25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Seharusnya Mati | Cerpen Hilmi Baskoro

Hilmi BaskorobyHilmi Baskoro
March 8, 2025
inCerpen
Seharusnya Mati | Cerpen Hilmi Baskoro

Ilustrasi tatkala.co | Rusdy

GALIH baik-baik saja sampai akhirnya polisi menangkapnya. 19 November 2023, pukul 5 sore. Dia termenung di teras rumahnya sambil meneguk sedikit demi sedikit kopi susu yang baru dibuatnya selepas kerja. Di kantor, kerjaannya lumayan, walau rasa lelah menghantuinya dan dia berusaha menghilangkan itu.

Dia ditahan dan tetap menganggap dirinya benar. Atau pengakuan bahwa dirinya menyobek perut polisi dan membuat isinya tercecer di sekitar kakinya, adalah semata-mata tindakan heroik, tak lebih dan tak kurang dari itu.

Jadi, dia cuma duduk dan menghilangkan frustasi akibat kerjaannya. Lalu dua polisi itu sekonyong-konyong menangkapnya.

“Ikut kami ke kantor. Jelaskan apa yang kamu lakukan kepada rekan kami,” ungkap polisi yang paling tinggi.

Galih tak melawan. Dia menyerahkan tangannya begitu saja. Dia telah membayangkan peristiwa ini selayaknya terjadi.

Semuanya selesai dan dia merasa telah menang. Dia merasa sudah sangat berperan, sekarang. Dia telah membunuh polisi itu, dan artinya dia telah hidup. Institusi ini menemukan jalan pertama untuk reformasi!

2 November, media sosial dihebohkan tuntutan warganet agar hukuman kasus penembakan polisi oleh polisi segera diputuskan. Galih yang baru saja lulus kuliah, memulai karirnya sebagai copy writer di salah satu firma pendidikan daring. Semuanya berjalan baik. Yang membuatnya mengambil dua batang pisau dan pergi ke tempat di mana polisi itu diamankan, semua orang tak menyangkanya. Dialah anak paling berisik di kantor. Dia hanya butuh dua pekan untuk mengunjungi seluruh rumah karyawan.

Bersama si bos, dia sudah renang bareng. Dialah yang paling akrab dengan OB. Dialah yang paling sering memberi OB itu uang. Pekerja baru gajinya tak seberapa. Tapi dia tetap memberi OB itu uang. Bahkan deretan warung di gang samping kantor sudah pernah dia hutangi. Dan dia selalu bayar tepat waktu.

HRD memanggilnya si kecil malaikat. Tingginya memang hanya 157 sentimeter. Jika kalian menemukan pemuda seumurannya yang menjelek-jelekkan teman kerjanya di second account Instagram, dia memilih untuk mengajaknya makan. Tak mahal. Hanya makanan pinggir jalan. Tapi selalu ke tempat yang tak pernah kawan kerjanya coba.

Suatu kali, dia pernah mengajak admin Instagram kantor ke sebuah pusat kuliner Madura.

“Kamu pasti bakal suka ini,” katanya.

Setelah semua makanan tandas, dia mulai berkata bahwa sebenarnya dia ingin jujur tentang sesuatu. Sangat penting!

“Aku tidak suka caramu bekerja,” ucapnya dengan nada selembut mungkin, berusaha untuk tidak menyinggung.

Tapi semuanya selalu berakhir dengan baik. Begitu lah dia. Jujur dan apa adanya. Dan dia juga sangat pemberani.

Gajinya memang tak seberapa, namun ternyata dia mesti membelikan ini-itu untuk adiknya. Di hari saat dia ditangkap, misalnya. Dia menyempatkan diri mampir ke lapak pedagang mainan dua blok dari kantor (stasiun ada di setelah blok keempat).

Dia membeli mainan yang mirip dengan labubu yang asli. Anak kecil sekarang memang fomo.

Setiap awal bulan, saat dia sudah menghitung dan mengelompokkan uangnya dalam beberapa pos pengeluaran, dia tak pernah melewatkan ibunya.

“Ini buat ibu. Enggak banyak. Tapi cukup buat makan sebulan,” katanya, selalu.

Ibunya kini tak terlalu susah-susah memungut guguran sayur di pasar. Tinggal beli saja. Tapi itu juga tak lepas dari keinginannya untuk menyantap masakan mamanya yang sedap.

Semenjak papanya meninggal dunia dua tahun lalu—saat dia masih berjuang menyelesaikan skripsinya—dia jarang sekali makan enak. Ayahnya wafat saat dia baru saja menyelesaikan ujian proposal. Seperti biasa, sebagaimana masyarakat miskin pada umumnya, tak mampu membayar dokter, dan ayahnya tak tertangani.

Kepergian ayahnya begitu memukulnya, membuatnya baru lulus setelah menambah dua semester. Dia tahu bahwa dia terlalu bergantung kepada sosok ayahnya. Dia bukan anak laki-laki seperti yang secara terbuka memvonis dirinya sendiri sebagai pemuda fatherless. Kondisi beruntung ini pernah dia pikirkan dalam-dalam. Setelah tahu dari ibunya, bahwa ternyata sang ayah ditinggal pergi kakek sejak di bangku kelas empat SD, dia tahu bahwa ayahnya hanya balas dendam.

Ayahnya tak ingin anak-anaknya seperti dirinya, meskipun nasibnya tak jauh beda sejak kepergian itu.

Jadi, saat semua orang kantor mendengar kabar penangkapan si pemuda itu yang sangat sekonyong-konyong, mereka syok. Ternyata selama ini mereka bekerja bersama orang gila! Bayangkan! Bagaimana tidak gila?

Melalui reka adegan yang mereka tonton di akun-akun portal berita di TikTok, pemuda itu menggunakan dua pisau. Satu pisau untuk menguliti tubuh si polisi. Sementara pisau kedua, yang ukurannya empat kali lebih besar, dia gunakan untuk memutus leher dan bagian tubuh lainnya. Dia benar-benar orang gila, pikir orang-orang kantor.

Tapi apalah arti sang polisi itu bagi si pemuda? Dia hanyalah seonggok daging berotak dongkol yang tak tahu apa-apa tentang kesedihan, pikir pemuda itu. Apalagi tentang betapa kejamnya penembakan itu, yang sebenarnya, berusaha ditutup-tutupi institusi bobrok ini. Dan yang paling parah dari itu, pikir si pemuda, adalah usaha untuk memanipulasi keseluruhan peristiwa.

Bagaimana mungkin sebuah pembunuhan berencana dilaporkan sebagai sekadar peristiwa cek-cok antaranggota polisi? Dan media nasional memercayai itu. Kasus ini akan terkonstruksi jika tidak ada sejumlah pihak yang menaruh kecurigaan. Beruntung orang-orang masih mau curiga.

Dan kini, si pemuda ada di rumah tahanan. Dia tak pernah merasa bersedih dengan apa yang dia perbuat sejauh ini. Semua ini adalah buah keberaniannya. Dia merasa telah melakukan sesuatu yang sangat berarti. Tak seperti apa yang dia rasakan selama ini: menjadi orang yang tak berguna, yang hidup semata-mata hanya untuk hidup: mencari uang, menjilat atasan, dan menuruti tuntutan lingkungannya untuk menjadi orang sukses.

Omong kosong, pikirnya. Tapi dengan menghabisi si polisi, sekali lagi, dia merasa telah berbuat sesuatu. Tak ada yang lebih berarti dalam hidupnya selain ini. Bahkan mantan pacarnya dahulu itu.

Dia mungkin pernah melakoni malam paling indah selama dia hidup, yakni ketika dia masih bersama pacarnya. Tiga tahun sudah dia berusaha melupakan wanita itu dan selalu tampak gagal baginya. Amat gagal. Tapi setelah dia melihat aliran darah dari perut si polisi, dia merasa telah melupakan mantan pacarnya. Dia merasa sangat melupakan. Hidup melupakan yang sekadar melupakan. Tapi melupakan untuk tak merasakan apa-apa lagi jika menyangkut mantan kekasihnya.

Sekalipun nantinya dia dihukum mati, dia sangat siap untuk melaksanakannya. Sudah cukup hidup di dunia ini baginya, dan dia sudah cukup berperan untuk keberlangsungan hidup manusia lainnya. Dia tak perlu punya keturunan, lantaran masih ada miliaran orang yang mau punya anak.

Dia merasa amat berhasil. Lantai dingin rumah tahanan ini sebenarnya membuat kulitnya agak tersiksa. Tapi siksaan ini, pikirnya, sangat jauh lebih ringan dibanding rasa getir ketika dia ditangkap oleh sekelompok polisi karena membunuh polisi. Itu yang di pikirannya sekarang.

Namun yang membuatnya kesal, butuh waktu berapa lama lagi untuknya menunggu vonis. Dia ingin mendengar hakim menyatakan tuntutan mati. Dia merasa hidupnya selama ini hanya untuk berada di momen itu. Tak ada hal lain yang berarti selain itu.

Dia membayangkan, di ruang persidangan yang nantinya dipenuhi para kerabat, orang-orang yang mendukungnya, orang-orang yang tidak mendukungnya, dan juga para reporter, dia akan menampakkan senyumnya yang sarat dengan kebahagiaan. Begitulah hidup, pikirnya. Semua tentang setuju atau tidak.

Dan orang-orang seharusnya tak terlalu pusing-pusing memikirkan ini. Biarkan pikiran kita yang menuntun sebagai apa kita berarti untuk kehidupan ini, untuk dunia ini, pikirnya.

Dia divonis kurungan seumur hidup. Dia berdiri didampingi dua petugas. Wartawan membuntutinya: bagaimana tanggapannya atas vonis ini? Puas atau tidak? Apa ini vonis yang diharapkan? Anda tampak tersenyum saat vonis dibacakan, apa maksudnya? Tanya para wartawan.

“Jujur saya kurang puas. Saya ingin hukuman mati. Buat apa saya hidup jika di dalam kurungan. Tak ada yang bisa dilakukan. Saya ingin mati di saat saya berada di posisi paling tinggi, seperti sekarang,” kata Galih.

“Sudah, sudah, cukup, ya,” ujar salah seorang petugas. Galih dibawa kembali ke sel. [T]

Penulis: Hilmi Baskoro
Editor: Adnyana Ole

  • KLIKuntukBACAcerpen lain
Bujuk | Cerpen Khairul A. El Maliky
Buket Mawar Merah | Cerpen Yuditeha
Go-Sex | Cerpen Sonhaji Abdullah
Masak Apa Hari Ini? | Cerpen Lanang Taji
Tags: Cerpen
Previous Post

Puisi-puisi Vito Prasetyo | Antara Hitam dan Putih

Next Post

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Hilmi Baskoro

Hilmi Baskoro

Mantan jurnalis kelahiran Banyuwangi yang suka membaca dan menulis cerpen. Instagram: @hilmibaskoro__

Next Post
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more

Saatnya Pertanian Masuk Medsos

by I Wayan Yudana
May 24, 2025
0
Saatnya Pertanian Masuk Medsos

DI balik keindahan pariwisata Bali yang mendunia, tersimpan kegelisahan yang jarang terangkat ke permukaan. Bali krisis kader petani muda. Di...

Read more

Mars dan Venus: Menjaga Harmoni Kodrati

by Dewa Rhadea
May 24, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DI langit malam, Mars dan Venus tampak berkilau. Dua planet yang berbeda, namun justru saling memperindah langit yang sama. Seolah...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co