10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Stop Ajeg-kan Bahasa Bali!

Wayan SumahardikabyWayan Sumahardika
February 2, 2018
inOpini

Sumber ilustrasi: Halaman Facebook Punk Kwala Ngibur

290
SHARES

JIKA hobi facebook-an, singgahlah sesekali ke halaman Punk Kwala Ngibur. Bisa kita nikmati komik berbahasa Bali dari tingkat paling kepara sampai sor se-singgih-singgihnya. Tulisan ini bukan hanya ajang promosi, namun 100% benar-benar adalah promosi.

Daripada marah-marah hanya karena modifikasi pakaian adat Bali (yang sesungguhnya sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang) atau memposting gambar anjing yang sekarat di jalanan (yang jika benar ada rasa ingin menolong, semestinya segera dibawa ke rumah sakit hewan terdekat), lebih baik menertawai diri sendiri lewat banyolan-banyolan dalam komik yang disuguhkan. Punk Kwala Ngibur, seperti namanya, membuat yang membaca benar-benar terhibur. Tak hanya menyajikan persoalan yang dialami khas anak Bali, melainkan membuat kita merenung, bagaimana mengembalikan esensi bahasa Bali ke asalnya.

Adalah Wayan Golak, Made Punk, Nyoman Klepon, dan Ketut Nyamprut tokoh utama komik ini. Apa yang mereka alami begitu dekat dengan keseharian kita sebagai anak Bali. Simak saja bagaimana tingkah Nyoman Klepon yang sibuk demo ajegkan budaya Bali, namun saat disuguhi tulisan aksara Bali hanya kijap-kijep tusing ngerti. Pada setiap kesempatan, komik ini tak bertendensi untuk menunjukan usaha Ajeg Bali yang umumnya terjebak pada hal-hal yang bersifat stereotipe dan sloganisme.

Ide yang begitu cair, dari persoalan sampah, pilkada, sampai jomblo ngenes menjadikan pembaca larut dalam alur cerita. Kita tak diajak berpusing seratus keliling berpikir mengajegkan bahasa Bali dengan segala pakem dan persolannya. Yang perlu kita lakukan hanya membaca, cekikikan, dan sesekali mengerutkan dahi sembari mengecek kamus bahasa Bali jika ada kata yang tak dimengerti. Selanjutnya: Gerr! Cekikikan lagi.

Membaca Pang Kwala Ngibur, jadi ingat dengan begitu banyaknya orang yang menyuarakan persoalan terkikisnya bahasa Bali. Namun sayang, sedikit dari mereka yang berhasil membangun nilai-nilai kekinian yang semestinya menjadi bahan segar dalam meracik, meramu, dan memasak menu bahasa Bali untuk dinikmati.

Mengutip para linguis, bahasa itu kan produk budaya. Persoalan kebahasaan merupakan peristiwa alamiah yang tak terikat oleh daya kontrol manusia secara langsung. Menyelesaikan persoalan bahasa harus melihat dulu, adakah persoalan budaya terkandung di dalamnya. Booee, Masa?

Ya, iyalah. Lihat saja kosakata pertanian. Berapa banyak kata tenggala, ngangon, nyau, ngempel yeh, nyuluh lindung, dan sebagainya digunakan dalam kehidupan sehari-hari? Ketika budaya agraris yang berabad-abad telah menjadi mayoritas pekerjaan orang Bali berhasil melahirkan sekaligus melestarikan begitu banyak kosakata yang berkaitan dengan pertanian, kini kata-kata tersebut tak mendapatkan tempat seiring dengan keberadaan sawah yang semakin pudar diparut aspal, hotel, perumahan, dan pertokoan.

Mirisnya, hal ini terjadi bukan hanya pada pertanian saja, melainkan pada hampir semua sektor kebudayaan yang mulai ditinggalkan seiring berubahnya kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Bali itu sendiri. Pendek kata, Bahasa Bali ini sudah memasuki masa expired, sudah tak mampu lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Lihat saja mata pelajaran Bahasa Bali di sekolah, masih kekiniankah menggunakan contoh I Made nunu lele, sedang makanan made sehari-hari sudah berganti jadi fried chicken atau cumi bakar saus tiram?

Ditambah lagi dengan upaya pengkultusan bahasa Bali melalui slogan Ajeg Bali yang secara tidak langsung telah menyempitkan pandangan terhadap pengembangan Bahasa Bali itu sendiri. Di tengah arus interkasi antarbudaya yang semakin deras, Ajeg Bali lebih banyak diwacanakan sebagai usaha untuk mempertahankan pakem-pakem Bali yang cenderung feodal dan tidak sesuai dengan zamannya, yang sekaligus membuat bahasa Bali tidak mempunyai fungsi komunikatif lagi di masa kini. Kita terlalu disibukan dengan pakem-pakem, semisal sor singgih yang (mau diakui-mengakui atau tidak) membuat anak-anak menjadi apatis dengan Bahasa Bali.

Hal-hal yang dibutuhkan dalam pelestarian Bahasa Bali saat ini sebenarnya bukanlah kekalutan pemikiran tentang Ajeg Bali yang diperlihatkan melalui saput poleng, udeng, ukiran bali dan hal tenget lainnya. Melainkan, bagaimana membuat bahasa Bali menjadi brand yang mempunyai prestise bagi masyarakat penggunanya. Dalam konteks ini, Pang Kwala Ngibur telah memberi warna lain dalam memperjuangkan bahasa Bali. Tak lagi menjadikan Bahasa Bali sekadar objek penderita yang diulas sebagai berita di media sosial tentang betapa rapuh, lemah, lunglai dan lesunya ia.

Melalui komik ini, Bahasa Bali telah bertransformasi menjadi subjek yang begitu kuat. Yang mampu bicara tentang segala hal. Alih-alih mengasihaninya, malah kitalah yang jadi membutuhkannya.

Apa yang dilakukan oleh Punk Kwala Ngibur, sejatinya membawa kita pada usaha serupa yang dilakukan oleh Jepang. Sebagai negara maju yang tetap berpegang teguh pada budayanya, usaha mengonstruksi rasa memiliki terhadap budayanya bukanlah sebatas yel-yel Ajeg Jepang saja. Dalam hal ini, komik, film, dan media pertunjukan menjadi wabah yang disuntikan ke segala penjuru dunia.

Lihat saja toko-toko buku terdekat di kota anda, setiap hari ada saja komik Jepang yang diproduksi. Pun ada saja komik yang terbeli. Di dunia maya, film-film dengan bahasa, lelucon, budaya khas Jepang berceceran seperti status facebook. Inipun menjadikan kita lebih dekat dengan mereka. Jika tak percaya, cobalah tanya anak di rumah, mana yang lebih dikenalnya, Panglima Besar Bali Kebo Iwa ataukah Miyamoto Mushasi seorang samurai yang sering diadaptasi ke berbagai cerita Jepang mulai dari novel, film, hingga komik.

Sebab Bahasa Bali sudah terlampau tua jika dibandingkan dengan hidup manusia Bali. Ia sudah hidup jauh sebelum Dang Hyang Nirartha diteteki susu oleh biangnya. Sudah tahu mana yang baik, mana yang benar. Sudah saatnya bahasa Bali diletakkan dalam berbagai sektor kekinian. Jangan cuma ditempatkan untuk bicara tentang ke-Bali-an saja. Apang sing jelemane gen ane sok kekinian, biarkan pula bahasa Bali ikut berpartisipasi dalam setiap trend yang ada.

Tak usah protes jika bahasa Bali masuk dalam ranah ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dan sex sebagaimana yang diceritakan dalam Punk Kwala Ngibur. Mungkin saja ia lebih bahagia ditempatkan di facebook, instagram, komik, baju, bahkan bra sekalipun. Ketimbang difungsikan serupa Tapakan Ida Bethara, yang disineb dan disungsung kembali setiap datang odalan. (T)

Singaraja, 2016

Tags: ajeg baliBahasaBahasa Balibali
Previous Post

Reklamasi Teluk Benoa, “Profit” atau “Benefit”?

Next Post

Kemiskinan dan Upacara, Mendapat dan Memberi

Wayan Sumahardika

Wayan Sumahardika

Sutradara Teater Kalangan (dulu bernama Teater Tebu Tuh). Bergaul dan mengikuti proses menulis di Komunitas Mahima dan kini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Pasca Sarjana Undiksha, Singaraja.

Next Post

Kemiskinan dan Upacara, Mendapat dan Memberi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co