Puasa, entah itu merupakan satu kewajiban agama, sebuah tradisi bersama ataupun suatu kesadaran personal, secara biologis, itu dipastikan sehat. Esensi biologisnya mungkin dapat dikatakan mirip dengan fenomena yoga dan sunat (sirkumsisi) pada laki-laki. Ketiganya sering dikaitkan dengan tradisi satu agama tertentu. Dan seperti biasa, kedekatan satu hal dengan satu agama tertentu, baik secara formal maupun kultural, seringkali menimbulkan sentimen tak beralasan segelintir pemeluk agama lain dan cenderung menyangkal esensi dari kebaikan hal tersebut. Dalam hal inilah semestinya sains mengingatkan agama.
Bagaimana kita dapat menyangkal kebaikan dan manfaatnya, saat seseorang teratur melakukan yoga? Mengatakan yoga buruk atau bahkan haram, kan sama saja menyimpulkan olah raga pun tak baik. Dari makna katanya saja, yoga, sudah sedemikian sehat yaitu “bersatu dengan alam dan sang pencipta”.
Ini sebuah spirit adiluhung yang lalu diterjemahkan ke dalam berbagai olah tubuh dan pernapasan hingga spirit itu terwujud dalam keseharian hidup insani. Secra filosofis hal ini sangat mudah dipahami. Bukankah hidup itu adalah napas dan gerak? Bahkan dalam prinsip kegawatdaruratan medis, dua aspek teratas adalah menjaga jalan napas (A/airway) dan pernapasan itu sendiri (B/breathing).
Maka apa yang dipertontonkan Muhammad Salah, penyerang andalan Liverpool menjadi relevan dalam hal ini. Selebrasi yoga itu ditunjukkan Salah ketika menjebol gawang Chelsea beberapa waktu lalu. Pose yoga berdiri dengan satu kaki itu mengadopsi pose Vrikshasana atau pose pohon. Kepada Sky Sports, Salah mengaku bahwa pose itu dilakukan secara spontan. “Saya adalah pria yoga. Saya rutin melakukan yoga dan hal itu terlintas begitu saja dalam pikiran saya,” ungkapnya. Salah tak salah!
Begitu juga, melakukan sunat atau sirkumsisi pada laki-laki. Tanpa memandang alasan melakukannya, secara biologis empirik maupun berdasarkan dari riset yang telah terstandar baku, tindakan itu sehat dan dapat mengurangi risiko kanker penis. Ini pun mudah dipahami.
Begini, sunat atau sirkumsisi itu adalah tindakan membuang kulup atau kulit penutup ujung penis. Penis selain untuk kencing, urine itu tak steril, ia pun secara biologis mengeluarkan semen (cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan).
Jika kita tak rajin membuka dan membersihkan dengan air ujung penis atau jika kebetulan kulit ujung penisnya terlalu sempit dan sulit dibuka (phimosis), maka ada risiko penumpukan sisa cairan kelenjar atau terjadi iritasi yang lama. Keadaan ini dapat menyebabkan infeksi atau iritasi lama yang berisiko kanker. Jadi jangan ragu-ragu memotong sedikit saja, sisanya masih banyak. Jangan pelit-pelit!
Nah kembali pada kebiasaan puasa atau untuk umat muslim yang sudah merupakan satu kewajiban, ini pun sehat secara biologis. Dalam tradisi Hindu pun, puasa sering dilakukan saat perayaan hari raya Nyepi. Agama yang mewajibkan puasa, menurut saya ini sangat visioner.
Jika kita kaitkan dengan pola penyakit saat ini hingga ke masa depan, penyebabnya memang telah bergeser ke arah akibat perilaku hidup, terutama pola makan berlebih (over callory intake) dibandingkan dengan penyebab sebelumnya yang lebih banyak karena infeksi. Kalori berlebihan yang menumpuk dalam tubuh yang tak diimbangkan dengan pemakaiannya dalam bentuk olahraga, dapat berakumulasi menjadi suatu obesitas sentral. Ini kita ketahui bersama dapat menjadi salah satu faktor risiko mayor penyakit-penyakit metabolik berbahaya seperti kolesterol berlebih, diabetes dan hipertensi.
Mereka makin berbahaya karena sebagian besar tak memberi keluhan (asimptomatik). Selain obesitas, faktor-faktor risiko yang lain adalah genetik, merokok, kurang gerak dan stres emosional. Jika penyakit-penyakit metabolik ini tak ditangani dengan baik, maka kita sedang menunggu komplikasi stroke, serangan jantung atau gagal ginjal. Dan jika komplikasi ini tak ditangani dengan semestinya, maka sama saja artinya kita sedang menunggu sebuah pemakaman.
Secara langsung, mengurangi asupan kalori berlebih memang menjadi aspek terpenting pengobatan diabetes dan pasien dengan masalah kelebihan lemak (dislipidemia). Puasa dapat menjaga kadar gula dan kolesterol tak berlebih. Begitu pula efek langsung pembatasan asupan air dan cairan sangat baik untuk pasien-pasien gagal ginjal atau gagal jantung yang telah mengalami masalah kelebihan volume cairan tubuh.
Secara psikologi pun, puasa dapat memberi manfaat langsung dalam mengelola emosi dengan lebih baik dan relaks. Mental rohani tak dapat disepelekan begitu saja dalam menciptakan tubuh yang sehat, ini bekerja melalui satu mekanisme yang disebut mekanisme neurohormonal. Maka, apapun hal baik, dilihat dari manapun, ia haruslah tetap baik! [T]
BACA JUGA KOLOM DOKTER YANG INI:
- Acintya
- Nyepi: Terapi Kesehatan
- Pasien, Guru yang Sempurna
- Dokter dan Sepotong Filsafat
- Dokter & Dukun, Tujuan Sama, Satu Naik Heli, Satu Naik Boat, Tidaklah Bertabrakan…
- Hantu itu Bernama Ateisme
- Seks: Barang & Gaya Itu-itu Saja, Yang Rumit adalah Persepsinya
- Ideologi, Demokrasi & Kesehatan Bangsa
- Musuh Dokter itu Bernama Keseriusan
- Evolusi Pasca Darwin
- Belajar dari Tubuh
- Sudah Jelas, Penyebab Stoke adalah Nasib
- Dokter, Profesi Paling Lucu
- Pemilu, Politik & Stres
- Biaya Kesehatan Harus Dibikin Semahal-mahalnya
- Diabetes yang Menghentikan Kita, Atau Kita yang Menghentikan Diabetes
- Bulan, Menelitinya atau Mengaguminya, Keduanya adalah Ibadah
- Pendidikan & Keutuhan Bangsa