23 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Intuisi

Devy GitabyDevy Gita
February 2, 2018
inCerpen

Ilustrasi: Kadek Heny Sayukti

56
SHARES

 

Cerpen: Devy Gita

“Menurutku, hanya lelaki pengecut yang mendekati wanita yang sudah menjalani prosesi sakramen pranikah di gereja.”

Bram mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras, alis tebalnya tertaut, napasnya pun tak teratur.

“Kau pun seharusnya sadar akan dirimu, kita sudah bersama selama 6 tahun, Seruni!” tatapan mata Bram menghujam seperti sepasang kilat.

Aku hanya terdiam, menunduk saat ini bukan pilihan yang tepat. Bram paling tidak suka saat lawan bicaranya menunduk tak berdaya. Dia butuh argumen balasan, dia laki-laki yang tidak pernah puas hanya dengan jawaban seadanya. Dengannya, bicara harus jelas dan bisa diterima logika. Dia bisa mempertanyakan hal yang sama berkali-kali hanya untuk meyakinkan jawaban yang didapatnya sama dengan sebelumnya. Semacam lie detector alami.

Saat ini laki-laki itu duduk dengan dada naik turun menahan emosi yang dia pendam selama perjalanan 3 jam dari Singaraja. Jaket belum terlepas dari tubuhnya. Sesuatu sedang mengamuk dalam pikirannya. Dia berkali-kali menutup wajahnya dan menghela napas. Menatapku lurus tak berkedip, dengan keraguan dan rasa tidak percaya berputar di setiap sudut wajah lelaki muda tampan ini.

Seseorang telah menghianati kepercayaannya, meremukkan komitmen yang telah dibangun selama 6 tahun. Dalam waktu kurang dari satu jam, dunia Bram seperti terbalik dan pikiranku tiba-tiba dipenuhi berupa-rupa angin kencang. Tornado, puting beliung, topan silih berganti menari.

Rasa bersalah menyergap seperti hansip dan aku malingnya. Sesaat aku kehilangan sadarku, jika saja satu bulan bisa dikatakan sekejap. Setidaknya satu bulan tidak lebih lama dari 6 tahun. Sadarku memutuskan untuk kembali saat melihat Bram duduk di atas motornya di depan kamar kos yang kutempati di Denpasar. Menelanjangiku dengan pandangan terkejut yang sekuat tenaga dia sembunyikan pada waktu melihatku berboncengan dengan Teguh, lelaki yang memasuki celah komitmen kami. Semua rambut di tubuhku terasa ditarik dan ingin melepaskan diri. Perutku mual, darahku seperti berhenti mengalir.

Bram menatap Teguh penuh selidik, kedua lelaki itu beradu pandang dan aku bisa mendengar gemertak rahang Bram. Mereka hanya saling menatap tanpa bicara, ini menyeramkan. Aku sedikit takut mereka akan saling jatuh cinta bukannya saling mengadu kepalan tangan. Kupikir lelaki dewasa memang lebih bisa mengontrol emosi, mereka masih punya malu untuk berkelahi di depan umum atau membuat keributan. Jika mereka perempuan, kurasa mereka sekarang sudah bergelut di tanah saling cakar dan tampar.

“Apakah kau tahu Seruni akan segera kunikahi?” tanya Bram memecah kebekuan mereka

“Akan segera bukan berarti sudah menikah bukan? Seruni masih berhak memilih.” Teguh melihat ke arahku.

Tidak ada kata yang keluar dari mulutku. Bahkan airmata pun tidak. Hanya lambaian tanganku yang memintanya untuk segera meninggalkanku dan Bram. Tatapan Teguh selalu bisa mengaduk emosiku. Hanya dia yang mampu menggoyahkanku, pas menutup celah yang menganga antara aku dan Bram yang terpisah jarak. Masihkah aku bisa memilih? Bagaimana dan siapa yang harus kupilih?

Malam itu, kesunyian mendekap lebih erat. Membawa aku dan Bram dalam diam yang mencekam. Pertanyaan-pertanyaan meluncur dari Bram, dan membutuhkan jawabanku segera. Sedangkan aku masih bergumul dengan pikiranku sendiri. Sakramen prapernikahan yang sudah kujalani di Gereja selama sebulan belakangan. Prosesi sakral yang harus dilewati sebelum menikah secara Katolik.

Aku menjalani setiap prosesnya dengan sadar, sesadar-sadarnya. Tidak ada yang memaksaku menikah dengan Bram. Aku mencintainya dengan penuh. Berpindah keyakinan atas kemauanku sendiri. Pastor berulang kali menanyakan keputusanku, orang tuaku mencecarku, mencoba menemukan ragu dalam setiap kata dan argumen yang kuungkap. Ragu telah tiada, aku sudah melangkah mantap memasuki Gereja, mencari damai dalam pelukan Maria.

Kemudian, Teguh datang. Awalnya, aku hanya menganggap dia teman biasa, teman mengobrol ringan. Seperti kapas yang tertiup angin, melayang tanpa sadar. Entah bagaimana kami menjadi semakin dekat. Dia tampan, muda, pandai bermain musik. Hanya sekadar suka tidak akan membuatku begitu nelangsa saat dia tidak ada. Aku merasa goyah. Aku mempertanyakan arti Bram dan juga Teguh dalam hidupku. Jika mencintai dua orang di saat yang bersamaan, siapa yang harus dipilih? Apa mungkin bisa jatuh cinta pada orang kedua kalau memang benar-benar mencintai orang pertama?

“Seruni, apakah dia berarti untukmu?” Bram mengusap rambutku pelan. Tangannya bergetar. Emosi masih mengalir deras dalam setiap selnya, tapi dia tetap membuat dirinya tenang. Apakah cinta yang membuatnya begitu tegar, tidak sekalipun dia meledak atau berusaha menumpahkan rasa kesalnya. Dia menahannya hampir sempurna. Senyum masih bisa dia sunggingkan padaku. Senyum yang 6 tahun lalu membawaku jatuh dalam tulusnya. Kumis dan jenggot mengelilingi senyum pedih itu. Sebelumnya, wajah itu selalu bersih. Ah, Bram.. Bagaimana bisa aku mengorbankan perasaan laki-laki ini?

“Bram, aku baru mengenalnya. Apakah dia bisa menjadi lebih berarti darimu?” jawabku parau. Jujur saja, saat ini hanya jawaban seperti itu yang bisa kuberikan karena aku sendiri tidak bisa mendeskripsikan apa yang sedang terjadi di dalam hati dan otakku. Mereka sedang berperang maha dahsyat. Otakku menentang dengan keras apa yang sudah kuperbuat. Hatiku? Sentimentil, dia bersedih untuk Teguh yang berjinjit pelan memasuki kehidupanku.

Komitmen mengikat bagai rantai di leher seekor anjing yang tak membiarkannya berkeliaran. Saat dua orang memutuskan untuk bersama terikat dalam rantai yang bernama komitmen. Tanpa adanya aturan tertulis, kedua orang tersebut mesti saling menjaga hati. Orang ketiga yang merangsek paksa atau dituntun dengan sengaja membinasakan sulur-sulur kepercayaan yang terpilin rapi.. Saling memberi cinta dan perhatian dalam porsi seimbang layaknya makanan 4 sehat 5 sempurna. Jika bagian yang diberikan salah satu terlalu besar, pasangannya akan begah karena cinta, menyakitkan. Begitu pula jika terlalu sedikit porsi yang disuguhkan, akan ada hati yang busung lapar. Tak kalah pilu. Apa yang terjadi jika diberi makanan yang sama selama bertahun-tahun?

Teman-temanku berkata aku sedang mengalami kejenuhan akut, ketakutan dan kegelisahan sebelum pernikahan yang juga dialami banyak orang yang kukenal. Pernikahan terdengar indah seperti dalam dongeng. Cinta bersatu, lonceng Gereja merdu berdentang, begitu berbunga-bunga.

Namun, dalam realita yang aku saksikan, sahabatku berpisah dari suaminya. Lalu, temanku yang lain selalu mengeluh pasal mertua yang terlalu ikut campur. Mereka membuat cerita pernikahan yang merona menjadi seperti mimpi buruk. Aku tidak merasa khawatir, namun alam bawah sadarku mempunyai ceritanya sendiri. Dia diam-diam memikirkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi setelah aku dan Bram menikah.

Hati kecilku juga merasa bosan akan hubungan jarak jauh. Jembrana – Denpasar, sama-sama sibuk dengan kegiatan sendiri, komunikasi seadanya. Kepercayaan memang di atas segalanya, tidak pernah ada rasa ragu dan curiga. Entah percaya atau pasrah, mungkin usia hubungan yang tidak lagi seumur jagung membuat semuanya berjalan lurus. Sangat lurus bahkan, tidak ada lubang ataupun kelokan. Membosankan..

Aku merasa bosan, begitu juga Bram. Kebosanan yang dilampiaskan Bram dengan lebih banyak mengajar anak-anak di Gereja dekat tempat tinggalnya, mencari kesibukan dan memberdayakan dirinya untuk membantu orang lain. Sementara aku, membiarkan kebosananku membuka celah bagi hiburan lain untuk pentas. Aku kalah pada rasa jenuh yang membelah diri dengan cepat dalam sel darahku.

“Apa yang membuatmu datang tanpa kabar?” tanyaku pada Bram yang sedang bersandar lelah pada lemari kayu di belakangnya.

“Intuisi, Seruni. Sesuatu mengatakan padaku, aku harus segera menemuimu.” Jawabnya pelan. Hanya karena sebuah intuisi. Seorang Bram meninggalkan pekerjaannya dan memilih untuk menemuiku tanpa mengabari terlebih dahulu. Intuisi yang begitu jujur. Tidak ada kebohongan dalam setiap ucapan yang dia bisikkan pada Bram.

Begitu hebatnya sebuah intuisi dari hubungan yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Intuisi seorang Bram yang menyeretku kembali dalam ikatan. Menyeretku kembali pada dekapan dada bidangnya. Mengingatkanku akan sakramen yang harus kuhadiri esok hari. (T)

Denpasar, 19 Agustus 2017

Tags: Cerpen
Previous Post

Pakaian Serba Putih, Laku “Ngiring”, dan Pemberontakan Kultural

Next Post

Mursal Buyung, Dosen Antik-Nyentrik: Tak Ada Spidol, Ia Mencoret Tembok Kelas

Devy Gita

Devy Gita

Tinggal di Denpasar. Lulusan Bahasa Inggris Undiksha Singaraja ini kini sedang memanjakan hobinya main teater dan menulis cerita

Next Post

Mursal Buyung, Dosen Antik-Nyentrik: Tak Ada Spidol, Ia Mencoret Tembok Kelas

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more

Mari Kita Jaga Nusantara Tenteram Kerta Raharja

by Ahmad Sihabudin
May 20, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Lestari alamku, lestari desaku, Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa, Damai saudaraku,...

Read more

PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

by Putu Eka Guna Yasa
May 20, 2025
0
PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

MERESPON meluasnya cabang ormas nasional yang lekat dengan citra premanisme di Bali, ribuan pacalang (sering ditulis pecalang) berkumpul di kawasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia
Tualang

Membaca Taiwan, Merenungi Indonesia

PERTENGAHAN April 2025 lalu untuk pertama kalinya saya mendarat di Formosa, nama lain dari Taiwan. Selasa (15/04/25), Bandara Taoyuan menyambut...

by Arif Wibowo
May 22, 2025
Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum
Pameran

Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum

DALAM rangka memperingati 109 tahun hari kelahiran almarhum perupa Arie Smit, digelar pameran murid-muridnya yang tergabung dalam penggayaan Young Artist....

by Nyoman Budarsana
May 21, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co