Setiap orang pastinya menjadi pemimpin nantinya. Pemimpin organisasi kecil hingga besar, pemimpin negara maupun keluarga. Kepastian untuk menjadi pemimpin ini, mengharuskan kita untuk mengetahui beberapa hal dalam menjadi pemimpin.
Apakah memang enak menjadi pemimpin? Berikut ada beberapa kalimat yang mungkin sudah sering terdengar:
Pemimpin adalah pribadi yang dikorbankan
Pemimpin adalah pribadi yang dikorbankan merupakan kalimat pertama yang akan dicoba untuk dibahas. Seorang pemimpin harus siap berkorban untuk kelompok yang dipimpin demi kepentingan bersama. Berkorban seperti apakah? Apakah selalu bertanggung jawab dari setiap masalah yang ada?
Dalam kegiatan fit n proper test II serangkaian suksesi pengurus HMJ Matematika Undiksha tahun 2018 yang dilaksanakan pada 6 Desember 2018 di Gedung Auditorium Undiksha, ketua BEM FMIPA masa bakti 2018/2019 yang saat itu menjadi panelis menyampaikan, “Jika ada nantinya anggota yang berbuat salah, maka pemimpin juga salah. Pemimpin juga bertanggung jawab dengan apa yang dilakukan oleh anggotanya.”
Tentu saja, menjadi pemimpin memiliki tanggung jawab yang lebih dibandingkan dengan anggota dalam kelompok yang dipimpin. Memiliki tanggung jawab yang lebih tentunya bukanlah suatu hal yang mudah. Disinilah pemimpin akan mengorbankan lebih banyak waktu dan pikirannya kepada kelompoknya. Bisa jadi betuk-bentuk lain dari pengorbanan juga dilakukan pemimpin.
Hal menarik yang juga sering terdengar dengan jabatan korti (koordinator tingkat, biasanya sih ada di perkuliahaan seperti ketua kelas). Banyak yang menyampaikan bahwa korti itu memiliki kepanjangan korban timpal. Apakah ini sejalan dengan pemimpin adalah pribadi yang dikorbankan?
Pemimpin tidak selalu menyenangkan semua pihak
Dalam mengambil keputusan, banyak pertimbangan yang seharusnya dipikirkan. Bukannya melihat dari satu sudut pandang saja. Sebagai pengambil kebijakan, tentunya memiliki beban yang berat. Tetapi ini merupakan tanggung jawab yang memang harus dilakukan sebagai seorang pemimpin.
Terkadang keputusan untuk menjadikan kelompok ke arah yang lebih baik mendapat ketidakterimaan dari beberapa orang. Ketidakterimaan dengan keputusan yang diambil bisa jadi karena pertimbangan yang dilakukan oleh pemimpin tersebut tidak dipikirkan oleh yang tidak terima. Jadinya ya jelas tidak terima. Jika nantinya menjadi pemimpin dan ada yang tidak sepaham, ya itu hal yang wajar. Yakinilah itu juga memberikan dampak yang positif.
Sebagai contoh, kebijakan larangan menggunakan rok di atas lutut untuk ke sekolah. Ketidakterimaan dengan kebijakan ini tentu saja ada. Seperti yang disampaikan sebelumnya, karena tidak memiliki pertimbangan yang sama, ketidakterimaan ini muncul. Tentu saja, tidak semua pihak senang. Apakah kebijakan ini bertujuan untuk hal baik? Ya.
Walaupun tidak selalu menyenangkan semua pihak, pemimpin juga tidak boleh mengambil keputusan seenaknya tanpa motivasi membawa kelompok ke arah yang lebih baik.
Siap memimpin juga harus siap dipimpin
Dalam beberapa kondisi, seseorang harus siap dipimpin sebelum menjadi pemimpin nantinya. Ketika dipimpin, ada pembelajaran yang bisa diambil dan nantinya bisa diterapkan saat memimpin. Karena semuanya nanti akan menjadi pemimpin jelaslah sikap menerima untuk dipimpin harus dimiliki setiap orang. Maka ketika dipimpin, perhatikanlah bagaimana pemimpin yang ada, apa yang dilakukan, dan apa pelajaran yang bisa diambil.
Ketika ada hal yang harus diperbaiki, perbaikilah ketika menjadi pemimpin nantinya. Ketika sudah selesai menjadi pemimpin dan ada pemimpin baru, siaplah untuk dipimpin. Yakinilah bahwa pemimpin yang ada merupakan orang yang tepat untuk membawa kelompok ke arah yang lebih baik.
Siap dipimpin, kita juga harus peduli dengan pemimpin yang ada bukan hanya ikut perintah tanpa berpikir. Saat dipimpinlah kita bisa melihat apakah keputusan yang diambil oleh pemimpin perlu pertimbangan tambahan atau tidak. Ingat saja bahwa semua untuk kelompok agar menjadi lebih baik kedepannya. Ketika dipimpin dukunglah pemimpin yang ada.
Menjadi pemimpin bukanlah hal yang susah jika sudah disiapkan dari sebelum-sebelumnya. Mari lihat pemimpin-pemimpin yang ada, siapa tahu kita adalah pemimpin selanjutnya. (T)