KIAN malam suasana semakin semarak tatkala para mahasiswa itu satu-persatu menampilkan garapan yang apik nan memukau. Riuh tepuk tangan dan sorak sorai penonton pun senantiasa mengiringi setiap penampilan yang tersaji.
Barangkali hari itu merupakan hari penantian sekaligus hari yang mendebarkan bagi para mahasiswa semester III, V, dan VII Program Studi (Prodi) Pendidikan Seni, Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik), Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI Bali).
Pasalnya, hari itu mereka akan melaksanakan Ujian Akhir Semester ganjil. Ujian ini mengharuskan mereka untuk menciptakan karya sendiri, sebagai output dari perkuliahan yang telah dituntaskan, yang kemudian ditampilkan kepada khalayak dalam bentuk penyajian karya.
Tetapi, ada yang berbeda dari Ujian Akhir Semester ganjil tahun ini. Ujian yang biasanya dilaksanakan terpisah antar mata kuliah, kali ini dikemas menjadi satu kesatuan dalam sebuah pergelaran seni.
Pergelaran seni yang disebut Gelar Karya Seni Mahasiswa itu mengusung tema “Abhinayakarya Nirwana“, yang berarti ‘kebebasan ekspresi dalam berkarya’. Acara yang dihelat pada hari Senin, 20 Januari 2025 di Gedung Ksirarnawa, Art Centre, Denpasar tersebut menampilkan 13 pertunjukan yang menyajikan karya-karya lintas mata kuliah. Mulai dari mata kuliah Teknik Tata Pentas di semester III, mata kuliah Magang di semester V, dan mata kuliah Penciptaan Tari dan Musik di semester VII.
Acara yang dimulai pada pukul 17.00 Wita itu dibuka secara resmi oleh Rektor UPMI Bali, Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum. dengan simbolisasi pemukulan gong. Pembukaan tersebut juga turut didampingi oleh Dr. I Made Sujaya, S.S., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dan I Gede Gusman Adhi Gunawan, S.Sn., M.Sn. selaku Ketua Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Sendratasik.
Simbolisasi pembukaan acara dengan pemukulan gong oleh Rektor UPMI Bali | Foto: tatkala.co/Dede
I Gede Gusman Adhi Gunawan saat menyampaikan laporan kegiatan | Foto: tatkala.co/Dede
“Gelar Karya Seni Mahasiswa ini melibatkan 152 mahasiswa. Selain mahasiswa yang tampil, juga melibatkan peran serta Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Sendratasik sebagai panitia pelaksana,” jelas I Gede Gusman Adhi Gunawan, S.Sn., M.Sn. selaku Kaprodi Pendidikan Sendratasik.
Pria yang akrab disapa Wawan Gumiart itu juga mengatakan, “Dalam pergelaran ini, terkhusus pada mata kuliah magang di semester V, merupakan implementasi kurikulum baru, yaitu kurikulum OBE (Outcome-Based Education) yang diterapkan di kampus UPMI Bali, dengan muara utamanya berbasis pada produk. Adapun beberapa mitra magang yang sudah bekerja sama, mulai dari Sanggar Cahya Art, Salon Cahya Atsyuka, dan Sanggar Seni Jayatra yang pada kesempatan ini akan menunjukkan atau mementaskan hasil dari proses kreatif selama perkuliahan magang berlangsung.”
Kegiatan Gelar Karya Seni Mahasiswa tersebut juga dirangkaikan dengan kegiatan kuliah umum yang berlangsung di hari yang sama pada pukul 14.30 Wita. Kuliah umum yang mengangkat topik “Peran Tata Pentas dalam Seni Pertunjukan di Era Modern” tersebut merupakan hasil kerja sama Prodi Sendratasik dengan Devdan Show Bali Nusa Dua Theatre, yang menghadirkan Eka Laksana, S.Sn., selaku stage manager Devdan Show Bali Nusa Dua Theatre sebagai narasumber.
Garapan Tari “Dwi Purusottama” oleh I Gusti Krisna Putra | Foto: tatkala.co/Dede
Tari “Padma Hredaya” | Foto: tatkala.co/Dede
Selepas pembukaan secara resmi, tari “Padma Hredaya” pun mulai dipentaskan. Tari kreasi yang dipersembahkan sebagai tari pembuka oleh para mahasiswa Prodi Pendidikan Sendratasik itu terinspirasi dari keindahan bunga padma (teratai merah) yang merepresentasikan simbol kesucian, kewibaan, kemurnian, dan pencerahan.
Pertunjukan pun dilanjutkan dengan fashion show yang memperagakan tiga macam hasil riasan para mahasiswa semester V. Fashion show tersebut merupakan output dari mata kuliah magang, konsentrasi Tata Rias Dan Desain Busana yang berkolaborasi dengan Salon Cahya Atsyuka sebagai mitra magang.
Penyajian karya semester V, konsentrasi Tata Rias dan Desain Busana | Foto: tatkala.co/Dede
Garapan Tari “Nampyog” oleh Pande Kadek Nova Dwi Damayanthi | Foto: tatkala.co/Dede
Setelah itu, acara beralih dengan penampilan garapan tari oleh delapan penampil dari semester VII, dalam mata kuliah Penciptaan Tari. Mereka menyajikan garapan dengan gayanya tersendiri, ada yang enerjik, dinamis, hingga mendayu-dayu. Selain itu, tema yang diangkat juga beragam, ada yang bertema pewayangan, astronomi, folklore rakyat, dan ada pula yang membumi dengan mengangkat ritus atau local genius masyarakat setempat.
Kemudian, tak hanya kesenian yang berakar pada kebudayaan Bali, tetapi juga ada penampilan dari teman-teman Flobamora (Flores, Sumba, Timor Alor). Mereka juga mendapat ruang menyajikan garapan sesuai dengan karakteristik mereka. Tentunya masih sejalan dengan mata kuliah penciptaan musik di semester VII. Mereka menampilkan garapan bertajuk Semebyar Flobamora Wangi, yaitu garapan musik yang memadupadankan lagu-lagu tradisional dari beberapa daerah ke dalam satu karya musik, atau bisa disebut pula dengan medley.
Penampilan Semebyar Flobamora Wangi | Foto: tatkala.co/Dede
Garapan Tari “Umarani Kidul” oleh Ni Made Devia Pratiwi | Foto: tatkala.co/Dede
Selepas itu, acara dilanjutkan dengan pementasan penciptaan musik, yaitu garapan seni karawitan yang dipersembahkan oleh para mahasiswa semester VII. Mereka menyajikan garapan tabuh dengan barungan semar pegulingan yang berjudul “Sancaya Dwisena”, yang berarti ‘dua kekuatan yang berbeda’. Tentunya karena gamelan itu berkelompok, proses penggarapannya pun bersifat kolektif. Jadi komposernya disebut atas nama karya bersama. Mereka menyajikan repertoar itu dengan begitu syahdu, ngulangunin (menyejukkan hati).
Pergelaran seni itu pun ditutup dengan penyajian garapan penciptaan musik modern oleh salah satu mahasiswa semester V. Ia menampilkan lagu berbahasa Bali ciptaannya sendiri di sudut kiri panggung Ksirarnawa. Rasanya ia sudah seperti guest star dalam acara itu. Barangkali karena tampil terakhir, jadi semua penonton juga serasa dihibur olehnya.
Garapan Karawitan “Sancaya Dwisena” | Foto: tatkala.co/Dede
Penyajian penciptaan musik | Foto: tatkala.co/Dede
Gelar Karya Seni Mahasiswa malam itu menjadi suatu rangkaian pertunjukan yang memanjakan mata. Ketiga belas penampil pada malam itu amat total menampilkan karya-karyanya. Mulai dari visual, audio, tata lampu, dan semua elemen estetis pada pergelaran tersebut terstruktur dengan apik.
Foto bersama setelah acara berakhir | Foto: Dede Putra
“Saya sangat merasa senang, karena hari ini bisa menyaksikan pementasan gabungan dari tiga semester yang menyajikan pertunjukan dalam berbagai bentuk kesenian. Karena inilah bagian dari kreativitas anak-anak UPMI Bali,” ungkap Rektor UPMI Bali, Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum. saat menyampaikan sambutannya.
“Ketika kita punya suatu keberanian, berani memulai, di situ akan ada risiko. Tetapi orang yang sukses, lahir dari orang yang berani mengambil risiko. Jadi, sebagai calon pelaku seni, jangan pernah gentar ketika dikritik dan diberi masukan. Karena kritik dan evaluasi itu adalah bagian dari pembelajaran menjadi orang sukses,” pungkas Made Suarta. [T]
Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Adnyana Ole