Suatu hari yang tenang, di penghujung tahap akhir penyelesaian project final ujian akhir semesterku. Aku bangun agak telat karena menghabiskan tenaga untuk begadang demi sebuah kewajiban. Seorang gadis yang pernah menarik perhatian banyak lelaki sewaktu SMA menelponku, dengan suara manis semanis wajahnya ia menanyakan kabar dan berbasa-basi.
“Gimana kabarmu, Panji?”
“Aku baik, kamu gimana?”
“Baik juga!”
“Kamu kuliah di mana?”
“Aku kuliah di Pendidikan Teknik Informatika”
Aku mulai grogi melanjutkan percakapan. Ada apa gerangan primadonna seperti gadis ini menelepon lelaki dengan kantung mata berlapis, berjenggot, berkumis dan bau amis ini?
Jika dikaitkan dengan kisah cinta seperti Aladin sangat tidak relevan karena aku tidak meminta bantuan jin sama sekali tetapi lama kelamaan aku semakin yakin pasti ada hal yang khusus di antara percakapan reguler ini. Setelah beberapa menit berlalu terlontarlah sebuah pertanyaan berupa:
“Ini laptop pacar aku kenapa ya, setelah di-restart malah macet. Bantuin pacar aku dong. Kamu kan anak TI,” katanya dengan nada yang manis membuatnya terdengar seperti memelas namun manis tapi sangat memelas dan sangat manis.. ya manis manis memelas-lah.
Uh, sakitnya….
Dengan lapang dada karena harapan yang baru saja tumbuh sudah layu aku menyanggupi dan memberikan konsultasi secara daring, walau hanya mendapat terima kasih ya sudahlah daripada tak mendapat apa-apa.
Sesudah itu tak sengaja pengalaman pengalamanku sebelumnya kembali kuingat
“Panji, kamu kan anak TI. Bisa gak benerin laptop aku?”
“Panji, kamu kan anak TI. Bisa gak benerin HP aku?”
“Panji, kamu kan anak TI. Bisa buatkan animasi untuk tugas media pembelajaran aku?”
Tiga pertanyaan diatas adalah beberapa dari sekian pertanyaan dan permintaan yang selalu dilontarkan kepada kaum yang dipandang menguasai segala hal yang berkaitan dengan teknologi dan tidak mampu dimengerti oleh orang awam. Padahal tidak semua akademisi di bidang IT mampu memperbaiki laptop dan HP mereka sendiri, membuat animasi media pembelajaran sendiri, apalagi ketika ditanya bagaimana mencari channel film Korea di parabola.
IT memang sebuah bidang ilmu, namun cakupannya masih sangat luas sehingga memiliki beberapa sub bidang seperti networking yang menekuni hubungan antar komputer dan konfigurasinya, programming yang menekuni rekayasa perangkat lunak dengan istilah sederhananya adalah membuat program untuk komputer, dan sub bidang lainnya.
Oleh karena itu bukanlah sebuah kepastian jika menekuni bidang IT dapat menjadi orang nomor 1 yang dapat dihubungi kapan saja dengan melakukan apa saja asalkan berkaitan dengan mesin dan komputer.
Ketika ditanya alasannya jawabannya adalah “Ribet kali, aku gak ngerti” lalu menempelkan stempel tepat di jidat yang menyatakan bahwa orang IT-lah yang tahu segalanya.
Padahal yang maha tahu akan semua hal di semesta ini hanyalah Tuhan Yang Maha Esa kemudian dilanjutkan oleh Google. Penekun IT atau TI hanya memiliki kemampuan lebih baik dalam mencari menerapkan petunjuk yang diberikan, penekun IT hanya memiliki kemampuan untuk mengoperasikan lebih fasih dibandingkan pengguna awam. Cukup sudah aku menegur gadis itu walaupun dalam hati, gadis itu membalas
“Oh sudah mau Panji, terimakasih ya udah bantuin pacar aku.”
“Iya sama-sama. Semoga langgeng sama pacarnya ya,” balas aku dan percakapan hari itu pun berakhir.
Esok harinya gadis itu kembali menghubungiku
“Panji, aku sudah putus hubungan dengan pacarku hmm. Ini AC kamar gebetan aku kenapa gak mau dingin ya? Kamu kan anak IT, bantuin dong” [T]