PUISI adalah ungkapan perasaan manusia yang diabadikan dalam bentuk kata-kata indah yang menyentuh hati. Puisi dapat membangkitkan beragam emosi seperti rasa bahagia, sedih, marah maupun cinta. Puisi juga dapat menjadi alat untuk menyampaikan kritik sosial sehingga diharapkan dapat mendorong perubahan.
Bagi pencipta karya sastra, dalam hal ini penulis puisi, bisa mengompilasi karya-karyanya tidak hanya dalam bentuk buku antologi puisi, namun juga bisa menciptakan kemasan baru yaitu menggabungkan puisi dengan musik, hingga menjadi karya baru, yaitu musikalisasi puisi.
Hal inilah yang membuat Ryan Indra Darmawan, Ketua Yayasan Kesenian Sadewa Bali, atau bisa disebut Yayasan Sadewa saja, untuk menggagas acara kreatif dalam kemasan workshop bertajuk ‘Pengenalan Puisi dan Proses Kreatif’.
Adapun workshop yang digelar Sabtu, 8 Februari 2025 ini, menghadirkan dua narasumber yang ahli dalam penulisan puisi dan karya kreatif. Mereka adalah Nanoq da Kansas dan Dadi Reza Pujiadi yang sudah berbagi ilmu dan pengalaman pada peserta, yaitu teman-teman dari komunitas disabilitas tuna netra.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/rilis.-puisi-yayasan-sadewa2-1024x682.jpg)
Teman-teman komunitas disabilitas tuna netra saat mengikuti workshop | Foto: Dok. Yayaysan Sadewa
Nanoq da Kansas adalah seorang Penulis, Budayawan dan Seniman, yang sudah banyak melahirkan karya sastra dalam bentuk puisi, cerpen, novel, naskah teater dan artikel budaya.
Nanoq juga aktif dalam seni teater dengan mendirikan Bali Eksperimental Teater tahun 1993 dan Komunitas Kertas Budaya tahun 1998. Hingga saat ini Nanoq tetap aktif menjadi narasumber dalam beragam kegiatan kesenian dan temu budaya.
Materi workshop yang disampaikan Nanoq, sebagai narasumber pertama, lebih menekankan pada penghayatan perasaan saat menulis kata-kata indah dalam puisi. Bagaimana puisi itu dapat tercipta, karena butuh perasaan dan penghayatan untuk menciptakannya. “Puisi bisa disimpulkan sebagai bentuk ungkapan perasaan dengan kalimat yang disusun dengan kata-kata terpilih,” demikian disampaikan Nanoq.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/rilis.-puisi-yayasan-sadewa4-1024x682.jpg)
Ryan Indra Darmawan selaku Ketua Yayasan Sadewa bersama Nanoq da Kansas, selaku narasumber dalam workshop pengenalan puisi | Foto: Dok. Yayasan Sadewa
Nanoq sangat mengapresiasi diselenggarakannya workshop ini.
“Workshop seperti ini bagus, karena jarang sekali yang menggelar workshop bertema pengenalan puisi, dan pesertanya pun dari komunitas disabilitas tuna netra, suatu bentuk kepedulian yang baik dan pastinya berkesan buat mereka,” ungkapnya. Sebelum mengakhiri sesi materinya, Nanoq berpesan pada teman-teman disabilitas tuna netra, “Jangan takut untuk memulai menulis puisi, jangan terpaku pada teori. Puisi adalah ungkapan perasaan yang jujur, tidak berlebihan,” kata Nanoq.
Narasumber berikutnya Dadi Reza Pujiadi, adalah seorang sutradara, penulis dan penggiat seni. Saat masih tinggal di Bali, Dadi aktif dalam banyak judul pementasan teater, ia juga mendirikan Grup Teater Lah pada Tahun 2007. Pengalamannya sebagai sutradara adalah pada pementasan teater berjudul Antigone, Lysistrata, Gol dan lainnya. Pindah ke Jakarta, Dadi tetap melanjutkan kegiatan berkeseniannya dengan aktif sebagai Stage Manager di Teater Populer Jakata 2009. Hingga sekarang ia masih suka menulis puisi dan cepen. Hobinya menulis, membuatnya merambah ke dunia perfilman nasional sebagai penulis skenario.
Dalam workshop, Dadi Reza Pujiadi lebih mengedepankan proses kreativitas dalam seni, terutama untuk mengembangkan imajinasi dan ekspresi diri.
“Proses kreativitas itu tak luput dari beberapa faktor yang mendukung, seperti lingkungan dan kebiasaan sehari-hari. Perlu diperhatikan juga beberapa tantangan dalam menciptakam karya seni kreatif, misal hindari ketakutan akan dikritik, jika dikritik jadikan sebagai masukan konstruktif. Selain itu, kurangnya waktu dan sumber daya, solusinya adalah dengan lebih bijak mengatur waktu. Tantangan berikutnya adalah tekanan untuk memenuhi ekspektasi, antisipasinya adalah dengan mencari sumber daya alternatif atau berkolaborasi,” demikian yang dipaparkan Dadi pada peserta workshop.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/rilis.-puisi-yayasan-sadewa3-1024x682.jpg)
Dadi Reza Pujiadi saat memberi pemaparan materi workshop | Foto: Dok. Yayasan Sadewa
Dadi sangat mengapresiasi Yayasan Sadewa yang sudah mengundangnya sebagai narasumber, “Menyenangkan bisa berbagi energi kreatif dengan teman-teman komunitas disabilitas tuna netra yang sangat antusias memiliki hasrat ingin tahu dan belajar, sehingga mereka pantas mendapat apresiasi yang tinggi, begitu pun dengan penggagas acara ini yaitu Yayasan Sadewa.”
Workshop kreatif ini diikuti 30 peserta komunitas disabilitas tuna netra, yang kemudian dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing beranggotakan 6 orang. Mereka nantinya akan membawakan karya musikalisasi puisi sebanyak 2 karya untuk masing-masing kelompok, dalam acara pementasan musikalisasi puisi yang akan berlangsung di Gedung Dharma Negara Alaya pada tanggal 11 Mei 2025 mendatang.
“Tujuan workshop ini untuk memberi materi pada teman-teman disabilitas tuna netra, tentang pengenalan karya sastra puisi, dan juga proses kreatif dalam produksi musikalisasi puisi. Agar mereka paham dan mengerti bagaimana proses kreatif dari penciptaan karya sastra puisi, proses kreatif aransemen musik, hingga menjdi sebuah karya baru yaitu muspus atau musikalisasi puisi, yang dapat dinikmati banyak orang dalam versi berbeda,” ungkap Ryan, yang juga pendiri Teater Sadewa. “Workshop ini merupakan salah satu agenda kegiatan proses produksi album musikalisasi puisi dan pentas musikalisasi puisi dari komunitas disabilitas tuna netra, yang akan diselenggarakan 11 Mei 2025,” imbuhnya.
Sebagai Ketua Yayasan Sadewa, Ryan sangat peduli dengan komunitas disabilitas tuna netra ini, yang sejatinya perlu dirangkul dalam beragam kegiatan positif, terutama kegiatan berkesenian.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/rilis.-puisi-yayasan-sadewa5-1024x682.jpg)
Ryan Indra Darmawan selaku Ketua Yayasan Sadewa bersama Dadi Rrza Pujiadi selaku narasumber workshop pengenalan puisi dan proses kreatif | Foto: Dok. Yayasan Sadewa
“Kegiatan ini merupakan hal baru bagi kami sebagai penyelenggara, dalam memberikan ruang pada teman-teman disabilitas yang awalnya belum tahu puisi, atau paling tidak hanya bisa membaca puisi, namun dengan adanya workshop ini, bisa membuat mereka jadi bergairah dan merangsang mereka dalam proses pembuatan karya puisi dalam bentuk yang lain,” jelas Ryan.
Pada hari H pementasan musikalisasi puisi nanti, Yayasan Sadewa juga akan menggelar event regular tahunan bertajuk Bali Creative Competition ke-6. Di mana sebelumnya event serupa sudah diselenggarapan dari tahun ke tahun.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/rilis.-puisi-yayasan-sadewa6-768x1024.jpg)
Teman-teman komunitas disabilitas tuna netra bersama narasumber dan panitia workshop | Foto: Dok. Yayasan Sadewa
Tak hanya Teater Sadewa, Yayasan Sadewa yang didirikan Ryan sejak tahun 2013 dan kemudian resmi berbadan hukum sejak tahun 2020 ini, juga menjadi payung lembaga kursus pelatihan bernama Luh Muani Academy yang disingkat LMA. Ada beragam kelas pelatihan yang ditawarkan LMA yaitu kelas MC, modeling, acting, seni suara (menyanyi), seni tari dan seni musik. [T][dp]
Reporter/Penulis: Rilis/dp
Editor: Adnyana Ole