Antara Hitam dan Putih
cahaya lampu membuatmu lupa akan kegelapan
bukankah sebelum takdir dituliskan
engkau serupa puisi tanpa kata-kata
berkelana dalam warna hitam
sebelum menemukan betapa pentingnya warna putih
Malang, 2025
Enigma Rindu
dengan cara apa memaknai cinta
jika perasaan terbelenggu
mengembara dalam orbit masa dan tatapan gelap
sementara malam, senantiasa hadirkan rindu
Malang, 2025
Oasis
andai garis-garis cahaya menjahit segala gelisah
tak akan ada rindu yang pergi
merancap luka di ingatan mimpi
biarkan kubaringkan penatnya kata-kata
menjadi puisi yang lesapkan semesta cinta
dari segala peristiwa yang kita tulis sebagai perjalanan
Malang, 2025
Pusara Ibu
tempat itu terlalu tabah dan teduh
untuk segala luka yang dijahitnya tanpa keluh kesah
tempat itu adalah punggung ibu
yang kini tak akan pernah lagi bisa ‘kusandarkan dukaku
bukankah Tuhan telah sempurnakan
dalam doa-doa yang senantiasa kupanjatkan
mengalungkannya dengan zikir di cungkup pusara
dan membiarkan air mata menjadi setumpuk kenangan
andai segala peristiwa bisa terulang kembali
biarkan malam menjadi sejarah kata-kata
melesap pada bait-bait puisi
yang menghapus catatan sedih di sudut mata ibu
meski sinar matahari senantiasa memayungi
di tanah-tanah pusara, penanda keabadian
dari kedangkalanku memaknai rindu
Malang, 2025
Sungai Kering
sisa kata-kata
yang kita pungut dari jejak tidur
seakan begitu lelah menjadi kalimat
meski sinar pagi menghunjam tajam
di jemari kertas, enggan menyimpul makna
mungkin, masih ingin lelap dalam angan-angan
dan esok hanyut pada sungai-sungai kering
yang menanti kata-kata baru serupa air bening mengalir
dari kedangkalan kita membaca cinta
Malang, 2025
Matahari dan Rembulan
ada kalanya aku ingin membaca matahari
sinarnya menghunus ingatanku
senantiasa mengingatkan, aku hanya mampu berpijak di tanah
bukankah itu isyarat, tentang kedangkalanku memaknai langit
aku juga tidak mampu menolak sinarnya
yang memagari tatapanku, kerap hanya tersenyum pada rembulan
hampir tiap malam, aku selalu merindukan lengkingan purnama
seperti sebuah syair, matahari dan rembulan
tak akan pernah mampu bersenandung bersama
selain menyatu dalam puisi
Malang, 2025
Sunyi Sedalam Lautan
adalah sunyi, acap kali penyair tuangkan ke dalam bait-bait
seolah-olah hanya mereka yang mengerti tentang kesunyian
bukankah sunyi bermakna kekal milik siapa saja
yang telah menggumpal beku dalam penjara ingatan
mengembara sedalam lautan, mengudar rindu dan gelisah
Malang, 2025
Penulis: Vito Prasetyo
Editor: Adnyana Ole
- BacaPUISI LAINdari penyair Indonesia