18 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

HINDU BALI LEBIH MIRIP HINDU NEPAL

Sugi LanusbySugi Lanus
June 3, 2022
inEsai
HINDU & KEJAWEN BERHALA?

— Catatan Harian Sugi Lanus, 2 Juni 2022

Saya sepakat 1000% dengan pendapat yang mengatakan bahwa praktek beragama dan ritual Hindu Bali ya Hindu Bali, berbeda dengan Hindu di India.

Tetapi, jika ada pertanyaan kenapa Hindu Bali berbeda dengan Hindu India? Saya akan mengajak si penanya untuk “jalan-jalan” ke Nepal.

Kenapa ke Nepal?

Dengan membandingkan Hindu di Nepal dan Hindu di India, kita akan paham bahwa bukan saja Hindu Bali berbeda dengan India. Tetangga dekat India, yaitu Nepal, pun tradisi Hindu-nya sangat berbeda dengan Hindu India.

Apa beda Hindu Nepal dan Hindu India?

Di sini saya akan merangkum 3 perbedaan mendasar antara Hindu di India dan Hindu di Nepal — pendapat ini adalah pandangan para ahli perbandingan Hinduisme di India.

1. Agama Hindu dan Buddha tidak terpisah satu sama lain dalam masyarakat di Nepal. Hal ini bukan hal biasa dibandingkan di India. Di India sendiri Hindu dan Buddha terbentang jarak perbedaan. Sementara di Nepal keduanya tumbuh bersama tanpa jarak, bahkan bisa dikatakan berbaur. Pembauran Hindu dan Buddha di Nepal ini tidak sama persisi dengan apa yang terjadi di Bali, tetapi di kedua tempat ini terjadi pembauran yang unik. Di Bali “pembauran Hindu-Buddha” yang menyisakan garis kependetaan Buddha dalam Hindu-Bali. Di Nepal terjadi diranah Tantraisme. Di India hal seperti ini dianggap tidak umum.

2. Tidak ditemukan adanya pengaruh Islam di Nepal. Sementara Hindu di India mengalami pengaruh dan tekanan kuat dalam beberapa abad di bawah Dinasti Mughal (Mughal juga dieja Mogul, atau dalam ucapan Persia disebut Mughūl (“Mongol”).  Dinasti Muslim asal Turki-Mongol ini pernah menguasai sebagian besar India utara dari awal abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-18. Pengaruh ini banyak memunculkan tekanan, berbagai aliran keagamaan Hinduisme berusaha bangkit dan mengambil bentuk berbagai paham Hinduisme yang mengeras untuk membentengi diri dari desakan pengislaman oleh Dinasti Mughal. Berbagai ajaran Hindu yang berkembang akibat tekanan dinasti Islam ini menjadi variabel perubahan besar dalam sejarah perkembangan Hindu di India. Posisi Nepal sama dengan pulau Bali, tidak terkena pengaruh tekanan Islam dimasa ekspansi Islam sekitar abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-18.

3.  Dalam Hindu Nepal tidak ditemukan pengaruh tradisi Bhakti penyembah Rama atau Krishna. Sekalipun di Nepal dikenal istilah ‘bhakti’, tradisi bhakta penyembah atau “pentuhanan” Rama dan Krishna tidak berkembang secara signifikan. Para peneliti India yang melakukan pengamatan terhadap Hindu di Nepal sepakat berpendapat: Meskipun ada kuil yang didedikasikan untuk Rama dan Krishna, emosi yang terkait dengan mereka tidak intim dan pribadi, dan hampir tidak romantis. Masyarakat Hindu Nepal tidak punya keterkaitan emosional yang mendalam dengan sosok Rama dan Krishna.

Tiga pembeda pokok antara tradisi Hindu di India dan Hindu di Nepal tersebut juga menjadi pembeda antara Hindu India dan Hindu Bali.

Tidak hanya berhenti di sana, kemiripan lainnya antara Hindu Nepal dan Hindu Bali, ada beberapa pokok lainnya, diantaranya:

Pertama; Secara arsitektur, Meru di Bali punya kemiripan dengan kuil-kuil Hindu di Nepal. Para pengamat arsitektur Hindu umumnya sepakat bahwa meru di Nepal mirip dengan meru di Bali. Orang Bali akan terkejut (dan kagum) jika pergi ke kuil Pashupatinath (Nepali : पशुपतिनाथ) yang didedikasikan untuk pemujaan Paśupati. Kuil Hindu yang serupa meru ini terletak di Kathmandu, Nepal.

Kuil Hindu Paśupatinath adalah semacam Besakih-nya Hindu di Nepal. Kawasan kuil Hindu yang luas ini memiliki meru-meru atau percandian, dengan pasraman, relief atau gambar-gambar, dan prasasti yang tersebar selama berabad-abad di sepanjang tepi sungai Bagmati yang sangat disucikan. Kuil Hindu ini merupakan salah satu dari tujuh kelompok monumen yang diakui UNESCO yang terhampar di atas Lembah Kathmandu.

Kedua; Jika kita bandingkan dengan berbagai ritual yang ada di Bali, seperti Tumpek dan banten terkait Hyang Paśupati lainnya; apalagi jika kita kaitkan dengan sejarah turunnya para Sapta Rsi di Bali, yang diperintahkan oleh Hyang Pasupati; Hindu di Nepal juga sangat kental dengan pemujaan Paśupati.

Dalam berbagai lontar babad yang diwarisi di Bali sebutkan bahwa: Hyang Pasupati turun ke Bali ketika pulau Bali dan Lombok masih dalam berkeadaan bergoncang-goncang. Pulau Bali bagaikan perahu oleng berayun-ayun di tengah samudera. Turunlah Bhatara Hyang Pasupati ke Bali menyelamatkan pulau Bali. Dengan memindahkan sebagian puncak Mahameru yang dibawa ke Pulau Bali dan Lombok, Hyang Pasupati mengajegkan Bali. Dalam lontar-lontar babad disebutkan peristiwa datangnya Hyang Pasupati ke Bali terjadi pada hari Kamis Keliwon wuku Merakih, sasih kedasa (sekitar bulan April), ketika tilem (bulan mati/ tergelap), rah 1, tanggek 1, tahun śaka berekor 11.

Dalam Hindu Nepal sendiri Paśupati adalah “the national deity of Nepal” (Dewa Utama secara nasional dimuliakan oleh Hindu Nepal). Paśupati atau Paśupatinath bagi Hindu di Nepal berarti “Sang Penguasa segala binatang” — hal ini punya pengertian yang sama dengan Hyang Pasupati dalam lontar-lontar dan tradisi tutur di Bali. Paśupati adalah julukan Rudra pada periode Weda. Kemudian berkembang Paśupati dikenal dalam masyarakat Nepal dan Bali sebagai salah satu julukan Śiwa. Penghormatan dan pemuliaan Paśupati di Nepal dan Bali punya kemiripan, demikian juga posisinya yang sangat sentral dalam ritual di Nepal dan Bali.

Ketiga; Di Nepal dan Bali dikenal pendeta Mahabrahmana. Keberadaan pendeta Mahabrahmana dikenal dalam era pemerintahan Raja Jayapangus di Bali. Posisinya disebutkan dalam prasasti bersama pendeta-pendeta yang lain; “mpuku sewa-sogata-rsi-mahabrahmana”, salah satunya dalam Prasasti Kayubihi, yang bertahun 1103 Śaka atau 1181 Masehi.

Pendeta Mahabrahmana dikenal dalam kerajaan Nepal bertugas secara khusus muput/memimpin upakara penyucian orang meninggal (atau Ngaben jika dibandingkan di Bali). Tentang pendeta Mahabrahmana ini ditemukan secara khusus dalam kerajaan Hindu Bali Kuno dan Hindu Nepal. Tentang hal ini tentu perlu kajian mendalam yang lebih jauh jika ingin membandingkannya. Namun demikian, saya menduga (dan dugaan ini belum tentu benar) bahwa pendeta Rsi-Mahabrahmana yang disebutkan dalam prasasti era Jayapangus kemungkinan terkait dengan keberadaan kependetaan Sangguhu yang ada jejaknya di Bali sampai sekarang.

Pendeta Mahabrahmana di Nepal adalah pendeta khusus yang bertugas dalam pitra-yadnya, punya tugas khusus dalam ritual yang dilakukan untuk menyucikan layon (sang mati) dari mulai baru meninggal hingga penyucian jiwa orang yang meninggal, selanjutnya penyucian agar jiwa orang yang meninggal diantar dengan sarana ritual agar bisa memasuki alam leluhur (pitra). Dalam Hindu di Nepal dipercaya ruh orang yang meninggal bisa kesasar, dan bisa beresiko gentayangan (pitra kasasar). Agar tidak menjadi petra-kesasar, sang jiwa yang meninggalkan ini harus dituntun dengan upakara khusus untuk memasuki dunia leluhur.

Pendeta Mahabrahmana sering diasosiasikan berasal dari status bawah dalam warna para brahmana karena mereka terlibat langsung dalam menangani kematian yang dianggap bisa mencemari kebrahmanaan seseorang — pekerjaan ini dalam tradisi kuno dihindari oleh banyak orang. Sekalipun posisi pendeta Mahabrahmana dianggap “pendeta kematian”, pendeta kelompok ini sejatinya kelompok brahmana sejati. Kalau dibandingkan dengan keberadaan pendeta Sangguhu di Bali di era Dalem Samprangan, Sangguhu “dicibir” sebagai pendeta bawahan karena keterlibatannya ikut dalam upacara kematian Dalem Samprangan. Ketika itu pendeta brahmana dianggap “tidak suci” jika terlibat dalam pembersihan jenasah. Semenjak itu satu kelompok pendeta Sangguhu dianggap “tercemar kebrahmanaan” dan statusnya karena membantu proses upakara layon dan prateka Dalem Samprangan. Padahal, Sangguhu sejatinya adalah brahmana sejati yang memiliki Weda-nya tersendiri, yang tidak lain adalah utusan Sang Sinuhun Kidul untuk datang ke Bali membantu penyelesaian upakara ruwatan bumi dan upakara kerajaan di masa itu. Dalam salah satu catatan Dalem Gelgel disebutkan Sangguhu adalah pendeta utusan Sang Sinuhun Kidul — menjadi pertanyaan siapa sosok Sang Sinuhun Kidul ini? Jika dibandingkan pendeta Mahabrahmana di Nepal, menarik dibandingkan dengan keberadaan pendeta Sangguhu di Bali.

4. Hal sangat menarik adalah pedoman kepemangkuan di Bali, terkhusus sesontengan dan mantra memuliakan Paśupati adalah penyebutan bija-aksara SA-BA-TA-I yang dikenal sebagai Pancabrahma yaitu: Sadyojata, Bamadewa, Tatpuruśa, Aghora & Iśana — yang ditulis dalam lontar Sangkulputih dan Kusumadewa yang tak lain adalah lontar-lontar pedoman puja-saha-sesontengan pemangku di Bali — juga tak lain dewa-dewa perwujudan Hyang Paśupati yang dimuliakan di Nepal.

5. Tantrisme Buddha dan Śiwa sangat kuat di Nepal. Baik tantrisme Buddha dan Śiwa, keduanya tidak bisa dipisahkan dalam sejarah Hindu di Nepal. Ini juga yang terjadi dalam praktek ritual Hindu Bali. Sama dengan Hindu Nepal, pengaruh tantra Buddha dan tantra Śiwa menjadi salah satu pilar pokok ritual di Bali.

Catatan kecil ini hanyalah ajakan untuk tidak sekedar berkutat sebatas membanding-bandingkan Hindu Bali dan Hindu India. Sesekali, yuk, melawat ke Nepal. Atau, kalaupun harus ke India, tidak hanya berkutat di India Tengah dan sekitarnya; melawatlah ke Selatan yang tradisinya sangat beragam — sesekali kita melawat ke Kerala yang suasana alamnya lebih mirip Bali dimana pohon kelapa nyiur melambai dan ada kisah konon kelapa di sana berasal dari Bali? Atau, pergilah ke atas, membandingkan Śiwaisme Hindu Bali dengan Śiwaisme Jammu dan Kashmir di India Utara adalah tantangan yang menarik untuk dimasuki.

India itu luas — luasnya 3.287.590 km2, bandingkan dengan luas Bali 5.780 km².  Manusia India itu berlimpah — berlimpah ragam tradisi kedaerahan dan perangai budaya masing-masing wilayah yang sangat berbeda-beda — jumlah penduduk India lebih dari 1 miliar jiwa (1.274.590.000 jiwa), sementara penduduk Bali 4,27 juta jiwa. Di tanah India yang luas dan berlimpah manusia ini tradisi Hindu tidak pernah tunggal. Ada berbagai ragam tradisi Hindu dengan interpretasi kitab dan praktek ritual kedaerahan masing-masing sangat beragam. Masing-masing daerah atau desa punya “desa-kala-patra” tersendiri.

Menjadi catatan dari banyak pakar-pakar tertinggi sejarah Hindusime dunia: Dari era 3500 Sebelum Masehi tradisi Hinduisme tidak pernah seragam. Terbentang sejarah panjang dan naskah-naskah tebal dengan beraneka ragam tradisi dan interpretasi. Mereka yang baru belajar Hinduisme akan dibuat kebingungan. Mereka yang tidak akrab dengan peta pemikiran-pemikiran besar Hinduisme akan dibuat kalangkabut dalam mencari seluk-beluk Hinduisme. [T]

______

BACA CATATAN HARIAN SUGI LANUS LAINNYA

Tags: hinduHindu BaliHindu IndiaindiaNepal
Previous Post

Bagaimana Mengemas dan Menarasikan Desa Wisata?

Next Post

Pemberdayaan Sumberdaya Arkeologi Sebagai Wisata Alternatif di Nusa Penida

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post
Pemberdayaan Sumberdaya Arkeologi Sebagai Wisata Alternatif di Nusa Penida

Pemberdayaan Sumberdaya Arkeologi Sebagai Wisata Alternatif di Nusa Penida

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

by Hartanto
May 18, 2025
0
Mengkaji Puisi Picasso : Tekstualisasi Karya Rupa Pablo Picasso

SELAMA ini, kita mengenal Pablo Picasso sebagai pelukis dan pematung. Sepertinya, tidak banyak yang tahu kalau dia juga menulis puisi....

Read more

“Study Tour”, Bukan Remah-Remah dalam Pariwisata

by Chusmeru
May 18, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

KONTROVERSI seputar pelarangan study tour sempat ramai menjadi perbincangan. Beberapa pemerintah daerah dan sekolah melarang siswa, mulai dari TK hingga...

Read more

Rasa yang Tidak Pernah Usai

by Pranita Dewi
May 17, 2025
0
Rasa yang Tidak Pernah Usai

TIDAK ada yang benar-benar selesai dari sebuah suapan terakhir. Kadang, bukan rasa yang tinggal—tapi seseorang. Malam itu, 14 Mei 2025,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co