SAAT ini, generasi muda Bali kecenderungannya tidak menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa pengantar di rumah tangga. Hal ini mengakibatkan adanya penurunan jumlah penutur jati bahasa Bali dari tahun ke tahun. Dapat dibayangkan, puluhan tahun lagi, bahasa Bali akan terancam keberadaaannya dan akan tergantikan oleh bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan mungkin bahasa asing yang lain. Pasangan keluarga muda, ketika memiliki anak kecenderungannya mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan anaknya. Kecenderungan ini tidak saja terjadi di perkotaan tetapi fenomena ini sudah merambah keperdesaan.
Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di rumah tanga diakibatkan oleh adanya pandangan bahwa bahasa Indonesia itu lebih berprestise dibandingkan dengan bahasa Bali. Sikap bahasa seperti ini akan mengancam eksistensi bahasa Bali. Apabila hal ini tidak diantisipasi dapat dipastikan bahasa Bali secara berangsur-angsur akan ditinggalkan oleh penutur jatinya. Membangun sikap positif terhadap bahasa Bali sangat bergantung dari kesadaran generasi muda untuk menggunakan bahasa Bali sebagai pengantar dalam berkomunikasi dalam lingkungan rumah tangga dan dengan sesama masyarakat Bali.
Jika masyarakat Bali tidak bisa berbahasa Bali, hal itu sebagai penanda bahwa identitas mereka sebagai masyarakat Bali telah hilang. Mengapa menggunakan bahasa Bali sangat penting. Dengan menggunakan bahasa Bali, masyarakat Bali akan lebih memahami budaya, sistem kepercayaan, dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat Bali.
Pemerintah telah mengambil langkah tepat dengan mewajibkan pembelajaran bahasa Bali di sekolah dari tingkat dasar dan menengah. Dengan alokasi yang terbatas, siswa diharapkan mempunyai empat keterampilan berbahasa Bali termasuk keterampilan menulis dengan aksara Bali. Untuk mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan di sekolah, perlu dilakukan kajian apakah capaian pembelajaran bahasa Bali pada setiap jenjang pendidikan telah tercapai atau belum. Jika materi pembelajaran bahasa bali dianggap sulit bagi siswa, perlu dilakukan kajian yang mendalam sehingga materi pembelajaran bahasa Bali tidak terlalu padat.
Agar siswa tertarik dalam mempelajari bahasa Bali, Guru dalam pembelajaran hendaknya berinovasi sehingga minat belajar siswa dalam mempelajari bahasa Bali meningkat. Salah satu inovasi itu adalah pembelajaran berbasis lingkungan. Lingkungan dijadikan sumber belajar siswa sehingga pembelajaran bersifat meaningful learning.
Siswa keseharian makan nasi dan camilan yang terbuat dari tepung, tetapi mereka belum tahu asal- muasal dari makanan tersebut. Guru dapat mengajak siswa ke sawah terdekat dan guru dapat menjelaskan dari mana asal-muasal dari makanan yang mereka konsumsi. Jika tidak ada sawah di lingkungan sekolah, guru dapat menggunakan sumber belajar yang lain misalnya dengan mengajak siswa menonton video tentang sawah. Ketika pembelajaran bahasa Bali dilaksanakan di lingkungan terdekat, guru mewajibkan siswa menggunakan bahasa Bali dalam berkomunikasi
Dengan pembelajaran berbasisi lingkungan, guru juga dapat memperkenalkan nama-nama serangga yang ada di lingkungan. Siswa di perkotaan kecenderungannya tidak mengenal dengan baik serangga yang ada di lingkungannya.Sebagaian besar siswa mengetahui capung tetapi siswa tidak dapat mengenali jenis-jenis capung dengan saksama. Jenis-jenis capung dalam bahasa Bali ada capung gantung, capung clekitikan, capung rak, capung sere, capung engkok, capung tapis, capung memedi, capung ning, dan capung gobogan.
Saat ini keberadaan jenis capung tersebut sulit ditemukan di daerah lain karena sawah telah beralih fungsi menjadi perumahan. Guru dapat memanfaatkan sungai sebagai sumber belajar. Siswa diperkenalkan hal-hal yang berkaitan dengan Sungai. Misalnya siswa diperkenalkan dengan jenis ikan yang ada di sungai. Siswa tentu mengetahui nama-nama ikan yang dijual oleh penjual ikan hias tetapi siswa tidak mengetahui jenis-jenis ikan yang ada di sungai. Jenis-jenis ikan tersebut adalah be nyalian, nyalian bedog, palang timah, jajor (jajung), julit, jeleg, be betok, dan lain sebagainya.
Guru sebagai agen pembaharuan, dituntut berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Bali. Guru dapat menggunakan artificial intelegence (AI) dalam melaksanakan pembelajara. Inovasi yang dilakukan oleh guru akan dapat memotivasi siswa untuk mempelajari bahasa Bali. Dengan kemasan AI pembelajaran bahasa Bali akan semakin menarik bagi siswa. Berikan siswa pembelajaran bahasa Bali berdasar pada kebutuhannya. Jika pembelajaran bahasa Bali diajarkan keterampilan, tentang bahasa Bali dan aksara Bali tanpa inovasi dapat dipastikan siswa tidak akan tertarik belajar bahasa Bali. Siswa dalam belajar bahasa Bali di kelas dan pada saat bekunjung ke alam diwajibkan menggunakan bahasa Bali. [T]
Baca artikel lain dari penulisSUAR ADNYANA