Hari raya Lebaran Idul Fitri Tahun ini, Insya Allah akan jatuh pada 31 Maret, juga berdekatan dengan hari raya Nyepi yang akan jatuh 29 Maret 2025. Hanya selisih satu dua hari hari raya keagamaan ini akan dirayakan oleh umat Hindu dan Islam.
Kata lebaran sendiri menurut para ahli bahasa dan sejarah itu ada kaitannya dengan istilah Upawasha dalam tradisi Hindu, karena dalam ajaran Islam istilah puasa itu adalah shaum yang artinya berpuasa, yang kemudian setelah berpuasa sebulan penuh, dilanjutkan dengan merayakan lebaran Idul Fitri.
Seperti dilansir Antara, menurut MA Salamun dalam artikelnya yang dimuat majalah “Sunda” tahun 1954, istilah Lebaran ternyata berasal dari tradisi Hindu. MA Salamun menyebut, kata Lebaran berasal dari tradisi Hindu yang artinya “Selesai, Usai, atau Habis”, yakni menandakan habisnya masa puasa.
Pendapat tersebut selaras dengan yang disampaikan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, Prof. Endang Aminudin Aziz, M.A., Ph.D. Menurut pendapatnya, menyebut penggunaan istilah Lebaran sebenarnya tak terbatas di kalangan umat Muslim (https://news.detik.com/berita/d-7284562/makna-dan-asal-usul-kata-lebaran-apakah-berbeda-dengan-idulfitri).
Prof Endang menerangkan, ada berbagai versi tentang asal-usul kata Lebaran. Makna kata Lebaran juga mempunyai kaitan dengan kebiasaan orang Hindu setelah melakukan Upawasa. Tradisi ini adalah akar dari kata puasa dalam bahasa Indonesia yang mengalami perubahan morfologis.
Upawasa dikaitkan dengan kegiatan menahan lapar-haus sesuai tradisi Hindu. Sementara dalam ajaran Islam juga ada kebiasaan serupa yang disebut shaum atau puasa. Pada tradisi Hindu, Upawasa diakhiri dengan perayaan yang melambangkan selesainya tugas atau niat dalam melaksanakan tradisi tersebut. Inilah yang selanjutnya disebut sebagai Lebaran.
MA Salamun menyebut, kata Lebaran berasal dari tradisi Hindu yang artinya “Selesai, Usai, atau Habis”, yakni menandakan habisnya masa puasa. Istilah ini kemungkinan diperkenalkan para Wali agar umat Hindu yang baru masuk Islam kala itu tidak merasa asing dengan agama yang baru dianutnya (https://news.detik.com/berita/d-7284562/makna-dan-asal-usul-kata-lebaran-apakah-berbeda-dengan-idulfitri).
Lebaran dalam interpretasi saya, berati melebar jadi leluasa, sesuatu yang tadinya aktivitas itu terbatas setelah melakukan puasa “Upawasa”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Lebaran artinya hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Lebaran disebut juga Idulfitri. Ada juga istilah Lebaran Haji dan Lebaran Ketupat (Iduladha).
***
Peristiwa sosial yang namanya lebaran idulfitri, bila kita deskripsikan sesungguhnya adalah kegiatan komunikasi sosial dengan beragam pesan yang disampaikan, baik verbal maupun non-verbal, dan pesan itu mengacu pada satu titik yaitu permohonan maaf, memaafkan, dimaafkan secara lahir batin.
Saat Lebaran adalah bagaimana satu motif komunikasi kita ”permohonan maaf”terwujud diterima oleh orang tua, saudara-saudara kandung kita, handai taulan, tetangga sekampung, satu dusun atau satu banjar. Pesan itu akan berwujud salaman, pelukan, tangisan haru, saling memberi oleh-oleh atau buah tangan baik berupa makanan atau pakaian, saling menjamu menghaturkan singgah untuk makan atau mencicipi berbagai kudapan khas Lebaran.
Peristiwa Lebaran adalah peristiwa komunikasi antarmanusia yang dalam pandangan saya memiliki empat fungsi komunikasi sekaligus, baik fungsi sosial sudah pasti, fungsi ekpresi, fungsi ritual, dan fungsi instrumental.
Fungsi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi dalam Lebaran penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan melalui komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Dengan berlebaran antarsaudara, sewarga kita akan merasakan terbebas, ada rasa plong ketika pesan kita diterima.
Momentum Lebaran terlihat jelas fungsi ekspresif ini muncul memeberikan pelukan hangat, dengan derai air mata haru, intonansi suara yang beragam diekspresikan, dan lain sebagainya. Mekipun ekspresi tidak otomatis dapat mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi dapat dijadikan instrumen di dalam menyampaikan perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, dan benci dapat dilakukan melalui pesan verbal maupun non-verbal. Emosi juga dapat disalurkan melalui bentuk-bentuk bingkisan Lebaran, atau hadiah, berbagai rizki, dan juga mungkin dengan kata-kata puitis.
Dapat dikatakan momentum Lebaran juga merupakan satu wujud komunikasi ritual. Sebagai negara yang sangat beragam suku bangsa ini, Lebaran akan disambut dengan beragam cara ritual setiap daerah. Meskipun hakikat Lebaran itu sama, yaitu kembali suci, fitri tanpa dosa diawali dengan shaum puasa ramadan sebulan penuh. Ritual Lebaran ini semua diawali dengan mengagungkan nama Allah SWT, dengan melantunkan takbir Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, di setiap masjid, mushola, dan rumah-rumah penduduk.
Ritual lain yang membedakan antara budaya dan etniknya pada simbol-simbol berupa makanan sajian yang disiapkan masing-masing daerah pastinya beragam, pakaian juga beragam. Tapi tetap satu kuncinya saat Lebaran, biasanya akan cenderung pada yang istimewa baik sajian makanan maupun pakaian menurut kadar kemampuan masing-masing warga. Suatu komunitas melakukan kegiatan Lebaran atau dalam konteks ini ritual upacara sepanjang tahun dan sepanjang hidup dalam istilah antropolog sebagai rites of passage.
Momentum Lebaran sebagai peristiwa komunikasi yang dilakukan secara kolektif oleh suatu komunitas melalui upacara-upacara berlainan sepanjang hidup, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun (happy birthday song dan pemotongan kue), pertunangan (melamar/tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab kabul, sungkem kepada orang tua, sawer, dan sebagainya), ulang tahun perkawinan hingga upacara kematian.
Lebaran juga sebagai sarana perubahan perubahan sikap lahir batin seseorang, atau kelompok untuk berhijrah saling berdamai dengan situasi dan keadaan yang tadinya saling berprasangka, tidak saling tegur-sapa, bermusuhan, atau konflik.
Momentum Lebaran dapat menjadikan komunikasi sebagai sarana instrumental rekonsiliasi, perdamaian menuju harmoni. Dalam komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan serta perilaku atau menggerakkan tindakan, dan menghibur. Namun semua kegiatan komunikasi tersebut pada dasarnya adalah lebih bersifat persuasif. Semoga hari raya Lebaran Idul Fitri dan Nyepi membawa kesejukan dan kedamaian di hati.[T]
Penulis: Ahmad Sihabudin
Editor: Adnyana Ole
BACA artikel lain dari penulis AHMAD SIHABUDIN