Betapa dalam urusan mandi pun orang-orang banyakngomen saya. Kata mereka saya jarang mandi, jadi saya adalah orang jorok dimata mereka.
Aku tak bisa membayangkan bagaimana kita dengan nyamannya rutin melakukan sesuatu yang jelas-jelas itu adalah fana dan semu.Ok, hidup memang fana, dan tidak ada yang abadi di dunia. Tapi sefana-fana dansesemu-semunya kegiatan selain typo (habis ngachat orang tiba-tiba dihapus)adalah mandi.
Bagaimana tidak fana dan semu, lihat setelah mandi apa yang yang kita lakukan? Menghapusnya kan!? Habis membasahi tubuh eh malah dilap pake handuk. Apa namanya kalau bukan fana dan semu!? Mandi itu fana dan mandi itu semu karena kita sengaja membasahi tubuh dan dengan sengaja pula kita mengeringkan air itu dari rubuh kita. Seperti kamu yang tiba-tiba datang dan tiba-tiba pergi, eaak.
Tapi bener deh, bagaimana mungkin kita dengan tenangnya “membuang-buang” air di saat air satu botol tanggung saja kini harganya 3000 rupiah, di terminal malah 5000 rupiah harganya. Ketika kalian mandi, coba bayangkan bagaimana keadaan daerah-daerah yang sedang dilanda kekeringan dan kekurangan air sampai untuk minum saja sulit.
Coba, coba bayangkan. Sementara kita yang bergelimang air malah menggunakan mandi sebagai ajang memperbagus dan mempercantik diri untuk pergi ke hal-hal seperti pacaran, ke mall, nonton di bioskop sama gebetan, dan sebagainya. Betapa kita tertawa dan bahagia di tengah kesengsaraan orang lain kawan.
Ok ok, mandi itu penting dan bagus buat kesehatan. Selain itu juga bisa memperbagus penampilan tubuh. Saya juga setuju itu. Tapi untuk propaganda mandi tiga kali sehari dan mandi ketika akan pergi pacaran, shoping, atau hal-hal konsumtif lainnya itu sedikit keterlaluan.
Coba dipikir, ketika kita mandi sebelum pergipacaran dan shoping atau sejenisnya tubuh kita dalam keadaan segar denganbegitu kita akan betah berlama-lama melakukan kegiatan konsumtif itu. Jadi, mandi untuk hal-hal demikian hanya akan memperparah mental konsumtif dan budaya konsumerisme kita.
Bahkan budaya konsumerisme (membeli bukan atas dasar membutuhkan) juga merambah ke ranah mandi. Salama ini, pandangan orang-orang tentang mandi hampir seperti kewajiban saja, kalau tidak 3 kali sehari maka akan dianggap jorok. Mari sejenak dipikirkan mandi itu untuk apa kalau tidak untuk membersihkan badan dan menghilangkan bau. Kalau masih belum kotor dan bau berarti belum butuh mandi kan. Masak harus dengan 3 kali sehari kita harus mandi? Konsumtif amat sih kalian sama air.
Ok-lah kalau 3 kali sehari tuh mungkin sudah jarang orang melakukannya, setidaknya patokannya dua kali sehari atau satu kali sehari. Ok, itu bagi orang yang bekerjanya padat jadi tubuh mereka akan kotor dan bau dengan cepat. Tapi bagaimana dengan orang yang kerjaannya tidak terlalu padat dan tidak mengeluarkan keringat banyak, atau bahkan tidak berkeringat sama sekali. Seharian atau bahkan dua harian tidak bakal keringatan tuh orang.Jadi tidak terlalu membutuhkan mandi banyak-banyak, ya mandi seperlunya saja.Dua hari sekali cukup kok.
Cobalah sedikit bijak dalam hal mandi, bahwa mandi itu tidak seperti makan yang setiap jam kita akan merasakan lapar. Tapi apakah setiap sepertengah hari tubuh kita butuh mandi? Tidak juga. Bahkan bagisebagian orang yang tingkat metabolisme tubuhnya tidak terlalu besar, mandi tidak begitu penting bagi mereka sebab berkeringat saja jarang kok.
Mandilah dengan bijak dan jangan gunakan air yang sudah mulai dijual itu untuk keperluan yang tidak-tidak. Mandilah seperlunya saja, tak usah merisaukan komentar orang agar budaya konsumerisme bisa sedikit demi sedikit kita basmi.
Sampai di sini, kita sudah bisa tahu betapa konsumtifnya seseorang dari jumlah mandi mereka. Cukup. (T)