6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Orasi Hardiman: Seni, Ambiguitas, dan Manusia

HardimanbyHardiman
February 2, 2018
inEsai

Gambar Hardiman diolah dari lukisan karya Alit Suaja

56
SHARES

Rekan-rekan seniman, penikmat seni, kaum terpelajar, budayawan, dan hadirin sekalian.

Perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada panitia “Festival Monolog 100 Putu Wijaya” yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menyampaikan orasi budaya ini.

Rekan-rekan seniman, penikmat seni, kaum terpelajar, budayawan, dan hadirin sekalian.

Hari-hari ini kita tahu bahwa begitu banyak teoritikus dan kritikus yang membaca karya seni dengan mengabaikan persoalan bentuk,wacana tubuh, teks atau ‘apa yang tampak’. Para pengamat justru lebih tertarik kepada ‘apa yang disampaikan’, isi, muatan, atau konteks. Tentu saja ada musabab yang melahirkan cara pandang seperti ini.

Pertama, seniman sendiri sebagai kreator telah melahirkan karya seni yang tidak berpihak pada ‘apa yang tampak’, tetapi berpihak pada ‘apa yang dihadirkan’.

Kedua, adanya gelombang pemikiran yang mempertanyakan nilai universal pada karya seni. Sejalan dengan itu, batasan tentang ‘seni untuk seni’ ditinggalkan, dijauhi, bahkan dikubur.

Artinya, paham modernisme yang memuliakan bentuk sebagai bentuk dan ‘mengharamkan’ narasi, muatan, pesan, isi atau ‘apa yang dihadirkan’, kini tidak lagi dipercayai oleh seniman-seniman masa kini.

Seniman masa kini justru berpihak pada persoalan isi atau ‘apa yang disampaikan’. Dan, itu adalah sebuah upaya seniman dalam rangka memberi makna atas kehidupan manusia. Dewasa ini kompleksitas pengalaman kehidupan manusia dikepung oleh berbagai persoalan, sebutlah misalnya kapitalisme global yang tidak terbendung, perusakan lingkungan yang tidak terkendali, sain dan teknologi informasi yang demikian maju pesat, perang fisik dan perang ideologi yang makin menjadi, pribadi manusia yang terbelah, masalah perempuan dan gender yang terus mengemuka, seks dan kekuasaan yang makin menajam, dll adalah contoh gambaran peradaban manusia masa kini.

Seniman masa kini adalah seniman yang sanggup memaknai kehidupan manusia masa kini. Pemaknaan ini, bagi seniman, tentu berkaitan dengan estetika. Namun demikian, estetika yang dimaksud tentu juga bukan lagi estetika dalam batasan konvensional atau yang modernis itu atau yang indah-indah itu atau yang menghias-hias itu, atau yang suntuk mengutak-ngatik bentuk itu, atau yang berpuas-puas dengan ‘apa yang tampak’ itu.

Seni dan estetika yang dimaksud oleh para seniman masa kini adalah bukan seni dalam batasan konvensional itu. tetapi seni masa kini adalah seni yang mempersoalkan isi. Dengan demikian seni bisa leluasa berperan sebagai pemberi makna atas kehidupan manusia. Karena itulah bagi seniman masa kini, seni itu harus berpihak pada persoalan kehidupan manusia yang dimaknainya melalui cara representanya.

Kita percaya bahwa apa-apa yang direpesentasikan oleh seniman senantiasa dipengaruhi oleh keadaan diri sang seniman: biografi, visi kesenian, ideologi, dan lingkungan kemanusiaannya. Oleh karena itu, meminjam Piliang, kesenian secara umum, tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa menempatkannya dalam keseluruhan kerangka masyarakat dan kebudayaan. Hubungan timbal balik inilah yang melahirkan pendapat bahwa karya seni yang baik adalah suara zaman.

Rekan-rekan seniman, penikmat seni, kaum terpelajar, budayawan, dan hadirin sekalian.

Hari-hari ini seni pertunjukan—teater, tari, musik, termasuk seni rupa pertunjukan—banyak yang mengabaikan “apa yang tampak” yaitu aspek formal seni pertunjukan mulai dari naskah hingga pemanggungannya. Dan, justru mengutamakan “apa yang disampaikan”, yaitu segala sesuatu tentang kompleksitas kehidupan manusia. Seni masa kini adalah seni yang berpihak kepada pemaknaan kehidupan manusia. Segala kompleksitas pengalaman kehidupan manusia adalah pokok garapan seni masa kini.

Sekadar menyebut contoh, ambillah misalnya naskah drama “Hari Ibu”, “Ibu Sejati” atau “Ih” ketiganya karya Putu Wijaya dengan tegas memerlihatkan kecenderungan estetika seni masa kini yang berpihak kepada persoalan isi atau persoalan “apa yang dihadirkan”.

Dalam “Hari Ibu” tokoh bernama Ami memerlihatkan problematika hidup atau pandangan tentang hidup yang juga memperlihatkan ambiguitas sudut pandang tentang ibu. Di satu sisi, Ami pada momen “Hari Ibu” mengingatkan kepada kita juga kepada anaknya untuk mengucapkan “Selamat Hari Ibu” kepada ibunya. Bahkan diucapkannya juga kepada ibu tirinya yang telah menguras kantong dan nurani ayahnya. Dalam situasi yang ambiguitas, ucapan “hari Ibu” itu disampaikan Ami.

Dalam naskah itu, jelas Putu Wijaya tidak menghadirkan Ami yang “hitam”, tidak pula menghadirkan Ami yang “putih”. Pendeknya cerita “Hari Ibu” ini tidaklah hitam-putih perkara baik dan buruk.

Contoh yang lebih menonjol diperlihatkan Putu Wijaya pada naskah “Ibu Sejati”. Si ibu dalam naskah ini adalah ibu yang sangat mencintai si Ujang, anaknya. Si ibu pulalah yang memenjarakan si Ujang dengan cara melaporkan “kejahatannya” kepada polisi. Di sini cinta sama dengan membunuh. Sebuah ambiguitas yang betul-betul membetot-betot nurani kita.

Contoh yang sama dapat dilihat pada cerpen “Tetek” karya Kadek Sonia Priscayanti. Dalam “Tetek” sama sekali tidak digambarkan ihwal kualitas seksual tubuh perempuan atau daya tarik seksual tubuh perempuan yang lebih bersifat ragawi, justru yang diperlihatkan Sonia adalah perkara petaka yang ditimbulkan dari sepasang tetek. Tubuh perempuan dalam cerpen Sonia adalah pemaknaan tubuh yang timbul karena konstruksi sosial-budaya yang patriarkhi.

Serupa dengan itu, pertunjukan “Jayaprana Layonsari” karya Putu Satria Kusuma yang naskah dan garapannya dikerjakan Putu Satria Kusuma beberapa tahun yang lalu, justru lakon yang bersumber dari cerita lisan ini dimaknai Putu Satria Kusuma pada persoalan seks dan kekasaan, bukan dalam bingkai narasi dongeng suci yang telah dimitoskan itu. Karya Sonia dan karya Putu ini dengan terbuka memerlihatka keberpihakannya pada “apa yang disampaikan” yakni pemaknaan kehidupan manusia, yang juga memerlihatkan suara zaman.

Rekan-rekan seniman, penikmat seni, kaum terpelajar, budayawan, dan hadirin sekalian

Membaca karya Putu Wijaya, Kadek Sonia Priscayanti, dan Putu Satria Kusuma, segera tertangkap bahwa seni bagi mereka adalah persoalan isi atau “apa yang disampaikan”, bukan persoalan bentuk atau “apa yang tampak”. Inilah seni masa kini.

Sekian, terimakasih, salam budaya,

Hardiman

Tags: Festival Monolog Bali 100 Putu WijayaMonologSeniseni pertunjukanTeaterTubuh
Previous Post

Belajar Jujur Melalui Permainan dan Lagu “Meong-meong”

Next Post

Bukan Caka, tapi Saka – Selamat Tahun Baru Saka, Selamat Nyepi…

Hardiman

Hardiman

Kurator dan dosen Seni Rupa Undiksha Singaraja. Dikenal juga sebagai penggiat teater, penulis puisi dan pelukis. Buku kumpulan esai kuratorial diterbitkan Mahima Institute Indonesia dengan judul Eksplo(ra)si Tubuh (2015)

Next Post

Bukan Caka, tapi Saka – Selamat Tahun Baru Saka, Selamat Nyepi…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co