SAAT disebut namanya, I Nyoman Bangun Mahatma langsung tersenyum senang. Ia merasa bangga, dan seakan tidak percaya bisa meraih Juara I dalam Lomba Lagas Jaya Menggambar Denah, Tampak dan Potongan III tahun 2024. Lomba itu diikuti 74 peserta.
“Awalnya, saya sempat kesulitan membagi waktu antara mengikuti kompetisi ini dan menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL). Namun, dengan manajemen waktu yang baik, saya berhasil mengatur keduanya. Ini adalah pengalaman yang luar biasa bagi saya,” kata Bangun usai menerima hadiah di Hotel Made Bali, Sempidi, Badung, Jumat, 31 Januari 2025.
Siswa kelas 12 Program Desain Pembentukan Bangunan (DPIB) SMK Negeri 3 Singaraja ini mengaku, ide awal dalam kompetisi ini adalah menciptakan desain bangunan yang unik, namun tetap mempertahankan sentuhan khas Bali.
Bangun Mahatma menyadari, banyak peserta akan menggunakan konsep Bali, sehingga ia memutuskan untuk menggabungkan elemen-elemen lain tanpa menghilangkan ciri khas tersebut. Hasilnya, desain itu tetap fungsional dalam hal pencahayaan, sirkulasi, dan perawatan.
Artinya, bangunan itu tidak hanya mengutamakan estetika semata. Ia tidak terlalu yakin bisa meraih juara. Pasalnya, ia hanya memiliki waktu tiga hari untuk menyiapkan presentasi karena sebelumnya juga terlibat dalam kompetisi nasional.
“Presentasi saya ini belum maksimal. Saya masih merasa pesimis. Ini adalah kali kelima, saya mengikuti kompetisi. Saya melakukan persiapan sekitar satu minggu. Saya berusaha keras membagi waktu,” kata siswa yang pernah meraih prestasi di tingkat nasional ini.
Ke depan, dirinya berencana melanjutkan pendidikan ke Universitas Udayana dengan memilih program studi Teknik Sipil atau Arsitektur. “Terima kasih banyak atas kesempatan ini. Saya berharap bisa mendapat dukungan sponsor atau juri berpengalaman di bidang ini,” harapnya.
Menyiapkan Wadah
Lomba menggambar denah, tampak dan potongan memang jarang digelar. Ajang ini, bahkan sangat langka, meski sesungguhnya sebuah profesi yang menjanjikan. Apalagi, Bali sebagai tujuan pariwisata dunia memberi andil pesatnya pembangunan, sehingga peluang itu terbuka.
Karena itu, CEO CV. Lagas Jaya, I Komang Adi Dana Wijaya, ST, MM (Komang Lagas) menggelar Lomba Lagas Jaya Menggambar Denah, Tampak dan Potongan tingkat SMK se Bali untuk memberikan pengalaman serta menggugah anak-anak muda menekuni profesi tersebut.
“Anak-anak kita di Bali, tidak banyak yang memilih sekolah teknik sipil atau teknik bangunan, maka itu kami menggelar lomba ini untuk menggugah minat mereka,” kata Komang Lagas disela-sela penyerahan hadiah bagi pemenang Lomba Lagas Jaya Menggambar Denah, Tampak dan Potongan III di Hotel Made Bali, Jumat 31 Januari 2025.
Komang Lagas memaparkan, dijaman global ini, minat anak-anak muda memilih jurusan ini sangat jauh dibandingkan memilih jurusan pariwisata. Karena itu, antusias untuk mengikuti lomba menggambar denah, tampak dan potongan ini pun sangat kecil.
Padahal, memiliki pengalaman dalam ajang ini, peserta tak hanya mendapatlan pengetahuan, tetapi juga pengalaman yang lebih. Artinya, setelah tamat mereka akan siap pula sebagai pengusaha, disamping berpeluang sebagai pekerja.
“Kami awalnya berkunjung ke sekolah-sekolah untuk memikat minak siswa dengan menjelaskan dan mengajak mereka untuk mengasah kemampuan dalam ajang lomba. Syukur, setelah peserta lomba pertama, mereka mulai antusias,” jelas Komang Lagas.
Para juara, peserta dan panitia Lomba Lagas Jaya Menggambar Denah, Tampak dan Potongan III | Foto: Bud
Menurutnya, lomba Lagas Jaya Menggambar Denah, Tampak dan Potongan yang pertama memang sangat sederhana, kemudian lomba kedua meningkat dan yang ketiga ini menggandeng sposor. “Saya harap, lomba ini bisa seperti Indonesia Idol diperebutkan kedepannya,” ujarnya.
Prestasi lomba ini bisa menjadi barometer ketika melamar pekerjaan. “Tentu butuh kesabaran untuk mengajak siswa SMK untuk berkompetsi. Itu karena mental. Tantangan kita adalah mengasah mental mereka untuk menjadi lebih baik untuk sebuah prestasi,” imbuhnya.
“Maka itu, lomba digelar setiap 2 tahun. “Kalau setiap tahun, pesertanya hanya itu itu saja. Karena yang menjadi peserta kelas II dan kelas III. Maka digekar 2 tahun agar orang-orangnya beda,” ujarnya.
Antusiasme Peserta
Salah satu Dewan Juri, Ir. Putu Andre Wicaksana Putra, ST, M.Ars, IPP mengapresiasi antusias siswa SMK mengikuti lomba yang langka ini. Menyimak dari ajang lomba ini, setelah tamat, para siswa SMK cendrung menjadi pekerja, bukan menjadi pengusaha.
Karena itu, ajang seperti ini mesti berlanjut dan kolaborasi antara keterlibatan pengusaha dan pemerintah sangat diperlukan. Bali memiliki banyak kampus pariwisata yang menjanjikan, namun untuk jurusan insinyur sangat minim.
Seperti ada rasa ketakutan anak-anak muda untuk menekuni profesi ini dari pada di dunia patiwisata. “Padahal, arsitek itu tak jauh dari orang kita. Prilaku kita di Bali mencerninkan arsitektur Bali sesungguhnya,” ungkapnya.
Beda dengan mereka, arsitek yang hanya mempelajari dan membuat gambar dari luar yang mungkin peluangnya lebih besar karena berani mendobrak pasar. “Maka itu kami membuka peluang bagi anak-anak muda Bali untuk berkemnang dan belajar bersama,” imbuhnya.
Bangunan berarsitektur Bali masih diminati pasar. Orang yang membuat rumah atau vila yang berarstitek Bali selalu memiliki daya jual. Tak hanya di Bali, tetapi juga di luar Bali, seperti Bekasi dan daerah lainnya di Indonesia, bahkan di dunia.
“Baru-baru ini ada undagi (arsitek tradisional Bali yang ahli dalam merancang bangunan) diundang membuat bangunan berarsitektur Bali di negara-negara maju. Ini bukan hanya sekali, tetapi sering kali,” kata Andre bangga.
Nyoman Bangun Mahatma (SMKN 3 Singaraja) mendapatkan piala, piagam penghargaan dan uang sebesar Rp 5 juta | Foto: Bud
Lomba ini diikuti 74 peserta dari 8 SMK di Bali, dan sebagai Juara I lomba Lagas Jaya Menggambar Denah, Tampak dan Potongan III itu Nyoman Bangun Mahatma (SMKN 3 Singaraja) mendapatkan piala, piagam penghargaan dan uang sebesar Rp 5 juta.
Juara II diraih Komang Ajeng Satya Pradnyani (SMKN 3 Singaraja) dengan hadiah Rp 3,5 juta,
dan Juara III diraih I Made Bagus Pradipa Nala P (SMKN 1 Denpasar) dengan hadiah Rp 2.5 juta, serta Juara Favorit diraih I Made Satya Adinatha (SMK Rekayasa Denpasar) mendapat Rp 1 juta.
Bagi peserta yang belum berhasil meraih pemenang juga diberikan paiagam dan uang pembinaan sebesar Rp 500 ribu. Termasuk dana pembinaan bagi masing-masing SMK yang siswanya terlibat, sebesar Rp 1,5 juta.
SMK itu, adalah SMK Negeri 1 Denpasar, SMK Negeri 1 Abang, SMK Negeri 1 Susut, SMK Negeri 3 Tabanan, SMK Negeri 3 Singaraja, SMK Negeri 1 Nusa Penida, SMK Negeri Bali Mandara dan SMK Rekayasa Denpasar. [T]
Reporter/Penulis: Budarsana
Editor: Adnyana Ole