16 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mengelola Sampah Berbasis Sumber, Seperti Mengelola Tinja

I Wayan ArtikabyI Wayan Artika
June 15, 2025
inEsai
Mengelola Sampah Berbasis Sumber, Seperti Mengelola Tinja

Foto ilustrasi: tatkala.co

tin.ja,  kotoran atau hasil buangan yang dikeluarkan dari alat pencernaan ke luar tubuh melalui dubur, mengandung zat-zat makanan yang tidak dapat dicernakan dan zat-zat yang tidak berasal dari makanan, misalnya jaringan yang aus, mikroba yang mati; feses; kotoran i (KBBI)

SAYA akan memberikan judul tulisan ini tinja.  Tinja adalah entah kata dari bahasa mana karena dalam KBBI tidak disebut asal kata ini. Siapapun tahu apa artinya. Mohon maaf karena akan menulis tentang tinja dan bukan tentang topik-topik yang biasa saya tulis. Keinginan berbagi pengalaman di tengah ramainya program pengolahan sampah berbasis sumber yang menjadi program pemerintah di Bali dan program ini sebenarnya ada dalam kerangka besar permasalahan Bali yaitu sampah terutama sampah plastik.

Saya tinggal di desa dan tidak ada program pemerintah desa mengangkut sampah ke TPA  tapi membuang sampah sendiri di suatu tempat karena pada masa tahun-tahun 1970-an itu masih sangat sedikit plastik. Sebagian besar sampah yang dihasilkan di desa adalah sampah organik, sampah alam, sampah yang mudah sekali busuk dalam waktu yang singkat. Desa tidak tidak mengalami persoalan sampah.

Kota telah mengembangkan program lingkungan atau program kebersihan misalnya dengan adanya TPA. Sampah dari sumber dikumpulkan di satu bak beton, sebagai TPA perantara. Ada petugas kebersihan, truk sampah. Orang kota dilayani, tidak perlu buang sampah.  Sampah tersebut ditempatkan di depan rumahnya. Nanti akan ada yang mengambil.

Model pengelolaan sampah itu pda awalnya diyakini akan menyelesaikan masalah persampahan di kota. Sementara itu, model tersebut dibawa ke desa juga. Walaupun agak lambat, desa juga kena program ini, mengambil program model penanganan sampah yang ada di kota.  Masyarakat tentu tanpa pikir panjang menyambut.

Sebelum ada TPA dan sebelum ada plastik, tidak ada persoalan sampah. Model petugas sampah, truk, bak sampah perantara, dan TPA adalah cikal bakal problem sampah. Model pengelolaan sampah urban tersebut membuat warga kota atau pendudukan desa manja dan bergantung pada pihak pemerintah untuk menangani sampahnya sendiri.  Masyarakat menganggap sampah itu barang tidak berguna, harus dibuang, yang penting bukan di pekarangannya sendiri.  Sampah dibuang di manapun dengan cara apapun. Yang penting tidak di rumah sendiri. Tanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan tidak ada.

Program kebersihan dari kota atau di kota-kota dengan adanya pengangkutan, adanya TPA, ternyata membuat masyarakat manja dan masyarakat tidak lagi bertanggung jawab sama sekali dengan sampahnya. Sampah seolah menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Kebiasaan ini mengubah pandangan masyarakat Bali terhadap sampah dan sampah kadang-kadang tidak ditangani dengan baik dan bisa dibuang seenaknya entah di mana asal jangan di wilayahnya sendiri atau di lingkungannya sendiri. 

Karena itu, ketika mereka ke pura dan pura itu adalah bukan lingkungannya sehingga sampah yang mereka bawa dari makanan atau sesajen pun akan dibuang di lingkungan pura atau di sekitarnya. Tidak ada keinginan untuk membawa kembali sampah itu ke rumah dan untuk diolah di rumah masing-masing.

Pengolahan sampah yang berbasis TPA gagal dan menimbulkan banyak persoalan. Kini ada program pengolahan sampah berbasis sumber. Sebenarnya bukan hal baru. Pada masa lalu masyarakat Bali mengelola sampah sendiri, dengan penuh tanggung jawab menjaga lingkungannya bersih dan asri. Demikian pula untuk menangani sampah yang dihasilkan oleh setiap anggota keluarga: tinja.

Jangan lupa juga setiap individu penghasil sampah atau kotoran atau tinja. Tinja yang dihasilkan oleh setiap orang setiap hari dikelola dengan teknologi kakus, WC, atau toilet. Tidak ada yang bergantung bahwa tinja itu harus dibuang oleh dinas kebersihan ke suatu tempat. Pengelolaan tinja dengan kultur sanitasi dan interior arsitektur, dapat menjadi model pengelolaan sampah yang sudah terbukti sukses dan tidak menimbulkan persoalan lingkungan.

Pengelolaan tinja dilakukan sendiri berbasis keluarga. Setiap keluarga bertanggung jawab kepada tinjanya masing-masing dan bahkan itu aman dan tidak mengganggu lingkungan karena sudah ada standardisasinya, secara kesehatan, interior, dan arsitektur. Bercermin dari sini sebenarnya pemerintah bisa melihat sampah sebagai seperti tinja. Sehingga, program pengelolaan sampah tidak lagi harus ditangani pemerintah. Kembalikan kepada keluarga produsen sampah.

Mengapa persoalan sampah ini menjadi pelik karena kesalahan pemerintah memanjakan dan mengubah kebiasaan masyarakat terhadap sampah. Bukan kebiasaan hidup bersih dalam arti luas tetapi tetapi kebiasaan membuang sampah agar tidak di rumahnya. Sampah itu tidak berguna dan karena itu harus dibuang entah di mana dan dengan cara apapun. Sikap ini kemudian dikembangkan atau dibentuk oleh model penanganan sampah yang selama ini dilakukan di seluruh dunia.

Kembali kepada tinja di mana ini kontradiktif dengan sampah-sampah yang dibuang dan dibiarkan orang lain atau pemerintah mengambil. Tinja kelola dengan baik dan tidak ada persoalan.  Jika WC-nya atau tangki tinjanya sudah penuh tinggal memanggil jasa penguras WC. Biayanya tidak dibebankan kepada pemerintah tetapi keluarga bersangkutan.  

Nah model pengelolaan sampah tidak perlu muluk-muluk. Pengolahan sampah berbasis keluarga sebagaimana keluarga tersebut mengelola tinja mereka. Cuma di sini perlu diberi catatan, tinja memang berbeda teksturnya dan memungkinkan untuk disimpan langsung pada suatu tempat dan irit tempat.  Namun sampah mungkin sedikit berbeda.

Sebenarnya hanya perlu memotong atau mencincang menjadi ukuran lebih kecil sehingga lebih cepat busuk. Dalam hal ini sudah terlalu klise mengenal kategori sampah plastik dan sampah organik. Ada perbedaan antara sampah dan tinja. Tinja secara tekstur, sudah lebih mudah dikelola. Asitektur tinja itu sudah bagus, sudah jelas dan terstandar dengan adanya berbagai toilet, interior toilet,  bentuknya, jenisnya, dan dia menjadi bagian yang penting dari rumah. Tetapi, pengolahan sampah berbasis sumber atau berbasis keluarga masih belum ada arsitekturnya. Biopori sudah mengarah ke sana. Juga, teba modern.

Karena memang sampah itu beragam. Paling tidak ada dua. Sebenarnya hanya ada dua jenis; sampah yang mudah busuk dengan sendirinya dan sampah yang susah busuk. Besi adalah sampah yang mudah busuk tetapi akan busuk cepat kalau berkarat. Sebaliknya plastik ini tidak mudah busuk dan ada juga seperti gabus, streofom, tekstil, dan karet (ban). Dalam lahan yang terbatas tidak mampu mengolahnya. Memperlakukannya dengan baik, sampah-sampah yang tidak mudah busuk, dicuci dulu sebelum disimpan.

Sampah-sampah plastik itu dikemas. Setelah dikemas disimpan pada suatu tempat, sebelum dicarikan tempat untuk menjualnya, seperti rongsokan, rombengan, atau bank sampah. Dengan demikian sampah yang dihasilkan itu bersih dan mudah disimpan. Sebenarnya kalau murni sampah plastik, sangat irit tempat.

Cara menyimpan yang paling gampang adalah dipilah tentu saja, kemudian dia dimasukkan ke dalam kantong plastik yang besar dan plastik sangat irit tempat. Dia bisa tahan dalam waktu satu tahun, tidak apa-apa. Nah setelah cukup mungkin baru kita akan jual sehingga dengan demikian sampah itu tidak bercampur dan tidak kotor.

Jadi inilah yang dimaksud bahwa pengelolaan sampah berbasis keluarga atau sumber penghasil sampah. Bisa meniru cara menangani tinja. Pokoknya pemerintah tidak perlu terlalu pusing memikirkan TPA, pengangkutan dengan truk, dan lain-lain. Yang perlu pemerintah siapkan adalah tempat penampungan sampah plastik saja.

Pemerintah bisa membeli mesin press yang besar sehingga sampah plastik warga bisa dipress dan dipadatkan agar sedikit menghabiskan tempat ketika disimpan sebelum diolah atau didaur ulang. Pemerintah cukup mendirikan bank-bank sampah saja.  Pemerintah membeli sampah masyarakat kemudian sampah masyarakat itu disimpan untuk sementara, atau diolah dan pada ujungnya dicarikan lagi pemasarannya.

Dengan demikian, sampah yang dihasilkan oleh masyarakat bernilai ekonomi, walaupun tidak terlalu tinggi. Namun bukan nilai ekonominya yang tonjolkan tetapi nilai lingkungannya. Sampah itu terkelola bukan di satu tangan tetapi merata. Semua orang bertanggung jawab, semua orang mengelola sampahnya. Sekali lagi analoginya di setiap rumah ada WC, ada toilet.

Sekarang mungkin sudah ditemukan arsitektur pengelolaan sampah, misalnya biopori dan teba modern. Juga ada yang lebih lama dikenal, membuat kompos atau dengan perkembangan terbaru, membuat eco enzim.  Jadi dengan begitu sebenarnya tidak ribet. Persoalan sampah karena membiarkan satu pihak lain yang bertanggung jawab. Bukan karena pemerintah lemah. Nyatanya pemerintah gagal  karena menempuh metode yang salah. Memanjakan masyarakat. Tenaga kerja pemerintah sangat terbatas. Masyarakat ribuan. Cara terbaik mengolah sampah sekarang adalah seperti mengelola tinja.  [T]

Penulis: I Wayan Artika
Editor: Adnyana Ole

BACA esai-esai lain dari penulis I WAYAN ARTIKA

Pelajaran Daur Ulang Sampah dari Rumah Plastik di Desa Petandakan
Sampah, Pembagian Tugas, dan Tata Kelola : Belajar dari Oshaki Jepang
Sampah adalah Musuh Keindahan Bali
Tags: daur ulang sampah plastikSampah
Previous Post

Banyak Alasan untuk Tidak Membaca Buku

Next Post

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

I Wayan Artika

I Wayan Artika

Dr. I Wayan Artika, S.Pd., M.Hum. | Doktor pengajar di Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha Singaraja. Penulis novel, cerpen dan esai. Tulisannya dimuat di berbagai media dan jurnal

Next Post
Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Niskala Pancasila dan Tugas Besar Pendidikan: Menyemai Indonesia Raya dari Dalam Diri

by Dewa Rhadea
June 16, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

PERINGATAN Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni bukan sekadar momen seremonial. Ia adalah ajakan reflektif—untuk menengok ke dalam, menyatukan kembali...

Read more

Drama Gong

by I Wayan Dibia
June 16, 2025
0
Drama Gong

SEJAK pertengahan tahun 1960 kreativitas para seniman Bali telah melahirkan dua jenis seni drama. Salah satu seni drama yang dilahirkan...

Read more

Mengelola Sampah Berbasis Sumber, Seperti Mengelola Tinja

by I Wayan Artika
June 15, 2025
0
Mengelola Sampah Berbasis Sumber, Seperti Mengelola Tinja

tin.ja,  kotoran atau hasil buangan yang dikeluarkan dari alat pencernaan ke luar tubuh melalui dubur, mengandung zat-zat makanan yang tidak...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan 

Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan

June 16, 2025
Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

June 15, 2025
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja
Panggung

Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja

DI acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” itu, Rizki Pratama tampaknya energik ketika tampil sebagai opening di Café Halaman Belakang...

by Sonhaji Abdullah
June 10, 2025
New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya
Gaya

New Balance Sneakers Store di Indonesia Terpercaya

SAAT ini sneakers bukan lagi sekadar kebutuhan untuk melindungi kaki saja melainkan telah berkembang jadi bagian penting dari gaya hidup....

by tatkala
June 9, 2025
I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi
Persona

I Wayan Suardika dan Sastra: Rumah yang Menghidupi, Bukan Sekadar Puisi

ISU apakah sastrawan di Indonesia bisa hidup dari sastra belakangan ini hangat diperbincangkan. Bermula dari laporan sebuah media besar yang...

by Angga Wijaya
June 8, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

June 15, 2025
Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

June 15, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co