Mengenang Kekasih
Jika pagi ini kembali
hanya wangimu yang aku ingat.
Kau, perempuan beraroma laut.
Semerbak gelombang tak pernah surut.
Aku memberinya nama, kenangan.
Angin tiba di jendela pagi ini
membawa tawa dan sejumlah tanya milikmu,
Apa kabar? Sudahkah kau tersenyum hari ini?
Harapan mana yang sedang kau kenakan?
(Surakarta, 2024)
Mengenang Kekasih 2
Kau keceriaan di ujung langit April yang sunyi.
Di barat ada petang dan burung-burung kembali ke sarang.
Kau kenangan indah yang terlambat dan tak dapat kuingat.
Aku ingin mampu menceritakan setiap yang kulihat ketika
berjalan di stasiun.
Kau suara angin pada pangkal Mei yang merdu.
Gema suaramu memecah hiruk pikuk di dalam kereta
yang sedang melaju.
Kau laut yang hanya mau mengenakan warna biru. Selalu begitu.
Kau tenang dan menghanyutkan waktu-waktuku.
(Surakarta, 2024)
September
Selepas September
tak ada apa-apa selain sisa ingatan
yang terus dirawat hujan awal bulan.
Aku masih tetap di persimpangan jalan
ketika orang-orang bergegas mencari entah apa?
Mereka tersenyum tanpa suara, tanpa kata-kata.
Cinta kini telah menjadi nyanyian
yang justru tak dapat disimak oleh telinga.
Di persimpangan jalan kutemui hujan
yang lebih lebat dan wajahmu ada di mana-mana,
di petunjuk arah jalan, di papan reklame dan iklan,
pada foto caleg yang usang di kiri jalan.
Ada matamu awas mengawasi.
Ada agenda besar yang hendak kulakukan setelah hujan siang ini:
Mengalahkan diri sendiri dan berusaha keras melupakan namamu.
(Surakarta, 2024)
Desember
Desember berlalu dan Januari datang
musim kemarau telah berakhir
dan walaupun musim panas belum benar-benar berakhir
wajahnya sudah berpaling ke barat.
Bunga-bunga patma menuliskan jejak langkah
kepergian kekasihnya dalam aksara ungu
dan di atas bukit serta lembah
menggantung asap biru pudar
seakan alam tengah memuja altar hutan.
Buah apel mulai merona merah
Pada dahan yang melengkung
jangkrik bernyanyi siang-malam
tupai bertukar kabar di pohon cemara
sinar matahari sepekat dan sekuning emas cair
malam yang tenang dengan bintang-bintang musim semi.
(Surakarta, 2024)
Biru
Aku ingin menjadi warna biru
pada benda-benda yang kau miliki.
Aku ingin selalu kau kenakan.
(Surakarta, 2024)
*
Penulis: Pitrus Puspito
Editor: Adnyana Ole