Kepada Sunyi
[IDK Raka Kusuma]
Jangan patahkan sayapku
Meski angin menderai-derai
Selama seribu tahun
Kala kertas terluka
Kar’na ditoreh pena
dan waktu:
tiba-tiba membawaku kepadamu
Sekali lagi
Ku katakan
Kepada sunyi
Yang hangat
kata haruskah istirahat
lembar demi lembar diri
ku tuai dari matamu yang dalam
seperti degup puisi yang tak pernah usai
Dan bunga-bunga
Sudah kita tiup bagi semilir
Namun tetap hanya sunyi
‘Dik, tulislah awan’
Tapi aku hanya menyerahkannya kepada sepi
Tidak kepada pahatku
Yang telah sumbing
Dimakan hari dan malam-malam
Buku-buku berdebu
Ketiadaan menyeret-nyeret
Dan membagi-bagi luka
Bagi alat tulisku
Darimu
Boulogne, 14 November 2024
Kabut
demi apa segumpal kabut
terbang perlahan ke masa lalu
semenjak aku kehilanganmu
ia mengetuk ngetuk
kenangan demi kenangan
yang belum jua menguap
meski ku bakar pada waktu
ia mencoba berkali kali
menyerahkan aku kepada luka
kepada sayat dan pedih yang sama
kukira, yang lahir dari langkahnya
adalah senyap
serimbunan padang liar
atau seribu tulip, juga puisi
dan rintih gerimis yang haru
nyatanya
ia hanya menitikkan air mata
yang pelahan membelah kita selamanya
menjadi luka
Paris, 17 Nov 2024
Hujan
hujan merintih pelan
memukul mukul mataku dengan pilunya
juga sebatang pohon yang menggigil
saat kehilangan rimbun daunnya
satu persatu
lamat lamat, seekor kera mengaduh
sebab rembulan hilang
di antara mega mendung
rambutmu yang basah
serta seorang musafir
mulai memetik sitarnya
tak kalah pelan dari rintik
dan daun daun
yang berseru kepada langit
serta angin yang menanggalkannya
dari ranting dan dahan dahan
juga cinta
Paris, 18 November 2024
Kupejamkan Mataku
ku pejamkan mataku
dan ku serahkan seutuhnya aku
kepada malam dan gelapnya yang bisu
karena di dalamnya
hanya aku yang memilikimu
pada musim gugur
ketika purnama kelima meninggi
saat rindu berkecipak
membuncah dari jantungku
ku serahkan diri kepada malam
berkali-kali, berwaktu-waktu
demi memilikimu
di kejauhan
seorang gadis
menyayat nyayat biola
tapi aku tak ingin menyerahkan diri
pada mimpi yang terbit dan terbenam
sebab esok engkau bukan lagi apa-apa
aku berharap engkau adalah pagi
yang abadi pada musim musim
meski saling mengganti
ke dalam kenangan yang mendanau
di mana tiap tiap kita
tenggelam dan kehilangan siapa
Paris, 21 Nov 2024
Tidakkah Kematian
ku dengar degupmu, kekasihku
setiap waktu, meski aku tahu
tiada mungkin dirimu
dan ketika salju turun
: dingin
membeku duka dan luka
yang menjurang
engkau bersiul dan membuatnya
semakin nganga
hari hari datang dan pergi
sedang kenangmu masih di sini
seperti baru saja, seperti
serimbun daun musim gugur
sunyi, kekasihku
saat salju sekali lagi
turun dan menembus segalanya
sajak sajak mengigau
sedang gagak bernyanyi parau
bukankah ini, kekasihku
hidup yang kau sebut puisi
yang memaksa kita
menyayangi dari jarak masing masing
yang bahkan tak bisa diarungi lagi
apa tidakkah kematian
mencintai aku dengan sangat?
Paris, 23 November 2024
- BACA puisi-puisi dari PENYAIR LAIN
- BACA artikel dan puisi lain dari penulis IGA DARMA PUTRA