April lalu Bali kembali dihebohkan dengan viral kelakukan aneh oknum turis di Bali. Kali ini adalah video mesum pasangan WNA yang diambil di tempat terbuka, yang diduga berlokasi di kawasan Gunung Batur.
Sungguh, kita semua pasti bersepakat bahwa kejadian ini merupakan sebuah pelecehan, apalagi jika benar video tersebut dilakukan di Gunung Batur sebagai kawasan yang disucikan, apalagi jika benar video ini diambil di tengah situasi Covid saat ini, dimana pariwasata Bali masih terpuruk dan belum juga menunjukkan perkembangan.
Kejadian ini membuat Bali ibarat peribahasa, sudah jatuh, tertimpa tangga, tertimpa pula dengan atap. Sudah terancam Covid, tak punya duit, ditinggal turis, sekalinya ada yang tinggal, malah turis-turis semacam ini.
Terbaru, ada turis diberitakan didepostasi karena membuka kelas orgasme. Beritanya juga sedang ramai-ramainya di Bali. Sebelumnya lagi ada turis melukis wajah dengan lukisan seakan-akan ia menggunakan masker dan mengelabui petugas keamanan.
Sesungguhnya berita tentang turis yang viral akibat aksi dan perbuatan yang nyeleneh (bahkan ada yang masuk ranah hukum), berkali-kali terjadi. Seakan-akan selalu ada berita baru tentang turis yang dianggap tak sesuai dengan norma-norma dan hukum yang berlaku di Bali dan Indonesia. Siapa yang harus mulat sarira, introspeksi diri, si turis atau kita di Bali?
Berikut adalah beberapa kebiasaan turis yang sempat viral di Bali, yang mungkin tak lagi kita ingat, yang mungkin sebenarnya dapat kita petik amanatnya sebagai bahan mulat sarira di tengah situasi Covid, di tengah harapan untuk menyongsong wisata Bali yang lebih berkualitas.
Turis Gak Mau Bayar Tagihan Makan
Ingatkah semeton tentang viral turis yang tak mau bayar tagihan makan sebesar Rp 95 ribu sekitar pertengahan bulan Juli 2019 lalu? Turis wanita yang mengaku sebagai Host TV itu diberitakan telah bertindak kurang sopan saat diberikan tagihan. Bukan hanya sekali, turis wanita ini ternyata sudah dua kali datang ke tempat yang sama dan juga tidak membayar makanan dan minuman yang dipesannya. Pada kali kedua inilah kemudian sang pemilik restoran memasukannya ke dalam daftar hitam dan memviralkannya.
Dari hal ini, kita dapat mengetahui bahwa turis sebenarnya sama saja dengan kita. Ada turis yang kaya, ada juga kita yang kaya. Ada turis yang miskin, ada juga kita yang miskin. Ada turis yang makan tak mau bayar, ada juga kita yang pernah demikian. Bedanya, jika tourist tak mau bayar makan di restoran terang-terangan, kita beraninya cuma pada dagang nasi jinggo atau pada dagang bakso yang lewat. Itupun makannya sama temen. Sembunyi-sembunyi pula. Hayoooo, siapakah di antara semeton yang pernah bertingkah demikian?
Turis “Cebok”
Ada juga kasus pasangan turis dari Ceko yang sempat bikin heboh Bali. Pasangan itu dianggap melecehkan pura di kawasan Monkey Forest Ubud karena “cebok” dengan air suci dari pelinggih pada 11 Agustus 2019 lalu. Pasangan ini direkam saat tengah berpelukan membelakangi area tirta suci. Lalu, tiba-tiba yang perempuan membuka roknya dengan posisi menungging. Yang laki-laki langsung mengambil air yang mengalir dari pelinggih lalu ‘menyebokkannya’ ke bokong si perempuan. Hal ini membuat yang perempuan terkejut, lalu mereka tertawa setelahnya. Untuk meluruskan masalah ini, mereka pun dipanggil. Pasangan itu kemudian meminta maaf dengan alasan tidak tahu bahwa kawasan pura adalah tempat suci.
Kejadian serupa juga sempat terjadi, misalnya pada kasus turis naik ke pelinggih Pura Luhur Batukaru atau pada turis yang merusak patung Catur Muka. Hampir semua persoalan diselesaikan dengan permohonan maaf dan menghaturkan Guru Piduka. Hal ini kian menguatkan pandangan betapa konsistennya toleransi masyarakat Bali yang begitu tinggi menjaga keharmonisan. Tak cuma harmonis pada Tuhan, alam dan lingkungan sesama. Juga pada mereka-mereka yang merusak keharmonisan masyarakat pada Tuhan, alam dan lingkungan. Semuanya tetap harus dimaafkan, tetap harus dihormati agar senantiasa harmoni pariwisata Bali.
Viral Turis Ngajak Liburan ke Bali di Tengah Covid
Unggahan dari Kristen Gray, seorang turis asing yang tinggal di Bali sempat viral di media sosial Twitter pada 17 Januari 2021. Penyebabnya lantaran ia mengajak turis asing ke Bali dan mengikuti jejaknya meski tengah berada dalam situasi pandemi Covid-19. Melalui akun Twitter-nya @kristentootie, ia menceritakan pengalamannya pindah ke Bali setelah kehilangan pekerjaan.
Pada awalnya, ia hanya berencana tinggal selama enam bulan, namun pandemi membuatnya tak bisa pulang ke negaranya. Selama di Bali, ia mengaku menikmati hidup yang serba murah dibandingkan dengan Amerika. Dalam penutupnya, ia juga menautkan link e-book karyanya berjudul Our Bali Life is Yours dengan harga 30 dollar AS. Buku itu berisi tentang cara agar bisa mencapai mimpi yang sama di Bali.
Dari hal ini, tentu kita patut berbangga sebagai orang Bali. Sebagai sebuah destinasi wisata, begitu banyak hal yang bisa ditawarkan dan dijual perihal Bali. Mulai dari tanah yang dijual, sawah yang dijual, pantai yang dijual, kini mimpi hidup di Bali pun bisa dijual seharga 30 dollar. Berupa e-book lagi! Tentu tak sebanding dengan harga buku para penulis Bali yang paling banter seharga 30 ribu rupiah. Itupun yang beli cuma segelintir orang.
Viral Pengunjung Pantai Sanur Diusir
Ini adalah viral sebuah video yang menampilkan curahan hati seorang perempuan pengunjung Pantai Sanur Bali yang diusir satpam hotel dengan alasan kawasan milik pribadi atau private beach. Sayangnya, yang diusir bukan turis, melainkan perempuan Bali bernama Mirah Sugandhi. Video ini berasal dari akun Instagram miliknya pada 24 Maret lalu.
“Aku masih syok, ya ampun kenapa aku diusir ya? Aku baru tahu loh kalau hotel itu bisa punya pantai”, ujarnya. Komentar ini tentu begitu menggelikan buat kita. Sebab persoalan pantai yang diprivatisasi ini sebenarnya sudah sejak dulu marak terjadi. Beberapa netizen sempat berkomentar dalam video, ‘inilah kekuatan perempuan cantik, yen jegeg, jeg aluh be viral!’
Demikianlah kekuatan kecantikan, semeton. Perempuan yang cantik, tak ada bedanya dengan Pulau Bali yang cantik. Karena kecantikannya, gampang sekali menjadikannya viral. Jika diingat-ingat, sudah tak terhitung lagi jumlah kejadian viral turis berkelakuan menyimpang yang datang ke Bali.
Berkali-kali kita teriakan “kejadian seperti ini tidak boleh terulang lagi!”, berkali-kali juga terulang lagi. Kecantikan pulau Bali tak ada bedanya dengan kecantikan seleb-seleb di Instagram. Bedanya, kecantikan seleb Instagram bisa diprivat agar terproteksi dari para netizan ngawur yang datang berkomentar. Sementara memprivat pulau Bali tampaknya tak segampang memprivat akun Instragam. Cukup pantai Bali saja yang diprivat. Pulaunya jangan! [T]