30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Stop Ajeg-kan Bahasa Bali!

Wayan SumahardikabyWayan Sumahardika
February 2, 2018
inOpini

Sumber ilustrasi: Halaman Facebook Punk Kwala Ngibur

290
SHARES

JIKA hobi facebook-an, singgahlah sesekali ke halaman Punk Kwala Ngibur. Bisa kita nikmati komik berbahasa Bali dari tingkat paling kepara sampai sor se-singgih-singgihnya. Tulisan ini bukan hanya ajang promosi, namun 100% benar-benar adalah promosi.

Daripada marah-marah hanya karena modifikasi pakaian adat Bali (yang sesungguhnya sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang) atau memposting gambar anjing yang sekarat di jalanan (yang jika benar ada rasa ingin menolong, semestinya segera dibawa ke rumah sakit hewan terdekat), lebih baik menertawai diri sendiri lewat banyolan-banyolan dalam komik yang disuguhkan. Punk Kwala Ngibur, seperti namanya, membuat yang membaca benar-benar terhibur. Tak hanya menyajikan persoalan yang dialami khas anak Bali, melainkan membuat kita merenung, bagaimana mengembalikan esensi bahasa Bali ke asalnya.

Adalah Wayan Golak, Made Punk, Nyoman Klepon, dan Ketut Nyamprut tokoh utama komik ini. Apa yang mereka alami begitu dekat dengan keseharian kita sebagai anak Bali. Simak saja bagaimana tingkah Nyoman Klepon yang sibuk demo ajegkan budaya Bali, namun saat disuguhi tulisan aksara Bali hanya kijap-kijep tusing ngerti. Pada setiap kesempatan, komik ini tak bertendensi untuk menunjukan usaha Ajeg Bali yang umumnya terjebak pada hal-hal yang bersifat stereotipe dan sloganisme.

Ide yang begitu cair, dari persoalan sampah, pilkada, sampai jomblo ngenes menjadikan pembaca larut dalam alur cerita. Kita tak diajak berpusing seratus keliling berpikir mengajegkan bahasa Bali dengan segala pakem dan persolannya. Yang perlu kita lakukan hanya membaca, cekikikan, dan sesekali mengerutkan dahi sembari mengecek kamus bahasa Bali jika ada kata yang tak dimengerti. Selanjutnya: Gerr! Cekikikan lagi.

Membaca Pang Kwala Ngibur, jadi ingat dengan begitu banyaknya orang yang menyuarakan persoalan terkikisnya bahasa Bali. Namun sayang, sedikit dari mereka yang berhasil membangun nilai-nilai kekinian yang semestinya menjadi bahan segar dalam meracik, meramu, dan memasak menu bahasa Bali untuk dinikmati.

Mengutip para linguis, bahasa itu kan produk budaya. Persoalan kebahasaan merupakan peristiwa alamiah yang tak terikat oleh daya kontrol manusia secara langsung. Menyelesaikan persoalan bahasa harus melihat dulu, adakah persoalan budaya terkandung di dalamnya. Booee, Masa?

Ya, iyalah. Lihat saja kosakata pertanian. Berapa banyak kata tenggala, ngangon, nyau, ngempel yeh, nyuluh lindung, dan sebagainya digunakan dalam kehidupan sehari-hari? Ketika budaya agraris yang berabad-abad telah menjadi mayoritas pekerjaan orang Bali berhasil melahirkan sekaligus melestarikan begitu banyak kosakata yang berkaitan dengan pertanian, kini kata-kata tersebut tak mendapatkan tempat seiring dengan keberadaan sawah yang semakin pudar diparut aspal, hotel, perumahan, dan pertokoan.

Mirisnya, hal ini terjadi bukan hanya pada pertanian saja, melainkan pada hampir semua sektor kebudayaan yang mulai ditinggalkan seiring berubahnya kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Bali itu sendiri. Pendek kata, Bahasa Bali ini sudah memasuki masa expired, sudah tak mampu lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Lihat saja mata pelajaran Bahasa Bali di sekolah, masih kekiniankah menggunakan contoh I Made nunu lele, sedang makanan made sehari-hari sudah berganti jadi fried chicken atau cumi bakar saus tiram?

Ditambah lagi dengan upaya pengkultusan bahasa Bali melalui slogan Ajeg Bali yang secara tidak langsung telah menyempitkan pandangan terhadap pengembangan Bahasa Bali itu sendiri. Di tengah arus interkasi antarbudaya yang semakin deras, Ajeg Bali lebih banyak diwacanakan sebagai usaha untuk mempertahankan pakem-pakem Bali yang cenderung feodal dan tidak sesuai dengan zamannya, yang sekaligus membuat bahasa Bali tidak mempunyai fungsi komunikatif lagi di masa kini. Kita terlalu disibukan dengan pakem-pakem, semisal sor singgih yang (mau diakui-mengakui atau tidak) membuat anak-anak menjadi apatis dengan Bahasa Bali.

Hal-hal yang dibutuhkan dalam pelestarian Bahasa Bali saat ini sebenarnya bukanlah kekalutan pemikiran tentang Ajeg Bali yang diperlihatkan melalui saput poleng, udeng, ukiran bali dan hal tenget lainnya. Melainkan, bagaimana membuat bahasa Bali menjadi brand yang mempunyai prestise bagi masyarakat penggunanya. Dalam konteks ini, Pang Kwala Ngibur telah memberi warna lain dalam memperjuangkan bahasa Bali. Tak lagi menjadikan Bahasa Bali sekadar objek penderita yang diulas sebagai berita di media sosial tentang betapa rapuh, lemah, lunglai dan lesunya ia.

Melalui komik ini, Bahasa Bali telah bertransformasi menjadi subjek yang begitu kuat. Yang mampu bicara tentang segala hal. Alih-alih mengasihaninya, malah kitalah yang jadi membutuhkannya.

Apa yang dilakukan oleh Punk Kwala Ngibur, sejatinya membawa kita pada usaha serupa yang dilakukan oleh Jepang. Sebagai negara maju yang tetap berpegang teguh pada budayanya, usaha mengonstruksi rasa memiliki terhadap budayanya bukanlah sebatas yel-yel Ajeg Jepang saja. Dalam hal ini, komik, film, dan media pertunjukan menjadi wabah yang disuntikan ke segala penjuru dunia.

Lihat saja toko-toko buku terdekat di kota anda, setiap hari ada saja komik Jepang yang diproduksi. Pun ada saja komik yang terbeli. Di dunia maya, film-film dengan bahasa, lelucon, budaya khas Jepang berceceran seperti status facebook. Inipun menjadikan kita lebih dekat dengan mereka. Jika tak percaya, cobalah tanya anak di rumah, mana yang lebih dikenalnya, Panglima Besar Bali Kebo Iwa ataukah Miyamoto Mushasi seorang samurai yang sering diadaptasi ke berbagai cerita Jepang mulai dari novel, film, hingga komik.

Sebab Bahasa Bali sudah terlampau tua jika dibandingkan dengan hidup manusia Bali. Ia sudah hidup jauh sebelum Dang Hyang Nirartha diteteki susu oleh biangnya. Sudah tahu mana yang baik, mana yang benar. Sudah saatnya bahasa Bali diletakkan dalam berbagai sektor kekinian. Jangan cuma ditempatkan untuk bicara tentang ke-Bali-an saja. Apang sing jelemane gen ane sok kekinian, biarkan pula bahasa Bali ikut berpartisipasi dalam setiap trend yang ada.

Tak usah protes jika bahasa Bali masuk dalam ranah ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dan sex sebagaimana yang diceritakan dalam Punk Kwala Ngibur. Mungkin saja ia lebih bahagia ditempatkan di facebook, instagram, komik, baju, bahkan bra sekalipun. Ketimbang difungsikan serupa Tapakan Ida Bethara, yang disineb dan disungsung kembali setiap datang odalan. (T)

Singaraja, 2016

Tags: ajeg baliBahasaBahasa Balibali
Previous Post

Reklamasi Teluk Benoa, “Profit” atau “Benefit”?

Next Post

Kemiskinan dan Upacara, Mendapat dan Memberi

Wayan Sumahardika

Wayan Sumahardika

Sutradara Teater Kalangan (dulu bernama Teater Tebu Tuh). Bergaul dan mengikuti proses menulis di Komunitas Mahima dan kini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Pasca Sarjana Undiksha, Singaraja.

Next Post

Kemiskinan dan Upacara, Mendapat dan Memberi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co