9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Redaksi Rupa : Kone Keto, Keto Kone?

Made ChandrabyMade Chandra
November 6, 2024
inUlas Rupa
Redaksi Rupa : Kone Keto, Keto Kone?

Foto-foto: Made Chandra

PAMERAN merupakan satu hal yang sangat sakral, yang tentu diamini oleh Sebagian besar perupa, tak terkecuali oleh ke-enam perupa yang tergabung dalam pameran seni rupa “kone keto, keto kone?” ini. Pameran yang masih berlangsung sampai tanggal 12 November ini, bertempat di sebuah ruang yang mungkin bisa dibilang kiprahnya kini sangat jarang terdengar di kuping para pembaca, yaitu Karja Artspace.

Diinisiasi oleh beberapa perupa asal Bali dan luar Bali, pameran ini menghadirkan pengalaman dalam membaca kondisi bali hari ini, melalui sarana karya seni dengan berbagai spektrum disiplin kerja, hal itu tergambar dari beberapa karya yang dihadirkan oleh para perupa.

Salah satunya adalah karya milik Made Chandra berjudul “Pan Salim Komodifistory “, karya tersebut mencoba menantang daya tangkap kita sebagai audiens untuk bisa larut dan turut ikut dalam menyelesaikan puzzle yang akan menuntun kita dalam mengerti sekelumit permasalahan bali dalam menghadapi komodifikasi melalui satu cerita pendek karangannya.

Selain persoalan wajah ganda antara tradisi dan komodifikasi, permasalahan mengenai isu rasisme yang terjadi di sekitar kita, turut dirasakan oleh Derry Smbiring, dalam karya instalatifnya berjudul “ Pendatang Terpaksa Balita “, ia berusaha menceritakan pengalamannya sebagai seorang yang datang dari hamparan geografis yang sangat berbeda dengan Bali, harus terpaksa mendengar beberapa selentingan yang baginya sangat tidak mengenakan untuk diperdengarkan seperti “ JAWEKUPANGPETE”, ia mengandaikan dirinya harus dipaksa kembali menjadi seorang balita yang sedang diajari kata-kata baru tersebut Ketika ia tinggal di Bali.

Ia menampilkan kata-kata tersebut dalam rangkaian huruf abjad yang biasa kita temui di masa kecil kita saat sedang mengenal beberapa kata baru.

Mengisyaratkan bahwa hal tersebut sangat dekat namun begitu tabu untuk dibahas bersama, penyebutan itu mungkin terpantik bukan tanpa sebab, namun lebih dari itu Derry mengajak kita untuk merefleksi diri kita masing-masing, dan belajar untuk saling mengerti serta menghargai.

Tak kalah menariknya beberapa karya lainnya turut menampilkan beberapa permasalahan yang sangat dekat untuk para perupa bisa dalami, di antaranya Dedepot dengan ‘crash into my sculpture’ yang menceritakan bagaimana ke-chaos-an yang terjadi di desanya akibat banyaknya ATV yang memberikan sumbangsih destruktif kepada karya-karya patung di daerahnya, yang sering kali menjadi sasaran empuk bagi para wisatawan.

Karya Dedepot “crash into my sculpture” silkscreen dan video art

Dengan karya Video Art dan silks screennya, ia mencoba untuk memprovokasi indra kita untuk lebih peka terhadap kejadian yang ada di sekeliling kita, yang sering kali abai untuk kita perhatikan, dengan audio yang berputar berulang-ulang mengurung ruangan, membawa kita agar khusuk mendengarkan ucapan bak mantra yang menenangkan namun menyiratkan arti satir di dalamnya.

Karya Dede menyajikan pengalaman eksploratif yang lebih unik, dengan teknologi yang berpadu raw material menantang daya imajinatif kita untuk bisa membayangkan gambaran masa kini yang penuh dengan kejutan.

Di lain sisi di satu daerah yang saling berdekatan Yudana dengan reliefnya “ Siapa Lagi?” mencoba mempertanyakan ulang keberlangsungan generasi pematung di tempatnya, Singapadu yang terkenal dengan patung menghiasi seantero jalan utamanya, kini menghadapi kenyataan yang sangat kontradiktif yaitu krisis dari para pengerajin ukir paras maupun kayu di daerahnya. Sebagai seorang yang bergelut di bidang tersebut, Yudana merasakan kecemasan akan jalur estafet yang dimulai sejak jaman leluhurnya, kini seakan putus dalam bayang-bayang kejayaan masa lalu.

Keresahannya terukir dalam relief yang ia hadirkan dalam pameran ini, dengan visual topeng Rangda khas singapadu dengan hidung dan mulut terpisah, menjadi metafor yang sederhana untuk menggambarkan bagaimana kelangsungan para penerus patung singapadu mengalami sebuah reduksi dan keterpisahan dari apa yang seharusnya diharapkan.

“ Stabbing for the future”

karya perupa asal Banyuwangi, Krisna Jiwanggi menjadi salah satu karya yang cukup menarik untuk kita dalami bersama-sama, dalam karya instalatifnya ia banyak menggunakan found object yang sangat berkaitan dengan geliat pembangunan di Bali. Perpindahannya yang masih terbilang dini mengungkap satu kenyataan yang ia terus rasakan, terutama di daerah sekelilingnya.

Di salah satu bagian karyanya terdapat jendela bertuliskan “ Dijual cepat!!! Tanah murah harga mulai IDR 50.000 ( SIAPA CEPAT DIA DAPAT)” kata-kata itu menjadi pemantik kita untuk melihat apa yang coba krisna hadirkan. Dalam bayangannya ia mencoba untuk menghadirkan gambaran akan murahnya tanah di Bali, Bak lelang yang mengisyaratkan akan cepatnya pergeseran kepemilikan tanah dari orang lokal terhadap investor asing, menjadi sumber api utama Bali hari ini dengan segala kepadatannya.

Di ruangan terakhir jargon “New Romantic?” menyapa kita dengan lukisan karya Made Ari. Ada yang tak biasa dari lukisan ini. Yaitu dimensinya yang ternyata menghadirkan dua wajah ganda bali hari ini, serupa dengan Made Chandra, karya Ari juga membahas tradisi dan komodifikasi namun dalam studi kasus yang lebih spesifik mengenai budaya komunal yang lumrah di Bali. Banyaknya kegiatan tradisi yang hadir di Bali tentu beriringan dengan status komunal pada sosial mereka, tanpa masa yang banyak tampaknya mustahil upacara besar-besaran yang selalu kita lihat dapat terlaksana.

Namun di era yang serba cepat ini kebutuhan akan tradisi kini dapat diakomodir dengan sistem komodifikasi yang marak terjadi, dimana banyaknya sarana upacara yang diperjualbelikan, sehingga kebutuhan untuk sosial menjadi terdistrupsi dengan adanya hal tersebut. Dalam benaknya kini ia mempertanyakan masih pentingkah tradisi itu terus berjalan, jika kini mereka semua dapat teraksana tanpa harus melibatkan sosial di sekitar Masyarakat.

Mereka berusaha untuk mencoba menghadirkan wacana tersebut melalui pendekatan yang sedekat mungkin dengan masyarakat, harapannya agar media penyadaran kritis tersebut dapat tersampaikan dengan baik tentunya dengan banyaknya wahana rupa yang mereka hadirkan.

Pameran bersama ini melalui kurasi yang dilakukan oleh kurator muda wanita asal Bali, Sekar Pradnyadari. Melalui kerja kurasinnya selama kurang lebih 6 bulan, ia dan para perupa berusaha untuk membangun wacana yang akan lebih mengedepankan hal-hal mendasar yang terutama perupa rasakan sebagai seorang yang tinggal di Bali, melalui kacamata lokal mereka dalam merespon apa yang dekat dan terjadi di lingkungan sekitar.

Audiens dituntun untuk bisa melihat bali dari segi ‘ Present’ yaitu kenyataan hari ini, dibanding untuk ikut larut dalam arus wacana ‘ representatif’ yang tentu dibangun dari berbagai kepentingan yang menginginkan Bali agar terus berwajah indah dan molek.

Dari ke-enam karya tersebut kita dapat melihat banyaknya cakupan spektrum visual yang dihadirkan oleh masing-masing perupa, dari karya mereka kita dapat sadar bahwa Bali hari ini merupakan satu bejana besar yang menampung berbagai hiruk pikuk permasalahan yang terjadi di masyarakat, ke-enam perupa ini adalah gambaran kecil dari masyarakat yang tak tau akan akan kepastian di tanahnya, namun tetap bertanya dan mendiskusikan bagaimana Bali hari ini?. “ kone keto, keto kone? “. [T]

Dirah dan Pilkada dalam Mozaik Asik, Sebuah Pameran Kebebasan Seniman Muda Undiksha
Dewi Sri dan Spirit Kemerdekaan dalam Pameran Seni Rupa di Undiksha Singaraja
Tulang, Tubuh, dan Puisi dalam Ruang-Waktu | Dari Pameran Seni Instalasi Sampi Duwe di Desa Tambakan
Tags: Pameran Seni RupaSeni Rupa
Previous Post

Membaca Novel dan Roman Mahfud Ikhwan: Warna Lokal yang Tak Eksotis

Next Post

Eksistensi Para Penjaga Ornamentik Bulelengan : Cerita Kecil dari Pura Penegil Dharma

Made Chandra

Made Chandra

Lahir di Baturaja, Sumatera Selatan, tinggal di Denopasar. Ia merupakan seorang perupa muda yang telah mengembangkan formula visual yang menarik. Ia memadukan ikonografi Kamasan Klasik dengan ekspresi abstrak dan dataran kanvas kosong yang memberikan kesan minimalis pada komposisinya, membedakan suara artistiknya di antara banyak seniman muda pendatang baru dan pionir seni Kamasan. genre Kamasan kontemporer.

Next Post
Eksistensi Para Penjaga Ornamentik Bulelengan : Cerita Kecil dari Pura Penegil Dharma

Eksistensi Para Penjaga Ornamentik Bulelengan : Cerita Kecil dari Pura Penegil Dharma

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co