3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

CITRAWILĀPA | Dari Sastra Kawi ke Jajanan Pasar Jawa

Sugi LanusbySugi Lanus
February 24, 2021
inEsai
Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

ILustrasi tatkala.co / Nana Partha

[Catatan Harian Sugi Lanus 23 Pebruari 2021]

Banyak hal di Bali tinggal nama, di Jawa masih tergambar dalam citra wayang. Katakanlah padmanaba, nama pelindung suci dalam mantra suci yang tercatat dalam lontar kuno di Bali, ternyata bisa kita jumpai dalam “bayang” citra wayang Solo bernama Rsi Padmanaba.

Ada juga tokoh suci Rsi Jayawilapa, dikenal sebagai seorang rsi dari pertapaan Yasarata (Patala), punya putri bernama Dewi Ulupi. Ia diperistri oleh Janaka. Jayawilapa adalah nama lain dari Rsi Kanwa. Ini hampir lenyap dari ingatan pewayangan Bali. Namun di Jawa masih diabadikan dalam guratan wajah, busana bertekstur indah, warna yang matang dan simbolik.

Sumber internet

Kenapa Rsi Kanwa bergelar Rsi Jayawilapa?

Siapapun yang mendalam basah kuyup dalam memperdalam Sastra Kawi atau Kakawin tentunya akan mengkaitkan sosok suci ini dengan sebuah kata yang menduduki pedalaman sastra Kawi: Wilāpa.

Lebih basah kuyup lagi dalam seni kakawin maka berjumpa dengan metrum atau persajakan yang dikenal dengan nama Citrawilāpa. Persajakan kakawin ini termasuk Prakṛti: ∪∪∪|∪∪|∪∪|∪∪∪|∪∪|∪∪|∪∪⩂

Wilāpa punya makna mendalam dalam konteks sastra Kawi. Mpu Kanwa barangkali yang berjaya di bidang ini. Barangkali Rsi Kanwa diberi gelar Rsi Jayawilapa sebab dikenal sebagai sosok yang tiada tanding menulis dalam menulis wilāpa (madah pujian).

Ada empat pokok istilah yang mau tidak mau harus dipahami jika seseorang ingin masuk ke pedalaman Sastra Kawi. Selain wilāpa, 3 pokok istilah lain yang bisa dijadikan penuntun dalam merenangi kolam Sastra Kawi adalah: pralāpita, bhāṣa dan palambang.

Mpu Panuluh memakai istilah wilāpa. Mpu Tanakung memakai istilah bhāṣa. Mpu Tanakung sempat memakai istilah pralāpita dalam Siwaratrikalpa, tapi berkibar luas dikenal bhāṣa Tanakung. Kakawin Sumanasantaka berkali menyebut palambang, demikian juga Wrttayana. Wrttasancaya menyebut Tanakung palambang: Ndan hantusakena damel Tanakung palambang… ring kalangwan kawy…

Wilāpa itu bisa berarti ocehan, bisa berarti ucapan, jika dilihat dari akar katanya Sansekertanya lap. Namun wilāpa di kancah karas pengawi adalah ‘madah pujian’, ‘rintihan’, ‘ratapan’, dan menjelma ke beberapa kasus adalah ‘syair keindahan alam’ dan ‘puitika cinta’.

Wilāpa dan pralapita tidak jelas garis segragasinya. Keduanya dari akar kata lap. Keduanya kadang secara umum berarti ‘ratapan’, kadang ‘kisah cinta’, dan entah kenapa akar kata lap ini dekat sekali pengucapannya dengan ‘love’. Dengan mengutip kamus besar Sanskerta Monier Williams, Romo Zoet mengartikan pralāpita berarti ‘omongan antara dua kekasih atau ocehan’.

Hariwijaya menyebut pralāpita: gurit pralapita talen kidung serta gurit kidung pralapita umunggwing lepihan.

Rsi Jayawilapa alias Rsi Kanwa [sumber foto internet]

Lalu dimana kejayaan Rsi Kanwa sehingga bergelar Rsi Jayawilapa?

Berkeliling dan hilir mudik “membaca Jawa”, yang tidak masuk akal — atau akal saya belum bisa masuk ke sana — kenapa sayur-sayuran segar, berbagai ragam bentuk lauk pauk yang dibungkus dengan daun pisang, daun tales, daun pandan, daun kelapa dihidangkan dalam bentuk sajian utuh, adapula arem-arem, ketupat, sukun disayur, salak yang disayur, kulit buah melinjo yang dikupas kemudian dijemur lalu ditumbuk dengan gula pasir, dibuat menjadi makanan semacam manisan, kesemuanya itu disebut sebagai Citrawilapa?

Di masyakat Kejawen di Jawa, Citrawilāpa itu hampir tidak pernah diingat sebagai metrum tembang Kakawin. Malah tersangkut di tukon pasar atau belanjaan pasar yang menduduki posisi penting dalam sesaji Kejawen.

Slametan Suran, yang diselenggarakan pada bulan Sura, memasukkan Citrawilāpa sebagai daftar wajib.

Citrawilāpa masuk bersama Kitripadra, Wanausala, Driyatmaka, dan Tandyatnya. Kelimanya bukan nama metrum atau persajakan Sastra Kawi, tapi tukon pasar atau jajanan pasar. Di sinilah saya mabok membaca Jawa.

Driyatmaka dari driya + atmaka.  [Driya artinya: hati/perasaan. Kamus Dasanama memberi padanannya : hrêdaya, ambêk, angên-angên, nala, cita, driya, drangsa, twas, tyas, sota. Sementara atmaka artinya nyawa. Dengan arti Dasanamanya: suksma, jiwa, jiwita]. Namun jajanan pasar yang keluar kalau menyebut Driyatmaka adalah terdiri dari buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian dijadikan jajanan jenang (jenang pelok dari biji mangga), biji buah (klungsu, pelok), asem Jawa dibuat param.

Kitripadra sesuai dengan padanan Sansekertanya yaitu hasil bumi yang dipetik dari kebun yang dipetik langsung dari kebun.

Wanausala adalah kelompok sajian yang sebagian direbus, dan yang lain digoreng. Digoreng bukan dengan pasir tapi dengan periuk tanah dengan pasir atau kerikil. ‘Wana’ itu ‘hutan’, ‘sala’ itu pondok. Mungkin bermakna ‘olahan rumahan dari hasil hutan?’

Sajian yang dibuat dengan dikukus disebut sebagai Tandyatnya. Apakah asal katanya tāṇḍya?  Tāṇḍya adalah nama seorang guru, dalam śatapatha Brāhmana, berkaitan dengan Agniciti, atau tumpukan api suci. Dia disebutkan dalam Vamśa Brāhmana. Tāndya Mahābrāhmana atau Pañcavimśa Brāhmana dari Sāmaveda mewakili aliran Tāndin. Tidak jelas keterkaitannya dengan jajanan pasar jenis dikukus yang dikenal di Jawa dengan nama tandyatnya.

Citrawilāpa, Kitripadra, Wanausala, Driyatmaka, dan Tandyatnya adalah lima kelompok pembagian jajanan pasar dalam cara pikir Kejawen. Jika Citrawilāpa adalah nama metrum atau persajakan dari Sastra Kawi, apakah yang lainnya juga nama persajakan Sastra Kawi? Saya tidak memukan nama keempat lainnya ini sebagai metrum Kakawin. Yang jelas kelimanya punya dasar serapan bahasa Sansekerta yang sangat mendalam. Ini mengagumkan.

Hilir mudik di pasar Jawa, nama irama kakawin masuk daftar nama jajanan — seperti metrum atau persajakan karya sastra yang tergantung nuasa keharuan, basah kering musim, gelap terang bulan, dengan bunga-bunga bermekaran aneka warna tergantung gelagat perbintangan dan kuasa bulan — jajanan pasar ditata dengan nama apik berdasar asal-muasal dan cara sajinya.

Belajar dari Citrawilāpa di pasar Jawa, saya terhentak, ternyata pasar bukan hanya sebatas lapangan jual-beli, bukan sebatas riuh lalu-lalang urusan perut, tapi ruang yang punya daya ingatan jauh sampai ke masa silam. Di pasar tradisional Jawa ada rekaman panjang Sansekerta pernah masuk ke sumsum peradaban Jawa. [T]

___

BACA CATATAN HARIAN YANG LAIN

ILustrasi tatkala.co / Nana Partha
Tags: balijawawayang
Previous Post

Warung Masjid dan 12.000 Porsi Makan Gratis | Catatan dari Kampung di Singaraja

Next Post

Kerajinan Logam Kotagede: Masa Lalu dan Masa Kini

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post
Kerajinan Logam Kotagede: Masa Lalu dan Masa Kini

Kerajinan Logam Kotagede: Masa Lalu dan Masa Kini

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025

LANGIT Ubud pagi itu belum sepenuhnya cerah, tapi semangat Rikha sudah menyala sejak fajar. Di tengah aroma rempah yang menyeruak...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co