Data mencerdasakan bangsa dan mambangun dengan data, demikianlah kalimat yang membahagiakan telinga para insan Badan Pusat Statistik (BPS). Kenapa membahagiakan, karena kalimat tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan data sangat vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terutama untuk kemajuan bangsa.
Melihat pentingnya peranan data, maka insan BPS menjadi garda terdepan dalam menentukan tujuan bangsa. Dengan demikian tidak ada alasan lain bagi insan BPS untuk tidak bekerja dengan optimal. Turun ke lapangan setiap hari, menatap terik matahari maupun bermandikan hujan, bersahabatkan peluh serta melewati jalan berliku bak cerita film Ninja Hatori. Semua itu dilakukan demi kemajuan bangsa dan mewujudkan Indonesia Hebat.
Jika dipikir, insan BPS adalah orang-orang hebat. Terbukti data yang dihasilkan dalam Daerah Dalam Angka (DDA) selalu dijadikan rujukan utama oleh banyak (bahkan semua) orang. Akademisi, pejabat publik, media cetak bahkan (terkadang) politisi pun saat berorasi kerap menyitir data BPS.
Tanpa DDA, akademisi dan pejabat publik tidak bisa berbicara, karena dengan datalah semua fenomena sosial bisa diungkap. sekali lagi, insan BPS adalah kumpulan orang hebat sehingga tidak berlebihan jika peran dan dedikasinya tersebut diapresiasi dengan sebutan “pejuang dan pahlawan data”. Selamat para insan BPS.
ReleaseBPS selalu dinantikan, bak air hujan disaat musim kemarau. Saat release, maka semua mata dan telinga tertuju kepada BPS. BPS menjadi magnet. Para pihak menunggu dengan sabar untuk mengetahui data terbaru dari BPS.
Setelah release dilakukan, misalnya, release data kemiskinan berbagai ekspresi muncul, wajah cemberut, muka bahagia serta ada pihak mendadak lemah, letih dan lesu.
Bila angka kemiskinan suatu daerah dikatakan turun, maka dipastikan akan ada pihak yang merasa bahagia, pihak tersebut akan menyatakan terima kasih serta tidak menyangsikan keakuratan data. BPS akan disayang, disanjung, diapresiasi bahkan menyatakan dukungan penuh terhadap eksistensi BPS. Kesimpulannya, BPS tepat disebut pejuang dan pahlawan data.
Tetapi, jika berita yang di-release di luar ekspektasi publik, misalnya angka kemiskinan suatu daerah meningkat, maka BPS mendadak menjadi “yatim piatu”. Tidak punya teman, sahabat, yang ada hanya cibiran, ketidakpercayaan, ketidakakuratan, bahkan BPS dibenci dan karena saking bencinya (tidak percaya dengan BPS), ada pihak yang mengusulkan agar BPS dibubarkan.
Sungguh malang nasib insan BPS. Pejuang dan pahlawan data hanya sebuah slogan keterpura-puraan. Tetapi setelah release, insan BPS tetap turba (turun ke bawah) untuk bertemu dan menyapa responden. Insan BPS sudah kenyang akan pahit getirnya sebuah perjalanan seorang pejuang data. Mereka berjuang berat untuk mendapatkan data tetapi setelah data tersaji, malah antiklimaks yang di dapat. Semua demi Indonesia Hebat.
Selamat berjuang insan BPS, tetaplah menjadi hebat demi Indonesia hebat. Apapun rintangannya, pejuang data tidak akan menyerah, karena kata menyerah tidak pernah ada di kamus seorang pejuang. [T]