29 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kampung, Perempuan, dan Kebimbangannya

Agus WiratamabyAgus Wiratama
October 13, 2020
inEsai
Sanggah Setengah Jadi dan Ritual yang Kembali Sederhana

Agus Wiratama || Ilustrasi tatkala.co || Nana Partha

Sebenarnya kisah Grudug ini sudah basi, tidak relevan lagi! Tapi ia benar-benar merasa menyesal dengan sikapnya dulu-dulu. Ini bukan perihal yang terlalu penting, ini masalah cara yang dulu-dulu ia gunakan. Hal yang bagi kita sudah basi itu, sesungguhnya benar-benar penting baginya. Ini perihal persiapan menjelang hari raya Galungan. Di mana persiapannya yang banyak itu benar-benar menyita waktu Ibunya. Galungan-galungan sebelumnya, ia sempat mendapat celetukan dari pamannya.

“Bawakan mantu dong, biar ada yang membantu ibumu bikin banten!” kata pamannya menggoda Grudug.

Barangkali ucapan itu bukan ucapan serius, hanya bercandaan meski berkali-kali diulang. Tetapi, bagi Grudug, pengulangan itu tak bisa dianggap hanya bercandaan sehingga ia menanggapi dengan serius celetukan itu.

“Galungan selanjutnya pacarku harus pulang!” balasnya garang dalam hati.

Grudug menyampaikan niat itu pada pacarnya. Seperti juga matanya yang membara, Pacarnya juga menyambut niat baik itu. Tetapi, niat baik tak selalu berujung baik. Grudug justru khawatir beberapa menit setelah ajakan itu diterima. Seolah-olah ketika ia menyampaikan ajakannya, ia berada dalam ruang yang berbeda dan setelah disambut baik, ia kembali ke tempat sebenarnya. Ia gelisah mengingat sikap pacarnya yang belakangan kian asik berbicara tentang perempuan.

Pernah suatu kali Grudug membicarakan salah seorang tetangga. Ia sangat kagum dengan Istri tetangganya yang begitu giat bekerja pekerjaan rumah. Mulai dari memberi makan babi, bersih-bersih pekarangan rumah, membereskan segala keperluan hari raya, bahkan ia dikagumi banyak tetangga lain lantaran selalu hadir membantu tetangga yang kebetulan punya upacara. Alhasil, pacarnya melotot. Tangannya tiba-tiba terasa kekar memegang Pundak Grudug.

“Kampungmu sangat patriarki! Aku ingin berbicara dengan Ibu rumah tangga seperti itu!” Katanya dengan nada yang kencang. 

Beruntung percakapan itu bisa ia redam dan tidak berlanjut menjadi perdebatan. Ia tahu, apa yang dia ceritakan pada pacarnya adalah kenyataan yang ada di kampung. Tetapi masalahnya, perempuan seperti yang ia ceritakan itu selalu banjir pujian di kampungnya. Tetapi ia enggan melanjutkan pembicaraan, ia berhasil mengendalikan diri setidaknya untuk tidak membalas karena obrolan itu terjadi di emperan ketika membeli nasi kuning pinggir jalan. Kalau obrolan itu dilanjutkan, memang tak akan terjadi perdebatan, toh Grudug tak punya banyak bahan untuk membalas seperti pacarnya. Tapi, pacarnya pasti berbicara hingga berbuih-buih, baginya, itu membosankan.

Diakui atau tidak, yang membuat pacarnya seperti itu adalah Grudug sendiri. Inilah yang ia sesali. Inilah yang selalu ia harap bisa diulang kembali sampai-sampai ia sering berucap klise, namun sangat terasa itu dari hatinya yang paling dalam.

“Seandainya waktu bisa diulang kembali. Pacarku pasti tak seperti ini.” ucapnya dalam sunyi di hati.

Awal pertemuan mereka adalah ketika pacarnya masih sendiri. Maksudnya, jomblo. Ya normal kan? Tetapi menjadi sebuah perjuangan yang berarti ketika saingannya adalah orang-orang tampan dan bermodal pakaian keren, mobil, atau motor bagus. Sementara Grudug? Ia tak memenuhi satu pun kriteria itu, tetapi ada satu yang tak dimiliki saingannya, mulut yang agak jago.

Ia menjual segala pengetahuannya yang dangkal tapi, meski dangkal, kebanyakan orang-orang yang menjadi saingannya tidak memiliki itu. Hal yang membuat gadis itu langsung jatuh hati adalah ketika mereka duduk berdua di sebuah café,  Grudug menaikkan kaki, menyedot rokok dalam-dalam, dan mendongakkan kepala. Terlihat norak untuk ukuran café yang tumben-tumbenan ia singgahi karena mendekati gadis itu.

“Jadilah diri sendiri, orang-orang yang terlihat duduk rapi itu semua berbohong!” ia memulai kampanye dengan santai. Satu kalimat terlontar, lalu ia lanjutkan setelah menarik tangan kanan untuk mengantar rokok murah berbau pesing itu ke mulutnya.

“Kau lihatlah gadis-gadis itu? Mereka begitu riuh dengan penapilannya sendiri. Tak lain pula dengan lelakinya. Aku tak banyak tahu, tetapi kebetulan aku tahu, kau lihat baju lelaki di pojok itu? Bajunya berharga 600 ribu. Tidak seperti bajuku!” kala itu gadisnya masih menunggu kelanjutan yang akan disampaikan Grudug.

“Pasti ada kejutan,” pikir Gadisnya.

“Tapi kau harus tahu, sebagian besar gadis-gadis yang sekarang dipuja dan dibuat luluh oleh kemegahan itu akan menjadi ibu rumah tangga yang dilarang banyak hal sama lelakinya. Berbeda denganku, seandainya kau menerimaku, aku tak akan membutakanmu dengan kemegahan, aku akan memberimu kebebasan. Membebaskanmu menjalani pilihan sendiri.” Gadis itu masih diam saja meski kepalanya mengangguk ragu.

“Apa kau pernah membaca feminisme?” tanya Grudug.

“Apa itu?” jawab gadisnya gugup.

Grudug yang memang tahu sangat dangkal tentang itu, tentu memilih posisi aman. Dia menjawab dengan celah yang tidak akan membalik posisi dan membuatnya terlihat bodoh.

“Kau harus membaca itu! Nanti aku bawakan bukunya. Perempuan itu harus bebas! Perempuan harus menentukan pilihannya sendiri! Jangan mau diatur lelaki! Jika aku jadi kekasihmu, Kebebasan adalah milikmu, aku pun akan demikian! Tapi kalau kau memilih yang lain, aku akan sedih, sebab tak pasti kebebasamu, tapi tak akan menuntutmu untuk memilihku. Kau harus siap menjadi ibu rumah tangga yang diatur banyak oleh lelakimu.” Belum selesai Grudug bicara, gadisnya ingin bertanya, tapi Grudug tak mau mendengar sebab itu berbahaya. Ia langsung melanjutkan promosi diri dari pengetahuan cetek itu.

“Tapi sebelum kau memilih, tanyakan lelaki yang mendekatimu, ‘tahu feminisme gak? Sejauh mana kau memahaminya?’ kalau tidak mending kau tinggalkan lelaki itu!”

Kalau saudara-saudara melihat wajahnya yang masih mendongak, kakinya yang diangkat satu di atas kursi, dan tangannya yang menggenggam sebuah rokok, dan pastinya tahu pengetahuannya yang dangkal namun diobral, saudara pasti muak. Ingin melempar sepatu atau sandal saudara pada wajahnya. Tapi, saya sendiri paham, dia lagi PDKT. Ya, biarlah dia seperti itu agar tak jomblo lama-lama.

Alhasil, yang kita anggap memuakkan itu sungguh jurus ampuh! Beberapa hari setelah peristiwa itu, Grudug diterima, lelaki yang menjadi saingan Grudug benar-benar ditanya perihal feminisme dan kebetulan tak ada yang tahu! Ajaib! Atau beruntung? Entahlah, tapi hal ini bisa kita pandang baik, karena semenjak itu, pacarnya yang baru kuliah mulai banyak membaca tentang feminisme, mendengar ceramah dari beberapa akun di youtube yang gemar berbicara itu, dan rajin membaca buku-buku yang dibawakan Grudug untuk meluluhkan gadis itu.

Bertahun-tahun berlalu, pacarnya masih saja kepincut dengan topik yang sama. Pengetahuannya semakin dalam, pehamannya semakin jelas. Bahkan, gadis yang telah menjadi pacarnya itu lebih gentol berbicara tentang perempuan hingga bisa menceramahi Grudug! Sialan, dalam hal ini saya akui Grudug memang jago! Jago melipir! Setiap dia diajak ngobrol tentang feminisme maka dia akan menjawab, “Aku sudah selesai dengan Gender, biarlah aku fokus dengan cita-citaku. Feminisme sudah menjadi bagian hidupku, bukan hanya di kepala seperti kau!”

Untuk masalah ini, Grudug masih bisa melipir dan beralih ke topik lain. Tapi, bagaimana kalau pacarnya turut ke kampungnya dan menolak segala hal yang dikerjakan ibunya? Atau ketika ia dimintai tolong melakukan sesuatu, dia justru ceramah, atau bila tidak, ia justru menolak? Tentu ini tak akan memenuhi kriteria sebagai menantu idaman.

Itulah celakanya, Grudug ingat pacarnya semakin getol menceramahi orang-orang, teman-temannya, adik-adiknya, bahkan setiap orang yang mulai akrab dengannya diceramahi tentang feminisme. Grudug jadi bimbang, seandainya ibunya diceramahi oleh pacarnya, apa yang akan terjadi pada keluarga Grudug? Bagaimana kalau ibunya mulai berontak dengan ayahnya? Bagaimana kalau ibunya menjadi berubah seperti yang dikatakan pacarnya ke beberapa orang? Bagaimana kalau ia justru banyak bertanya ‘mengapa harus mengerjakan ini/itu’ ketika ibunya sedang mengerjakan sarana upacara? Bagaimana kalau ia menolak ketika dimintai tolong memberi makan babi-babinya? Bagaimana kalau, aaah, banyak sekali ketakutan Grudug sehingga lama ia terlihat bengong dan menyesali caranya mendekati gadis yang kini telah menjadi pacarnya.

Previous Post

Kelangkaan Burung Hantu di Bali

Next Post

Sedarah, Jembatan Pencari dan Pendonor Plasma Pasien Covid-19

Agus Wiratama

Agus Wiratama

Agus Wiratama adalah penulis, aktor, produser teater dan pertunjukan kelahiran 1995 yang aktif di Mulawali Performance Forum. Ia menjadi manajer program di Mulawali Institute, sebuah lembaga kajian, manajemen, dan produksi seni pertunjukan berbasis di Bali.

Next Post
Sedarah, Jembatan Pencari dan Pendonor Plasma Pasien Covid-19

Sedarah, Jembatan Pencari dan Pendonor Plasma Pasien Covid-19

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

by Putu Eka Guna Yasa
May 28, 2025
0
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

DI mata orang tua, seorang anak tetaplah anak kecil yang akan disayanginya sepanjang usia. Dalam kondisi apa pun, orang tua...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co