PADA tahun 1970, sebuah grup band asal Inggris yang dalam waktu singkat telah berpengaruh besar terhadap dunia—tidak hanya pada musik namun juga sosisl budaya bahkan pergerakan dan politik, The Beatles membubarkan diri tepat saat berada di puncak popularitasnya.
Kemudian banyak orang beranggapan bahwa bubarnya The Beatles disebabkan oleh kehadiran Yoko Ono, perempuan-seniman Jepang yang menjadi kekasih John Lennon. Yoko Ono dianggap terlalu ikut campur terhadap The Beatles, dan terutama lagi ia sangat mempengaruhi kehidupan pribadi dan pemikiran John Lennon, sehingga akhirnya berimbas pada kekokohan band yang pertama kalinya dikenal dengan single Love Me Do itu.
Namun sangkaan tersebut tentu tak cukup mendasar serta mudah ditepis oleh Yoko Ono. Kehancuran The Beatles sendiri seperti fenomena gunung es, ia sudah retak di dalam jauh sebelum Yoko Ono hadir. Ketidakcocokan demi ketidakcocokan antar para personelnya, terutama John Lennon dengan Paul McCartney adalah penyebab terbesarnya bencana itu. Ide antara satu dengan yang lain selalu gagal disemejakan. Gagasan-gagasan dua orang itu selalu kesulitan untuk menemui titik kesepakatan.
Tentu hal ini sangat kontradiktif dengan kehidupan awal mereka. Di mana awalnya mereka mampu membangun sebuah idealisme kelompok dalam kerja kreatif dan merasa cocok satu sama lain sehingga bisa melahirkan mahakarya bersama dan mampu melajukan The Beatles menuju puncak kesuksesaannya.
Keretakan itu semakin lama semakin tampak, dan akhirnya tak dapat terelakkan. Sedangkan Yoko Ono yang disangkakan sebagai orang paling bertanggung jawab atas bubarnya The Beatles pada akhirya memberi suatu pernyataan yang cukup mengejutkan, “The beatles bubar karena mereka menjadi dewasa!”
Ucapan Yoko Ono ini menarik. Tentu, jika kita mengambil kesimpulan secara kasar, berarti The Beatles yang sepanjang karirnya meraup sukses besar tersebut saat itu ia belumlah dewasa. Dan ketika dewasa ia justru bubar. Atau dengan kata lain, kedewasaannyalah yang membuat ia tidak bisa bertahan.
Ada apa dengan “dewasa”?
Dari peristiwa bubarnya The Beatles dan pernyataan Yoko Ono ini pun kita bisa menangkap kesan, betapa sulitnya orang dewasa berkompromi. Betapa kerasnya sikap orang dewasa. Dan pekerjaan yang hampir mustahil dilakukan mungkin adalah menyatukan banyak kepala dalam satu atap, seperti halnya para personel The Beatles ketika menjadi dewasa.
Setiap kepala orang dewasa sudah tentu ada sebongkah batu-ego di dalamnya. Manusia semakin dewasa semakin banyak pula keinginannya, semakin besar pula hasrat individualisnya, dan semakin berbelit-belit pula untuk mencapai sebuah kesepakatan dan seanggukan dalam kebersamaan. Tentu, karena seringkali kedewasaan tidak selalu sepaket dengan kebijaksanaan, dalam arti sikap dan perbuatannya tidak selalu mengutamakan kepentingan dan kebaikan bersama.
Hal semacam inilah yang perlu disadari betul oleh setiap orang, terutama bagi mereka yang ingin membangun sebuah kelompok, baik itu paguyuban, komunitas, maupun kelompok persahabatan. Sebab tempurung kepala manusia yang kerasnya tidak melebihi batok kelapa itu bisa sekeras baja dalam mempertahankan sikap, keotoriteran, dan kemauan sendiri, sehingga kadangkala mangaburkan kepentingan komunal dan kelancaran roda yang bernama kelompok atau komunitas sehingga mencapai apa yang dicita-citakan.
Kelompok atau komunitas adalah ibarat sebuah rumah tangga. Semegah apa pun dari luar tentu ada keretakan-keretakan dan ketidakserasian di dalamnya. Itu wajar. Seorang suami tidak selalu cocok dengan istrinya, begitu pun seorang istri tidak akan selalu cocok dengan suami itu lumrah.
Namun bukan berarti hal itu dijadikan alasan untuk berpisah atau bercerai-berai demi menuruti dahaga personal dan egonya masing-masing. Kekokohan harus terus diperjuangkan. Dan perpisahan hanya jalan terakhir yang dihalalkan namun dibenci Tuhan dan dibenci hati nurani. Memutus hubungan tentu tidak dilarang oleh hukum, akan tetapi itu tetap tidak baik dan perlu dihindari.
Maka, di dalam kelompok atau komunitas yang dipentingkan adalah kepala dingin. Kepala yang mampu meminimalisir kepentingan individu. Atau kalau perlu dalam kelompok adalah berisi kepala anak-anak semua. Kepala yang belum terkontaminasi banyak kepentingan maupun kecendrungan pada sebuah kotak tertentu yang hanya akan membawa pada keretakan dan kehancuran. (T)