SAYA tidak pernah tahan bergabung dengan komunitas apa pun, termasuk komunitas sepeda. Meskipun demikian, ketika saya tinggal di Blitar, saya mencoba untuk berkenalan dengan anggota beberapa komunitas sepeda, terutama touring bike.
Saya tak hendak bergabung dengan mereka, hanya ingin membangun lingkaran pertemanan saja. Mereka pun menerima kehadiran saya. Bahkan beberapa kali saya diajak bersepeda bersama.
Tadi pagi saya memenuhi undangan ulang tahun salah satu komunitas touring bike. Meskipun komunitas tersebut dibentuk di Kota Blitar, beberapa anggota berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Blitar.
Kami bersepeda dengan pelan menyusuri jalanan Kota Blitar, dan berakhir di objek wisata yang terletak di pinggir kota. Beberapa orang segera mengeluarkan kompor portabel, gula dan kopi bubuk. Sementara yang lain mengeluarkan berbagai kudapan yang mereka beli di pasar.
Saya merasakan betapa pelan kehidupan pada Minggu pagi itu. Tidak ada yang terburu-buru. Setelah kopi dan aneka jajan pasar tersaji, salah satu anggota komunitas membuat dokumentasi foto. Tidak lama kemudian, acara selesai.
Saya sampai di rumah sekitar pukul sepuluh pagi. Beberapa saat sebelum memasukkan sepeda ke garasi, terdengar raungan belasan motor trail. Para pengendara mengenakan pakaian dengan warna mencolok. Mereka melintas di depan rumah.
Beberapa pemotor offroad itu melakukan atraksi, ngebut dengan roda depan diangkat. Motor-motor yang mereka kendarai terlihat bagus, meski agak kotor. Kemungkinan mereka baru saja menerabas jalanan becek.
Mereka sungguh luar biasa. Bagaimana tidak, bermotor di jalanan pedesaan dengan menggeber gas sehingga suara knalpot meraung liar. Mereka seolah penguasa jalanan. Sangat intimidatif.
Tapi hak mereka untuk unjuk kemampuan, selama tidak mencelakakan orang lain. Mereka memang berhak untuk bergembira dengan aktivitas tersebut. Meskipun ada hak orang lain untuk hidup tenang, yang semestinya harus mereka hargai. [T]
- BACA artikel lain dari penulis MADE WIRYA