MENJADI seorang siswa, tentu pernah berada di posisi bosan, lelah dan penat mengikuti pembelajaran di sekolah. Apalagi ketika kebanyakan siswa merasa kurang suka dengan salah satu mata pelajaran. Biasanya pelajaran yang membuat siswa menghela napas adalah mapel yang berkaitan dengan hitung-hitungan dan hafalan. Matematika, IPA, IPS menjadi momok menakutkan bagi sebagian siswa yang cenderung malas dan cepat bosan dalam belajar.
Namun banyak pula siswa yang senang dan sangat antusias mengikuti pelajaran yang bagi sebagian siswa dianggap susah itu. Apalagi siswa yang suka tantangan, maka mapel Matematika adalah yang sangat ditunggu-tunggu. Ditambah lagi guru yang mengajar menarik dan cara mengajar yang menyenangkan, akan makin menambah semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Berbicara mata pelajaran, di setiap jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah sampai Pendidikan Atas, diselipkan beberapa mata pelajaran sebagai tambahan seperti muatan lokal. Muatan lokal adalah mapel yang memberikan kesempatan memperkenalkan keunikan lokal yang dimiliki suatu daerah, seperti bahasa, dan kerajinan.
Beberapa mapel tambahan sering dianggap pelengkap mapel-mapel wajib yang didapat siswa. Namun pada dasarnya mapel yang dianggap pelengkap ternyata memiliki pengaruh yang besar terhadap pendidikan yang diberikan kepada siswa. Pengaruh tersebut seperti dampak yang dirasakan siswa, karena mapel tambahan tersebut sebenarnya difungsikan untuk mengurai kebosanan siswa menghadapi pelajaran yang berbasis hitungan dan hafalan.
Umumnya jadwal pelajaran disusun dengan memperhatikan susunan mapel dalam satu hari, mapel tambahan diselipkan di antara mapel wajib yang didapat siswa. Seakan mapel tambahan menjadi pendingin ketika pikiran siswa panas menerima pelajaran sebelumnya.
Berbicara mapel tambahan atau muatan lokal, seperti Mata Pelajaran Seni Budaya yang selalu ada di setiap jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Salah satu mata pelajaran yang seharusnya menghadirkan kegembiraan, santai dan menyenangkan.
Seperti fungsinya, Pelajaran Seni Budaya bertujuan untuk mendinginkan kembali kerja otak yang sebelumnya menerima pelajaran cukup berat. Misalnya, setelah mengikuti pelajaran matematika, dilanjutkan dengan seni budaya yang memberikan nuansa menyenangkan dan mengasyikan kepada siswa. Sistem kerja otak pun mulai sedikit dingin karena diajak menggambar, bermain warna, bernyanyi, dan bergerak. Sistem kerja otak pun direfresh sehingga siap mengikuti pelajaran selanjutnya.
Seni Budaya memiliki sifat Multilingual, Multidimensional, dan Multikultural. Multilingual berarti pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif. Dengan berbagai cara dan media, seperti bahasa rupa (gambar), gerak, bunyi, peran dan bahkan perpaduan berbagai cara tersebut.
Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi konsepsi, apresiasi, dan kreasi dengan memadukan unsur estetika, logika, kinestetik, dan etika.Sedangkan Multikultural bermakna menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan Mancanegara yang memiliki keunikan tersendiri.
Memang logis ketika mapel seni budaya diharapkan memberikan sentuhan halus untuk mendinginkan sistem kerja otak dan mengajak mereka untuk segar kembali pada saat menghadapi mapel berat. Kerja mengekspresikan diri lewat gambar, bunyi, gerak dan peran memang efektif memberikan sentuhan halus terhadap siswa. Mereka akan merasa memiliki kebebasan penuh meluapkan kreativitas dalam berkarya.
Mata Pelajaran Seni Budaya terdiri dari empat cabang seni yakni Rupa, Musik, Tari, dan Teater. Dalam materi Seni Rupa, siswa diajak untuk mengekspresikan diri melalui karya dua dan tiga dimensi, seperti gambar, lukis dan patung. Bermain garis, bidang, warna, tekstur, dan volume membuat siswa seakan diajak bermain sambil belajar.
Materi seni musik, siswa diajak untuk mengenal musik Nusantara, bernyanyi, memainkan musik sederhana yang tentunya akan meberikan rasa gembira terhadap siswa. Seni tari tentang gerak dan olah tubuh, bergerak untuk melenturkan badan dan otot-otot agar tidak tegang duduk mengikuti pembelajaran.
Sedangkan Seni teater mengajak siswa bermain peran, mengekspresikan diri melalui peran yang dimainkan akan memberikan kesan ramai dan gembira pada siswa.
Keempat cabang seni ini memberikan siswa cara belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan; memberikan kebebasan untuk mengkespresikan diri melalui berbagai media; memecah kebosanan dan memberikan asupan semangat mengikuti pembejalaran selanjutnya.
Dalam seni rupa dasar, materi masih pada tahap menggambar, melukis dan membuat patung. Bahan-bahan yang digunakan pun masih tergolong sederhana, seperti kertas gambar, pensil, dan pewarna.
Dari bahan-bahan sederhana tersebut terdapat banyak manfaat untuk menenangkan pikiran dan mungkin banyak orang belum tahu tentang manfaat kertas, pensil dan pewarna untuk rutinitas keseharian yang tentu sering menemui kendala.
Kertas gambar misalnya, ketika menghadapi masalah yang berat, atau sedang marah besar. Kita dapat meluapkan kekesalan kita pada selembar kertas, dengan merobek kertas tersebut sampai berkeping-keping diyakini dapat meredakan amarah kita yang sedang meluap.
Meluapkan emosi kita pada selembar kertas akan membuat kita merasa puas, dan amarah akan mulai berkurang. Semakin kita berusaha merobek kertas menjadi kepingan yang kecil dan banyak, maka amarah dan kekesalan kita akan sesuatu semakin berkurang dengan sendirinya.
Pensil, di saat kita menghadapi masalah atau sedang marah, membuat garis datar berulang-ulang diyakini dapat membuat emosi kita mereda.
Di sini kita diajak untuk mencoba mengontrol emosi kita dengan mengalihkannya ke garis datar yang berulang. Sehingga emosi teralihkan dan amarah mereda dengan sendirinya. Garis datar akan membuat kita sedikit fokus dan pernapasan sedikit demi sedikit mulai teratur, sehingga berdampak pada emosi kita yang mulai mereda.
Selain garis datar yang berulang, ketika kita sedang buntu dan tak tahu harus berbuat apa, membuat bentuk lingkran secara terus-menerus diyakini akan membuat kebuntuan yang kita hadapi akan terpecahkan.
Garis melingkar yang terus berlanjut tanpa putus akan memberikan inspirasi untuk kita─untuk terus maju ke depan memecah kebuntuan yang dihadapi. Kita akan digiring untuk berpikir mencari solusi seiring menggambar lingkaran secara terus menerus.
Lalu menggambar, ketika kita merasa putus asa dan lelah, menggambar jalanan diyakini memberikan kebebasan untuk kita. Menggambar jalan yang lurus tak berujung pada sebuah kertas akan memberikan kesan kebebasan sebebas gambar jalanan yang kita gambar.
Kita akan merasa berada di jalanan tersebut, dan merasakan kebebasan yang kita inginkan sehingga rasa putus asa yang kita rasa akan hilang dengan sendirinya.
Bermain warna erat kaitannya dengan perasaan, ketika kita merasa sedih, menggambar sebuah pelangi yang penuh warna akan membuat kita merasa bahagia.
Kesan warna yang di tampilkan dari gambar pelangi yang dibuat akan membuat kita melupakan kesedihan kita dan mengalihkannya menjadi kebahagiaan. Warna akan membuat mata memberikan sinyal bahagia ke seluruh tubuh, kesedihan pun akan berubah menjadi kebahagiaan.
Ketika dengan bahan yang sederhana dapat memberikan dampak positif yang begitu besar bagi seseorang, maka dampak positif yang sama akan dirasakan oleh siswa dengan materi seni budaya yang didapat ketika pembelajaran.
Siswa sedih jadi bahagia, siswa mendapat inspirasi ketika menemui kebuntuan, siswa marah jadi tenang, dan tidak ada keputusasaan dalam menghadapi pembelajaran. Rumus yang tepat untuk mendinginkan suasana siswa dalam mengikuti pembelajaran setelah dan sebelum otak bekerja lebih berat mengikuti pembelajaran.[T]