9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Bali Memahami Konflik Dengan Sangat Bijaksana

Ketut Syahruwardi AbbasbyKetut Syahruwardi Abbas
February 2, 2018
inOpini

Ilustrasi: Surya Pratama

56
SHARES

Bali memahami konflik dengan sangat bijaksana. Ia adalah konsep rwa binedha, pertentangan yang menjadi satu, pertentangan yang melahirkan dinamika dan keberlangsungan hidup.

Ada ruang yang cukup luas untuk memberi tempat bagi sebuah konflik. Siang dan malam adalah konflik yang mengajarkan bahwa hidup tidak melulu jaga. Ada saatnya mata ditutup, batin dilemaskan, otak diistirahatkan. Tubuh memahami konflik siang-malam ini dengan sangat bijaksana: peralihan berjalan gradual melalui siang, sore, senja, malam, pagi … Tubuh mengikuti perubahan gradual itu dengan tenang, damai, dan ekstatif. Konflik itu pun menjadi sebuah keniscayaan dan mendatangkan mala petaka bila dicoba disingkirkan.

Konflik dan kehidupan adalah cair pada air, manis pada gula, dan bulat pada bumi. Konflik adalah bagian dari jiwa setiap orang: ada kebajikan dan ada keangkaramurkaan. Tapi kita acap memahaminya hanya dalam dua kutub ekstremnya. Rwa binedha, memang, hanya memberi batas pada ujung. Namun di antara batas itu ada warna-warna yang tak terhingga jumlahnya. Tak seorang pun mampu memberi ukuran pada kebajikan dan keangkaramurkaan secara absolut. Di lingkungan bandit ada orang yang disebut alim, tapi bila orang ini berpindah tempat ke lingkungan biara, misalnya, dia akan menjadi kantong sampah yang paling kotor.

Konflik acap kali kita pahami hanya sebatas perkelahian massa dua banjar. Konflik sering hanya kita pandang sebagai pertentangan panas dua kubu. Kita jarang melihat konflik sebagai sebuah proses panjang perjalanan sebuah masyarakat, bahkan perjalanan seorang individu. Proses itu sangat alami. Alamiah. Tak seorang presiden pun mampu menghentikan proses itu kecuali mempercepatnya menjadi sebuah ledakan. Inilah bahaya rekayasa sosial-budaya —apa pun bentuknya.

Masyarakat Bali sedang berada dalam proses itu. Pada mulanya, seperti digambarkan sangat indah oleh Clifford Geertz dalam buku ”Involusi Pertanian”, masyarakat Bali bergerak sangat involutif, bergerak ke dalam, bergerak ke arah ”pencanggihan” diri dan komunalnya. Lukisan-lukisan tradisional Bali sangat nyata menggambarkan hal itu. Garis-garis lukisan tradisional Bali kian lama kian merumit, kian ke dalam, dan kian menyempit. Involusi inilah yang melahirkan ungkapan-ungkapan semacam de ngaden awak bisa, koh ngomong, dan semacamnya. Masyarakat Bali, dulu, merasa sangat secure berada dalam kondisi involutif itu karena para dewa berada di sekitar mereka, siap melindungi mereka, dan cukup hidup hanya dari tanah, air, udara, dan api yang ada di sekitar mereka. Bali tidak membutuhkan ”perluasan garis” karena pikiran dan manah mereka tak jauh-jauh menuntut lebih dari apa yang disediakan alam sekitarnya.

Lalu perubahan pun muncul. Pariwisata melemparkan ketentraman ala budaya agraris masyarakat Bali jauh ke budaya industri tingkat II (industri jasa). Sangat sedikit sebuah masyarakat mengalami lompatan budaya begitu jauh.

Mudah dipahami kalau kemudian muncul kegamangan luar biasa. Masyarakat Bali tiba-tiba harus berhadapan dengan konflik yang sangat luar biasa: kaki kanan sudah harus melompat jauh, sementara kaki kiri masih belum bisa meninggalkan peninggalan budaya masa lalu. Kita, masyarakat Bali, tidak sempat melakukan perubahan batin ketika tiba-tiba harus berdesakan tinggal di petak-petak sempit di tengah kota, bahkan untuk membangun sanggah pun kebingungan. Kita, masyarakat Bali, tidak sempat menata batin ketika tiba-tiba harus berhadapan dengan kehadiran budaya materialistik yang serba agresif dan cenderung menguasai.

Persoalannya bukan sebatas kalimat sederhana ”budaya modern cenderung individual dan budaya Bali lebih bersifat komunal.” Tidak. Masalah yang ”terlibat” di dalamnya jauh lebih rumit ketimbang pandangan ujung-pangkal dan barat-timur seperti itu. Ada keinginan untuk berubah pada semua orang. Itulah sebabnya manusia mati dan kehidupan dijalankan oleh generasi selanjutnya. Pergantian generasi akan menghadirkan perubahan pandangan dan tuntutan budaya. Siapa pun yang berusaha menghentikan perubahan itu haruslah mampu mempertahankan umur manusia sepanjang zaman dan menghentikan proses regenerasi. Inilah kesia-siaan yang acap kita perbuat dengan dalih melestarikan budaya, mewariskan budaya kepada anak cucu, dan seterusnya.

Konflik pastilah mengiringi setiap perubahan. Tak perlu dicemaskan. Sebab konflik akan kian membesar bila perubahan itu kita hentikan. Masalah yang harus kita pikirkan adalah bagaimana membuat konflik menjadi benar-benar rwa binedha, yakni konflik yang menyehatkan, konflik yang membuat kita tidur di malam hari dan jaga di siang hari dengan sepenuhnya diamini oleh tubuh. Konflik akan menjadi carut-marut tak terkendali, akan menjadi sangat menyakitkan, bila di saat matahari tenggelam kita mencoba tetap menghadirkan siang hanya karena kita beranggapan sianglah saat yang terbaik dan kita butuhkan kehadirannya setiap saat.

Bali sedang berada dalam perjalanan budaya menuju pagi berikutnya. Jangan dihentikan, jangan paksakan tetap siang atau tetap malam. Bali sedang menuju budaya industri tingkat II, jangan dicemaskan. Kita akan melaluinya dengan tetap bernafas Bali, dengan tetap berhati Bali, walaupun mungkin akan berubah warna.

Ini keniscayaan. (T)

Tags: baliClifford Geertzkonflik
Previous Post

Peta dan Wacana Ihwal Tubuh: Seni Rupa Bali Dasa Warsa Terakhir

Next Post

Bertemu Karl Marx di Highgate

Ketut Syahruwardi Abbas

Ketut Syahruwardi Abbas

Wartawan senior, menulis puisi, esai dan cerpen. Pernah menjadi pemimpin redaksi di sejumlah media

Next Post

Bertemu Karl Marx di Highgate

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co