DOA
: kepada Riri Satria
barangkali usia kita terbuat dari lorong waktu
kegelapan diterangi cahaya
berasal dari doa
barangkali dada yang lebar terbuat dari perasaan
tak menakar seberapa besar sabar
tak mengukur panjang rasa syukur
Tuhan,
semoga Engkau mengirimkan
kebahagiaan sempurna kepada Riri Satria
berkali marah —
berkali diam
berkali berbaikan
pada akhirnya tugas kita
sebagai manusia adalah memaafkan
sebelum usai usia
sebelum tutup mata
sebelum terlambat masuk liang lahat
karena yang sejati tak akan pernah beranjak
tak pernah berhenti merawat
bukankah jarak itu hanya ada dalam peta
2023
RASA(N) – RASA(N)
: kepada B dan J
di teras itu dinding batu bata berubah jadi telinga
menyerap kata-kata yang diucapkan
oleh mulut waktu yang tak berpintu.
menganga di mana-mana,
ingat ketika meminta — lupa setelah diberi.
mungkin usia sekumpulan uban-uban di kepala seorang urban
sama halnya bayi belum tumbuh gigi.
ia berdiri terhuyung-huyung — butuh pegangan
agar tubuhnya yang rapuh
: tidak rubuh.
2023
JENDELA JAKARTA
: kepada Riri Satria
selalu ada kisah di sepanjang trotoar,
tentang masa depan yang masih dalam perjalanan,
di lampu merah itu waktu menghentikan kemarahan
tapi hanya sebentar setelah kuning dan hijau
mesti lekas melaju supaya tidak digilas zaman.
di JPO tempat orang-orang berlalu lalang —
menyeberangkan kesedihan.
penggalan cerita mirip potongan-potongan puzzle
terbuat dari problematika kaum urban tingkat bawahan.
terbuat dari pertanyaan -pertanyaan klasik,
“besok makan apa?”
oh iya, besok dikejar angsuran bank cicilan ajeg.
meski banjir di jalanan sehabis hujan
tak akan menyurutkan langkah.
di kepala sudah ditunggu teguran
belum bayar kontrakan.
rela terjebak bisingnya hidup di kota
yang mengandung janji manis.
bukti — aku dan orang-orang setia mencintai
hingga tumbuh hutan uban di kepala.
2024
KEPADA CAPRES
kepada tuan calon presiden
adakah yang menitipkan
sebentuk sunyi yang asyik di tanganmu?
jangan kau jadikan nasib rakyat
seperti bidak di papan catur.
sejauh apa rindumu pada rakyat berjarak,
seberapa banyak harapan rakyat berderak.
berdetak dalam nadi dan jantungmu.
eratlah menggenggam nasib rakyat
yang menjadikanmu duduk di singgasana bertungku.
rakyatmu perkampungan kumuh
yang menunggu kau bangunkan
rumah yang layak.
2024
OZORA
di tanahku yang kadang-kadang lucu. keadilan terbuat dari rasa sakit yang mengendap dan berkarat — buah dari penderitaan kaum jelata.
bahkan kebenaran terkuak dari seorang anak yang nyaris kehilangan nyawa. lantaran dianiaya hingga lumpuh syaraf-syaraf otaknya. barulah terkuak misteri gratifikasi pajak yang bertahun-tahun disembunyikan teramat rapi.
semua terkuak lantaran ulah anaknya? kok bisa? “anak polah bopo kepradah” ternyata bukan sekadar peribahasa jawa ya
jangan pernah lupa seorang ozora berjasa — sebab kasusnya membongkar kebusukan pejabat pajak — yang konon berpijak dibawah kebijakan.
2023
TITIMANGSA: TITIAN TU7UH RUPA
tubuh waktu menari. usia meliuk-liuk di atas altar kefanaan
kehidupan, gaun jiwa menyerpih debu dan asap menguap
lakon hidup terbuat dari putaran mesin waktu
kita kerap kembali menjadi bayi yang belum tumbuh gigi
terlahir dari rahim peradaban modern yang sepi
ditimang-timang keramaian tak berarti
apakah masih tersimpan jejak masa silam
ketika manusia berperan sebagai wayang
ketika segala kecanggihan adalah dalang?
apakah kita akan menjadi robot
di tengah laju waktu yang menderu
di lintasan nilai yang kian bobrok?
di mana artefak dari titimangsa ke titian masa
menyisakan warna-warni ingatan, juga kenangan?
di kepala siapa mesin pengendali bekerja
sementara memanusiakan manusia, menjadi hal paling langka?
dan kita semakin mengikis peradaban nilai, lalu
siapakah yang menjadi otak dari balik tangan-tangan jahil itu?
tangan raksasa yang menjarah dan menjajah kemanusiaan
merusak tatanan dan tuntunan menjadi tontonan
kehidupan yang dungu dan memuakkan
ingatan demi ingatan menjadi rekam jejak
penghubung masa silam dan masa depan
kita kerap melihat orang-orang menjelma kanak
yang dininabobokan bius digital
hari-hari manusia serupa robot, kaku
menunggu kehabisan baterai, beku
kenangan demi kenangan serupa candi kesepian
di rembang petang sunyi menyala lebih terang
aku melihat kotak-kotak serupa denah
dan luka-luka serupa peta terbuka
menganga di sepanjang titimangsa
apakah penyembuhnya adalah waktu
yang bermukim di kerontang dada kita?
sunyi bukanlah sepi (kesepian) atau kesendirian,
sunyi adalah ruang batin; tempat bercakap-cakap dengan diri
dengan yang sejati, berbincang menyapa semesta
lebih dekat mendengar suara-suara alam dan tuhan
sebab hidup adalah menggenggam kerinduan-kerinduan
dari waktu ke waktu, hingga musim-musim patah berganti
: kita tumbuh, tua. bersama dalam duka, dalam suka dan cinta
tanpa sunyi, kita tak punya ruang-waktu untuk bercermin
kita tak punya ruang-waktu untuk mengenali diri sendiri
kita kehilangan ruang-waktu untuk mendengarkan suara murni
merasakan aliran napas sendiri. di mana kita kini dari hari ke hari
semakin jauh dari diri sendiri, semakin asing dari jiwa kita sendiri
2023
PELUKAN
sebuah pelukan
tak hanya sebagai rumah
untuk pulang
ketika tubuh terlalu lelah
tapi juga penawar
yang dibuat ketulusan
agar kita terhindar
dari penyakit kegilaan
2023
JOKPIN DAN SUJIWO TEJO
Jokpin bilang,
“tak ada asu di antara kita”
Sujiwo Tejo bilang,
“semua akan jancok pada waktunya”
Aku setuju,
asu dan jancok
biarlah di tempatnya masing-masing.
Toh nanti,
semua kita
akan sunyi pada akhirnya
2023
MENGHUBUNGI RINDU
halo, apa benar ini nomor telepon rindu
selamat malam, rindu, apa kabarmu?
masihkah kau disiksa temu yang tertunda itu
atau kau berlapis dinding tebal waktu?
atau kau dipenggal jarak yang berderak?
bukankah Jokpin pernah berkata;
jarak hanya ada di dalam perasaanmu?
meskipun sebenarnya, jarak tertulis di peta.
kutitipkan segalanya pada sunyi
yang menemanimu. jika begitu, biarlah …
engkau tetap ada dan menjadi rindu paling purba
tumbuh di segala musim di hatiku saja, biarlah …
: sekalipun kita adalah fana.
2023
BIBIR
seseorang berpesan pada bibir cangkir
di sesapan terakhir
sebelum cangkir jatuh ke atas meja:
“jangan mengukur jauh dekatnya jarak
dengan jumlah sepi yang berserak —
dengan seberapa sering kau menatap
sepasang mata, dan menjadikannya cermin
sebab kata Jokpin;
“jauh dekatnya jarak hanya dipisahkan oleh perasaan”
2023
ALARM SENO GUMIRA AJIDARMA
di tubuh malam, sunyi berbaring lelap
dalam selimut ingatanku sendiri
sebagai lembar-lembar buku waktu yang fana
aku kerap membacamu berulang kali
tak pernah jemu: mungkin kisah hidup
seperti sepenggal puisi yang ingin abadi
sebab di kotaku setiap kepala menjelma jam weker
yang deringnya membangunkanku pada ceritamu
2019 – 2023
LAIN KATA
kepada diriku sendiri
selain menjahit luka
perempuan mesti bisa menanak duka
agar kelak anak cucu tidak berhitung
berapa hari-hari tangis
berapa menit-menit gembira
mesti dibayar lunas tanpa harga
2020 – 2023
RUMAH LBH
engkaulah luas halaman itu
di teras ingatan, berserak jejak kenangan
palung hatimu tempat jiwa ragaku pulang
menempuh jarak duka dan senang
engkaulah arti rumah
: tempat bermukim remah-remah
di tubuh sejarah yang lelah
2019 – 2023
RITUAL MENYEDUH SEPI
engkau menjerang sepi
hingga mendidih seteko sedih
kau tuang pas satu cangkir
kau campurkan bubuk, lalu kau aduk
pertemuan gula, bubuk kopi dan sepi
mengepul rasa, menyala kata
2023
MENABUH SEPI
di luar bulan bundar
mirip sebuah rebana
cahaya jatuh bermandi
malam meluruh
di antara sepi bertabuh
Engkau ada di segala
penjuru semesta
Mei 2020
MEMESAN KEBAHAGIAAN
aku memesan kebahagian pada Tuhan
tapi yang dikirim adalah air mata
mungkin Tuhan mengirim hujan
sebelum menerbitkan pelangi
Tuhan tidak pernah tidur
selalu terjaga, selalu bicara
memberi tahu pada kehidupan
bahwa yang terbaik adalah menerima
2019 – 2023
PULANG PADA KEHENINGAN
orang-orang gaduh
saling melempar luka
di pertarungan hitam nasib
tapi engkau memilih menjadi sunyi
bagi diri yang berpulang pada keheningan
yang dirahasiakan puisi paling nyeri
memberi pada sesama
tak memandang usia
adalah perjalananmu mencari Tuhan
di antara hati yang terkoyak
usai bencana menyapa
nyanyianmu tetap akan bergema
serupa plester pembalut luka
2020 – 2023
SUNYI MEMBUNYI
kata-kata ribuan kali kau sebut,
Dia-lah pemilik segala nama, ribuan kali terpaut
sunyilah kau tanam dalam doa
melayari lautan malam
bunyi-bunyi kau tabuh di antara tualang
melawati riang siang, melewati hari
untuk berbagi kasih sayang
2020 – 2023
ARLOJI DI KEPALA
detik berdetak — kenang berserak
di jarum arloji, berderai sajak
menitik meniup angka-angka
lembar-lembar almanak di kepala:
selamat hari lahir untuk kita semua
kiranya dilimpahkan banyak berkah
dan tentu saja harapan yang kian menyala
2023
ONRUST PULAU YANG TAK PERNAH TIDUR
kita berjalan menyusuri pulau Onrust
dengan tubuh dan mata menyala
menatap bongkahan sepi berhambur
ke sisa-sisa reruntuhan kenangan
bersama membilang detak dermaga
orang-orang menari dan mencari
jejak galangan kapal VOC
saksi sejarah lingkaran sengketa
Banten dan Jayakarta
saat Belanda menjarah kayu
untuk dibuat kapal
ingatanku berlayar
suara-suara menjelma bendera
mengibarkan warna perih
yang dilukis abad-abad
dalam ruang lipat sejarah berdarah
Onrust tak pernah tertimbun waktu
kita menyisir dan terus menyisir
mengikuti peta dari masa lampau luka
mencari jawab dari teka-teki sebuah negeri
sedang aku ingin mengabadikannya dalam puisi
orang-orang mengais makna purba
anganku mendayung kerinduan tua
waktu mencatat cinta dari tatar Sunda
terbawa arus ke masa sudah
mari kita intip sunset atau sunrise di pulau ini
dari mercusuar sunyi sambil menabuh genta
semoga terdengar ke hatimu, semoga
tergetar ke mimpimu, dan samar-samar kita
dengarkan pesan Onrust yang tak pernah tidur itu:
“Jangan enggan merawat masa silam,
jangan juga mengacaukan masa depan
di malam-malam lengang
kesedihan mematung
kita terhuyung-huyung
detak detik tak mampu lagi menghitung
berapa jumlah peradaban yang hilang dan tugur!”
maka, biarlah di pulau puisi ini
aku menjadi perahu yang menunggu
tanpa pernah berlabuh di mana pun
ditikam aroma rempah-rempah dari segala arah
aku hanya bisa meneguk asin air mata sejarah!
2023
DOA UNTUK JOKPIN
orang-orang mengirim kabar
perihal napasmu yang sesak
teman lama itu menikam suaramu
membuatmu terbaring di ranjang
yang tak setia dan dingin
kau yang kini berjuang
di dalam ruang paling sunyi
lekaslah pulih, Penyair
agar puisi tak kesepian dan sendiri
katamu, Jogya terbuat dari rindu,
pulang dan angkringan, tapi bagiku
puisi terbuat dari jiwamu yang sederhana,
lapang dan mencerahkan
hari ini kudengar
alat bantu napas itu sudah terlepas
aku dan orang-orang merasa lega
bertubi-tubi doa memelukmu
dari segala penjuru menjelma puisi
2023
JAKARTA
sebab apa ia jauh datang
kemudian menetap di Jakarta?
demi hujan yang turun di musim kemarau
demi hidup yang kerontang dan kacau
tapi hujan membasahi mata dan seluruh
tubuh cita-cita basah, daun-daun mimpi gugur
semoga kau tetap betah menjaga diri
yang tidak lagi menyalakan sunyi
2023
AKHIR(AT)
dunia adalah
kesempatan untuk mencintai
sebanyak-banyaknya
sedangkan akhirat adalah
peluang untuk dikenang
sedalam-dalamnya
selamaNya, di dalamNya
2023
BOCOR
aku tak akan mengisi lagi bejana
yang telah pecah dinding-dindingnya
2023
PANAH
semenjak ia belajar
meruncingkan kata-kata
menjadikannya anak panah
aku diam sebagai busur
dan biarlah ia melesat hancur
di tembok-tembok waktu dan sejarah
2023
TINTA
adalah setitik tinta
yang menetes dalam segelas air
merubah warna
mengeruhkan suasana
2023
TAK LAGI
aku tak lagi menaruh apa-apa di atas meja
yang kakinya patah satu
aku tak ingin menjadi pecahan kaca
: sia-sia
2023
RUNCING
ada yang lebih tajam
dari runcing jarum
menusuk ujung telunjuk
Ialah runcing panah
dari kata-kata yang kau rakit
2023
TEMAN HIDUP
di waktu tidur
kita saling bertukar
suara dengkur
yang tak teratur
tapi
jika kita bertengkar
cepat-cepat melingkar
enggan menakar sabar
hingga hari-hari tumbuh tua
udara jadi dingin
kita akan terus bersama
menimba mata air
dari air mata kita
menimba bahagia
sedalam sumur
umur sedalam rasa
2023