6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Moshing di Lagu yang Salah, Normalisasi FOMO Melucuti Esensi Musik

Arix Wahyudhi Jana PutrabyArix Wahyudhi Jana Putra
April 21, 2025
inEsai
Moshing di Lagu yang Salah, Normalisasi FOMO Melucuti Esensi Musik

Ilustrasi tatkala.co | Arix

“Tidak datang untuk validasi keren, ini caraku untuk mengekspresikan diri dan merayakan musik yang kucintai!”

Begitu ungkapan yang seringkali ada di benak saya ketika mengunjungi acara musik.

Gigs dan konser bukan sekadar mendengar dan menonton musik. Kedua hal itu bagai ruang interaksi, tempat energi kolektif dituangkan, dan ruang bagi musisi serta penikmat musik untuk saling berbagi pengalaman.

Dalam beberapa tahun terakhir, saya melihat semakin banyak anak muda yang hadir di gigs dan konser, walaupun jujur saja, saya tidak terlalu sering datang ke acara-acara musik itu. Tapi yang saya ingat ketika menonton, orang-orang membawa semangat baru sekaligus fenomena yang menarik perhatian saya, mereka yang datang banyak yang menikmati, tapi tidak sedikit juga yang hanya demi FOMO (fear of missing out), tanpa benar-benar memahami esensi musik yang dihidangkan.      

Apa Itu Gigs, Pogo, dan Moshing?

Mari kita kenali beberapa istilah yang sering muncul di dunia musik. Gigs singkatan dari “engagement” adalah pertunjukan musik skala kecil hingga menengah, biasanya digelar di bar, kafe, atau ruang komunitas.

Istilah “gig” dalam dunia musik berasal dari bahasa gaul para musisi jazz di Amerika Serikat awal abad ke-20.  Acara yang menjadi wadah bagi band lokal atau musisi independen untuk menampilkan karya mereka, dan biasanya penggemar mereka tidak terlalu banyak.

Berbeda dengan konser yang sering kali megah dan terorganisasi secara komersial, gigs memiliki suasana lebih intim, seperti di khususkan untuk para pendengar VIP, hahahaa.

Dalam beberapa skena musik, seperti punk, metal, atau hardcore, muncul bentuk ekspresi fisik unik dari penonton, pogo dan moshing. Pogo, tarian yang dipopulerkan oleh Bassis Sex Pistols Sid Vicious sekitar tahun 1976, adalah gaya menari yang sederhana namun energik, di mana orang melompat naik turun mengikuti irama musik, keringat bercucuran tanda ungkapan semangat.

Sementara itu, moshing, yang mulai berkembang pada akhir 1970-an dan awal 1980-an di California Selatan, Amerika Serikat. Saat itu, moshing disebut “slam dancing”, adalah bentuk ekspresi yang lebih agresif. Diiringi oleh musik keras dan cepat, penonton saling mendorong dan bertabrakan dalam area yang disebut mosh pit.

Meskipun terlihat kasar, dan tidak jarang memakan korban luka, moshing sebenarnya memiliki aturan tidak tertulis. Jika ada yang jatuh, mereka akan segera dibantu bangkit. Tidak ada amarah, hanya kesenangan, kesenangan, dan kesenangan.

Moshing mencerminkan semangat kebersamaan, energic, dan ungkapan perasaan yang tulus terhadap musik. Namun, aturan ini seolah tidak berlaku ketika fenomena FOMO mengambil alih.

FOMO di Gigs dan Konser

FOMO, atau rasa takut ketinggalan akan hal baru, menjadi salah satu pendorong utama tidak hanya generasi muda untuk hadir di gigs dan konser. Media sosial memperkuat fenomena ini. Unggahan di Instagram, dan cerita di TikTok menjadi alasan banyak anak muda datang ke acara musik, bukan untuk menikmati musik itu sendiri, melainkan demi dokumentasi.

Seolah menciptakan dinamika acara musik. Beberapa penonton tidak lagi datang dengan niat untuk memahami atau meresapi aliran musik tertentu. Mereka hadir dengan pakaian yang menonjol, gaya yang mencolok, dan keinginan untuk terlihat keren. Salah satu hasilnya adalah aksi pogo dan moshing yang dilakukan secara sembarangan, termasuk di lagu yang tidak sesuai.

Moshing di Lagu yang Salah

Bayangkan saja, jujur ini pasti sering terjadi, suasana gigs kecil dengan band yang memainkan lagu balada akustik. Ini kan harusnya menjadi momen untuk menikmati lirik yang menyentuh dan melodi yang menenangkan. Namun, tiba-tiba beberapa penonton mulai pogo atau bahkan mencoba moshing, menciptakan kekacauan di tengah suasana yang seharusnya damai.

Fenomena ini tidak hanya mengganggu pengalaman orang lain, tetapi juga menunjukkan ketidaktahuan akan budaya musik yang sedang dimainkan. Dan berlaku juga di konser yang boleh di kunjungi secara gratis, karena gratis juga, menyebabkan orang-orang dari kalangan mana pun bisa datang. Maka tak heran di konser gratis kalian bisa melihat orang yang mabuk.

Aksi seperti ini sering dianggap sebagai bentuk “pemberontakan gaya baru” oleh sebagian anak muda. Mereka ingin tampil beda, tetapi justru kehilangan esensi musik itu sendiri. Moshing di lagu keras sejatinya ungkapan perasaan, energi, dan kebersamaan. Namun, melakukannya di lagu yang salah justru mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap seni dan budaya musik tersebut, menimbulkan kekacauan dan akhirnya baku pukul. Kami para penikmat musik biasa menyebutnya dengan istilah “Kampungan!!!.”

Skena Musik

Menurut saya, fenomena ini memiliki dampak positif dan negatif. Di satu sisi, meningkatnya antusiasme generasi muda terhadap gigs dan konser membantu mempopulerkan skena musik lokal. Semakin banyak orang yang datang berarti semakin besar peluang bagi musisi untuk mendapatkan dukungan, harusnya begitu kan?

Namun, di sisi lain, aksi-aksi nyeleneh ini dapat merusak suasana dan mengganggu penonton lain yang lebih serius menikmati musik. Argumen saya ini di perkuat oleh pernyataan vokalis dari salah satu band Grindcore legend di Bali, ANTIPOP.

“Sekarang banyak yang sekedar ikut-ikutan (poser) datang ke gigs ngelakuin  two step ala New York malahan jadinya  crowd killin, kalo fenomena yang sekarang saya liat malahan two step bertujuan untuk menyakiti bukan lagi sebuah ekspresi dari emosi yang dicurahkan secara positif, bahkan banyak juga yang ga tau teknik pogo, two step, stage diving itu malahan ujung-ujungnya jadi nyakitin diri sendiri dan berujung perkelahian (agak ndeso klo ini),” kata Agung Yudha (vokalis ANTIPOP).

Band atau musisi pun bisa merasa kurang dihargai ketika penonton tidak memberikan respons yang sesuai dengan suasana musik mereka. Walaupun memang, tak banyak yang tahu dan malah menghakimi bahwa bentuk ekspresi diri lewat moshing dan pogo itu salah dan tak wajar, balik lagi itu adalah bentuk ekspresi kami terhadap musik.

Mengembalikan Esensi Musik

Musik adalah bahasa universal yang menghubungkan manusia secara emosional. Konser dan gigs adalah ruang di mana seni bertemu dengan apresiasi, bukan sekadar ajang pamer. Untuk generasi muda, memahami konteks musik yang dimainkan adalah langkah awal untuk menikmati acara dengan lebih mendalam.

Bagi musisi, fenomena ini menjadi tantangan baru, bagaimana menciptakan koneksi dengan penonton yang sebagian besar hanya mengejar FOMO. Dengan memberikan edukasi ringan atau menciptakan ruang khusus bagi penonton yang ingin sekadar berdokumentasi, pengalaman musik bisa tetap terjaga tanpa kehilangan esensinya.

Pada akhirnya, musik adalah tentang merasakan, bukan sekadar terlihat merasakan. “the right music, the right gigs and the right way, sehingga tidak crowd killing, setiap genre musik memiliki cara untuk dapat dinikmati, jadi jangan sampai salah Alamat” tambah Agung Yudha (vokalis ANTIPOP). Karena sesungguhnya, gigs dan konser adalah tentang kebersamaan, bukan sekadar kehadiran. Jangan sampai esensi musik dilucuti hanya karena sekedar update story. [T]

Penulis: Arix Wahyudhi Jana Putra
Editor; Adnyana Ole

Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.

  • BACA JUGA:
Menelisik Danilla Lagi: Telisik (lagi) Tour Bali Danilla Riyadi
Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Lagu “Guru Oemar Bakrie” Karya Iwan Fals
Catatan Amburadul Usai Menyaksikan VMO (Violent Magic Orchestra) di Bali — Serangkain Indonesia Tour VMO
Tags: FOMOGigsmoshingmusikpogo
Previous Post

Kudapan dan Kesungguhan: “Jaja” dan Bagaimana Kita Menjadi “Saja” – Renungan Hari Panyajan

Next Post

Dilema Suku Baduy [2]:Krisis Lahan Huma, Hilangnya “Bera” dan Solusinya

Arix Wahyudhi Jana Putra

Arix Wahyudhi Jana Putra

Gede Arix Wahyudhi Jana Putra. Mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Next Post
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

Dilema Suku Baduy [2]:Krisis Lahan Huma, Hilangnya “Bera” dan Solusinya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co