhami atau merestui perpisahan cinta.

Miris sekali, tetapi inilah wajah negara kita, sangat senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang senang. Mengorek -ngorek hal kecil yang kemudian dibesar-besarkan sudah jadi hobi masyarakat kita.

Berharaplah wahai kawan mahasiswa agar suatu masa nanti, reality show ini bukan hanya membantu orang putus hubungan percintaan, tetapi dapat juga membantu memecahkan masalah skripsi yang buntu, atau pling tidak membantu kawan-kawan mahasiswa untuk mengatakan isi hati kepada dosen-dosen, mungkin nama acara yang cocok adalah “Tertekan Wisuda”

Talk Show dan Acara Hiburan Musik

Talk Show dan Acara Hiburan Musik Indonesia memiliki fungsi yang sama. Kedua acara ini sebenarnya berbeda, namun dalam pengimplementasian di negara Indonesia ini akhirnya sulit untuk membedakannya. Kedua acara ini akhirnya sama-sama berfungsi untuk mengorek-orek kehidupan seorang artis atau bintang tamunya.

Coba bandingkan acara “Rumpi No Secret” dan acara “Rumah Uya” yang tayang di Trans TV dengan acara “Inbok” di SCTV dan acara “Dahsyat” di RCTI. Keempat acara ini begitu sama walau berasal dari rahim yang berbeda. Semua berisikan siaran tidak penting tentang kehidupan pribadi artis bintang tamu maupun pembawa acaranya. Yang paling membuat bingung kemudian ada sesi masak-masak di sebuah acara musik.

Musiknya hanya 5%, gosibnya 15%, bercanda dan masak 30%, kemudian mengorek-orek kehidupan pribadi 50%, mungkin begitu presentasenya. Ketidak fokusan acara ini sangat Indonesia sekali, seperti program-program pemerintah yang tidak jelas mau diapakan.

Programnya selalu berubah-ubah dan tidak jelas diperuntukkan untuk siapa. Sama juga seperti membuat skripsi dengan tujuan yang serius, namun akhirnya mahasiswa sadar skripsi hanya jadi bungkus kacang atau didaur ulang untuk kebutuhan rumah tangga lainnya.

Sinetron

Jangan mengaku orang Indonesia kalau belum nonton sinetron berseri di televise. Sinetron Indonesia sudah sangat jelas menggambarkan kehidupan masyarakat bangsa ini. Cobalah menonton sinetron “Anak Jalanan” di RCTI pukul 19.00 WIB. Sinetron ini bercerita tentang kelompok-kelompok remaja bermotor, namun selalu berselisih satu sama lain.

Sama persis seperti kehidupan nyata, seperti permusuhan antar agama, semua mengaku paling benar dan tidak satupun ingin memperbaiki diri. Dalam sinetron selalu saja diisikan, tokoh baik dan tokoh jahat. Jumlahnya begitu bombastis, 1 tokoh baik bersanding dengan 100 tokoh jahat. Bisa dipastikan kebaikan akan mati dikeroyok oleh kejahatan.

Ini sangat berbanding terbalik dengan ajaran agama yang katanya kebaikan selalu memang melawan kejahatan. Hal itulah yang sebenarnya menjadi daya jual dalam tayangan sinetron Indonesia.

Tentu banyak yang dapat kita pelajari dari sinetron Indonesia, misalnya cara bijak untuk menfitnah orang, cara yang baik dan benar untuk memusuhi orang, serta banyak tips-tips yang cadas untuk membohongi orang lain.

Seperti yang di perankan oleh Cut Mariska dalam sinetron “Anak Jalanan”. Begitu piawainya ia memainkan peran sebagai wanita penghianat dan pembohong besar. Permainan watak seperti itu akan sangat berguna bagi warga negara Indonesia, misalnya pekerja berbasis MLM. Semua trik drama itu bisa dipraktekkan untuk menarik downline.

Rasa-rasanya hanya itu yang dapat saya paparkan secara sangat serius mengenai hasil penelitian saya. Penelitian-penelitian lain tentu akan saya lakukan demi kepentingan saya pribadi. Semoga apa yang saya paparkan ini akhirnya dapat membuat kawan-kawan sebangsa sadar, bahwa pemaparan dalam kesempatan ini ternyata benar-benar sangat tidak penting sekali.

Saya tidak akan menyimpulkan pemaparan saya, saya hanya akan memberikan sebuah pandangan saya mengenai hubungan antara tayangan televisi Indonesia dengan rusaknya moral tunas-tunas bangsa ini.

Menurut saya rusaknya moral tunas bangsa di negeri ini bukan dikarenakan oleh hiburan televisi, namun yang menyebabkan moral tunas bangsa jadi rusak adalah karena menonton hiburan di televisi tersebut. Paham kan?

Hiburan berupa tayangan-tayangan di televisi yang Indonesia banget, tidak akan mengganggu psikis apalagi sampai merusak moral tunas bangsa jika tidak ditonton. Maka segeralah lempar televisi anda atau siumbangkan ke tempat-tempat pembuangan sampah terdekat.

Sekian saja yang dapat saya paparkan, semoga kawan-kawan sebangsa selalu hidup berbagahia. Ingat! Jadilah manusia Indonesia yang berguna, terutama untuk diri sendiri. Jangan lupa makan, agar tidak mati, kemudian cuci kaki tangan lalu berdoa sebelum tidur. Mimpilah yang tinggi agar dapat memajukan pembangunan negeri ini.

Salam satu bangsa, Merdeka! (T)

Tags: gaya hidupIndonesiakemerdekaanTV
Emboeng Arishinta Poetra

Emboeng Arishinta Poetra

Mantan mahasiswa yang kini jadi mantan guru. Pernah menulis puisi dan menang di tingkat kampus

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi Florence W. Williams dari buku aslinya  dan diolah oleh Juli Sastrawan
Cerpen

Si Ayam Betina Merah | Cerpen Florence W. Williams

by Juli Sastrawan
February 24, 2021
Ulasan

Penampakan Zaman Dalam Puisi Umbu: Mendengarkan Musik Jazz di Rumah Seorang Kenalan

SESUATU yang alpha kita ketahui tentang seseorang yang rasa kita kenal dekat, pastilah mengejutkan nian. Tak kecuali dalam dunia puisi, ...

February 2, 2018
Esai

Yudistira dan Botol Minumannya – Bermain Sains Sederhana tentang Tekanan Udara

BELAJAR tekanan udara, tentu kita akan belajar masalah faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan udara, alat ukur, dan rumusnya. Kemudian, diberi pemahaman ...

February 2, 2018
Ilustrasi diolah dari Google
Opini

Membaca Nasionalisme Indonesia dari “Kiri”

SABTU hingga Minggu, 1-2 September 2018, kami, Keluarga Besar Jurusan Pendidikan Sejarah, Undiksha Singaraja, mengadakan Ramah Tamah Jurusan atau biasa ...

September 18, 2018
Opini

Fatwa-Fatwa di Era Mark Zuckerberg: Klaim Kebenaran dan Klaim Keselamatan

  SEBAL. Ketawa. Dan bahkan miris melihat beranda Facebook saya yang penuh dengan status-status fatwa yang tak memiliki sanad keilmuannya, ...

February 2, 2018
Esai

Kami, Elegi Riau yang Ditinggal Pergi: Antara Kegelisahan dan Optimisme

Judul Buku      : Kami, Elegi Riau yang Ditinggal Pergi (Kumpulan Karya Forum Literasi Remaja Riau)Penulis             : Putri Ayu Aulia, dan kawan-kawan. Penerbit           ...

February 14, 2021

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Jaja Sengait dari Desa Pedawa dan benda-benda yang dibuat dari pohon aren [Foto Made Saja]
Khas

“Jaja Sengait” dan Gula Pedawa | Dan Hal Lain yang Bertautan dengan Pohon Aren

by Made Saja
February 25, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Menjangan Seluang [Foto: Michael Gunther]
Esai

Kenapa Orang Bali Tidak Memuja Arca-Lukisan Penulis Kitab?

by Sugi Lanus
February 26, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (155) Dongeng (11) Esai (1413) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (340) Kiat (19) Kilas (196) Opini (477) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (101) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In