9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Siap-siap, 23-25 Agustus, Singaraja Literary Festival 2024 dengan Tema Dharma Pemaculan

JaswantobyJaswanto
August 4, 2024
inKhas
Siap-siap, 23-25 Agustus, Singaraja Literary Festival 2024 dengan Tema Dharma Pemaculan

Pementasan musik pada Singaraja Literary Festival 2023 | Foto: Dok. SLF 2023

BELAKANGAN ini banyak orang meyakini bahwa kebudayaan adalah “detak jantung” masyarakat. Karena itulah, keseriusan dalam pembiayaan untuk sektor kebudayaan mesti dianggap sebagai investasi, bukan sekadar biaya pengeluaran.

Untuk itulah, meski belum terlalu lama seperti Amerika Serikat atau negara-negara di Eropa, Pemerintah Indonesia juga mulai mengalokasikan dana kebudayaan untuk membiayai kegiatan-kegiatan kebudayaan seturut amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Oleh sebab itu banyak kegiatan kebudayaan di hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk Kota Singaraja, Bali, yang bergeliat dengan sokongan Dana Perwakilan Kebudayaan yang diwujudkan lewat dana abadi kebudayaan dan kemudian disebut Dana Indonesiana itu.

Di Singaraja terdapat satu festival kebudayaan yang sedang menjadi buah perbincangan di Bali maupun Indonesia. Festival yang dimaksud adalah Singaraja Literary Festival (SLF) yang digagas atau diprakarsai oleh seorang intelektual perempuan progresif, Kadek Sonia Piscayanti, bersama sang suami Made Adnyana Ole, seorang sastrawan, budayawan, sekaligus wartawan senior di Bali.

Lomba baca puisi pada Singaraja Literary Festival (SLF0 2023. Pada SLF 2024, lomba puisi tetap ada | Foto: Dok SLF 2023

Dan satu hal yang menjadi napas SLF adalah Gedong Kirtya, sebuah perpustakaan yang memiliki ribuan koleksi manuskrip daun lontar, prasasti, manuskrip kertas dalam aksara Bali dan Latin, termasuk dokumen-dokumen dari zaman kolonial (1901-1953) yang tersimpan rapi dan terawat dengan baik. Perpustakaan ini didedikasikan untuk Van der Tuuk, seorang ahli bahasa dan kebudayaan yang telah berjasa mengumpulkan naskah lontar (manuskrip) kuno Bali.

“Singaraja Literary Festival kedua ini berupa penyebaran khazanah yang tersimpan dalam manuskrip-manuskrip yang sangat berharga, terutama yang tersimpan di perpustakaan Gedong Kirtya,” ujar Kadek Sonia Piscayanti di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Kamis (1/8/2024).

Singaraja adalah kota bersejarah di Indonesia, pun, sebagaimana dikatakan Sonia, kota yang penuh dengan candi pustaka, dan banyak cendekia yang lahir di ibu kota Kabupaten Buleleng ini. Kondisi ini tidak lepas dari garis sastra yang ada. Singaraja juga memiliki Gedong Kirtya yang harus diaktifkan.

Apa yang dikatakan Sonia memang bukan isapan jempol semata. Sejarah telah mencatat bahwa Singaraja merupakan cikal-bakal mengalirnya pengetahuan dan munculnya pusat-pusat pendidikan di Bali. Tokoh-tokoh pemikir Bali semacam AA. Pandji Tisna, IGB Sugriwa, Nyoman S. Pendit, IGK Ranuh, dan yang lainnya bergaul secara masif dengan Hooykaas yang datang kemudian setelah Van der Tuuk.

Pada masanya kemudian, Hooykaas memiliki program ‘proyek tik’, yaitu mengalihaksarakan aksara Bali ke aksara Latin. Perjalanan ini mengantarkan Hooykaas melakukan hal serupa semisal di Puri Agung Kerambitan—mengingat relasi puri (Puri Buleleng) yang menaungi Gedong Kirtya kala itu sangat kental.

“Untuk itulah Singaraja Literary Festival hendak menghidupkan kembali khazanah pengetahuan dan kearifan sejarah dengan memadukan riset dengan metode studi pustaka dan narrative inquiry,” kata sutradara teater sekaligus akademisi Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Bali, itu.

Bukan Sekadar Perayaan

SLF tidak sekadar menjadi ajang perayaan atau pertunjukan. Perhelatan ini telah menjadi katalisator penyampaian identitas kebudayaan, tempat perayaan memori kolektif, tempat pengembangan talenta dan ekspresi kreatif, tempat lahirnya pegiat budaya, dan tempat berkolaborasi serta berinovasi.

Singaraja Literary Festival sengaja diselenggarakan bukan sekadar sebagai perayaan dan atraksi kebudayaan. Festival ini juga menjadi jembatan penghubung antara pengetahuan masa lalu dan masa kini. Pula wadah yang mempertemukan akademisi, seniman, budayawan, peneliti, pelajar, dan masyarakat pada umumnya.

Di sinilah, festival menjadi sarana perekatan kohesi sosial, penggalian potensi-potensi budaya, sekaligus aktualisasi pengetahuan-pengetahuan dalam manuskrip-manuskrip (lontar) di Gedong Kirtya. Lontar mengajak manusia melihat masa kini dan masa yang akan datang dari perspektif masa lalu. Jiwa zaman yang ada dalam daun lontar menitikberatkan manusia kini untuk melihat, mendengar, dan merasakan lebih dalam bahwasanya pengetahuan seperti air, yaitu mengalir dan menyejukkan.

“Maka, naskah-naskah lontar yang ada di Gedong Kirtya, berdasarkan pengalaman kepengarangan penulis pada masa itu, mengintretasi alam semesta. Sederhananya, berada pada masa sekarang merupakan jembatan untuk melihat masa lalu dan meneropong masa depan,” ujar Sonia menjelaskan.

Sonia Piscayanti pada SLF 2023 | Foto: Dok SLF 2023

Apa yang dikatakan Sonia mengingatkan kita pada buku Nancy K. Florida, Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang (2003). Buku ini merupakan hasil penelitian bertahun-tahun Nancy di kraton Surakarta atas naskah-naskah kuno, terutama Babad Jaka Tingkir. Ia berhasil mentransformasikan penelitiannya dalam melihat sejarah sebagai nubuat di Jawa masa kolonial.

Namun, jika pengajar Universitas Michigan itu melihat masa kini dan masa depan dengan menyusuri akar masa silam, maka konseptor SLF boleh dikata sedang memindai cabang-cabang budaya masa depan dengan memaknai dan mengeksplorasi pertumbuhan pohon hayat kebudayaan masa lalu dan era sekarang.

Masa sekarang bukan ruang kosong, kata Raudal Tanjung Banua. Ia terhubung dengan masa silam, sebagaimana dapat dilacak dalam karya mutakhir sastrawan/seniman Bali. Dalam Singaraja Literary Festival kearifan masa lalu dan praktik kebudayaan masa kini tampil bersama-sama. Selain menyelam ke dalam memaknai kearifan lokal, SLF juga membuka diri ke luar, sebagaimana sifat budaya modern yang mengglobal.

Kadek Sonia Piscayanti ingin praktik kebudayaan tersebut—masa lalu dan kini—bisa terangkat dan dikenal banyak orang. “Tidak banyak orang tahu tentang ‘harta karun’ yang tersimpan di Gedong Kirtya,” kata Sonia.

Maka dari itu, lebih dari sekadar perayaan, tujuan Singaraja Literary Festival adalah menciptakan ruang literasi terhadap keberadaan manuskrip atau lontar Bali yang memandang secara luas keberagaman ilmu pengetahuan. Menyatukan generasi Bali dari anak-anak hingga tua untuk menengok, berjabat tangan, bersua kembali dengan Gedong Kirtya sebagai rumah peradaban. 

Aspek penting dari kegiatan ini adalah menyuarakan kembali ilmu pengetahuan yang ada dalam lontar (manuskrip) dengan pendekatan kekinian—anak-anak dan remaja. “Maksudnya adalah, membuat ruang sesuai dengan jiwa zaman, seperti permainan, teknik bercerita yang membuat lontar terasa sangat dekat dengan kita,” terang Sonia.

SLF menyasar generasi muda maupun masyarakat luas, terutama dalam konteks Indonesia yang berfokus pada literasi, pemaknaan terhadap manuskrip klasik. Secara khusus, festival ini hendak menelisik, menggemakan, dan mendekatkan kembali khazanah budaya lontar di Bali sebagai sumber pengetahuan.

Menginjak Tahun Kedua

SLF diselenggarakan untuk pertama kalinya pada September 2023. Ya, tahun ini baru yang kedua kalinya. Tetapi, meski baru saja menetas, tak butuh waktu lama SLF untuk beradaptasi dan luwes menjaga keseimbangan—meski tentu mesti diuji waktu—di tengah banyaknya festival di Bali yang jauh lebih dulu diselenggarakan.

“Pada Singaraja Literary Festival 2023, kami fokus kepada pengaktifan kembali ruang publik Gedong Kirtya. Dan sekarang sudah mulai masuk lebih dalam—dengan melakukan kajian dan respons atas manuskrip yang tersimpan,” ujar Sonia.

Tahun ini, SLF memacak tema “Dharma Pemaculan: Energi Ibu Bumi”. Dharma Pemaculan merupakan salah satu lontar yang tersimpan di Gedong Kirtya. Lontar ini secara keseluruhan berbicara tentang seluk beluk pertanian. Namun, sejatinya, Dharma Pemaculan berbicara tentang relasi manusia dengan semesta, alam, dan sesama manusia.

Tanah diibaratkan seperti ibu yang memiliki rahim, mengandung benih, melahirkan, lalu merawatnya. Padi yang ditulis dalam lontar tersebut menjadikan tubuh tanah selayaknya manusia—mengalami dan merasakan sebuah proses.

“Dengan mengambil tema Dharma Pemaculan, inisiasi ini berupaya menelusuri kembali ragam pertanian yang tertuang dalam lontar dan menghadirkan kembali dalam bentuk pementasan kebudayaan, pameran, lokakarya, pertunjukan alihwahana sastra ke teater dan film,” beber Sonia.

Tak hanya itu, Sonia melanjutkan, SLF juga menerjemahkan karya sastra berbahasa Jawa Kuna ke dalam bahasa Indonesia dan Inggris, dan sekaligus aktivasi cagar budaya yang berperan sebagai ruang publik.

Dalam SLF ke-2 yang akan dilaksanakan tanggal 23-25 Agustus 2024, juga diadakan lomba membaca puisi untuk peserta SD dan SMP se-Buleleng. Pengisi acara di lokakarya menulis, diskusi, pengisi acara (pertunjukan), termasuk juga penata lanskap, melibatkan sosok/kelompok dari luar Bali, bahkan luar negeri. Tentu saja pengisi utama tetap pengamat/pelaku/komunitas Bali sendiri.

Sesi diskusi pada SLF 2023 | Foto: Dok. SLF 2023

Dalam konteks kesenian, SLF memilih kesenian sezaman (kontemporer) maupun avant-garde. Artinya, SLF tidak punya persoalan teknis dengan tradisi-modern yang dalam sejumlah kasus bisa jadi perdebatan melingkar. Singaraja Literary Festival tinggal start, karena basis berpijaknya sudah jelas, sembari berbagi peran dengan festival kebudayaan yang lain.

Tahun ini, SLF akan mendatangkan penulis dan sastrawan ternama di Indonesia, seperti Dewi (Dee) Lestari, Aan Mansyur, Willy Fahmy Agiska, dan Henry Manampiring. Juga para akademisi, sastrawan, seniman, budayawan Bali yang tak lagi dipertanyakan kredibilitasnya.

Di antaranya, Sugi Lanus, Ayu Laksmi, I Ketut Eriadi Ariana, Marlowe Bandem, Andre Syahreza, Made Sujaya, Mas Rucitadewi, I Wayan Juniarta, Oka Rusmini, Saras Dewi, Eka Guna Yasa, Putu Kusuma Wijaya, Made Suarbawa, Olin Monteira, Putu Satria Kusum, Darma Putra, dan masih banyak lagi.  

Sesi Khusus

“Sesi khusus ini adalah sebuah perayaan khusus soal khazanah rempah di dalam lontar. Tujuannya adalah untuk memasyarakatkan pengetahuan rempah dalam konteks masa kini, khususnya di dunia pengobatan dan kuliner,” tutur Sonia

Rempah adalah kekayaan alam Indonesia yang sudah terkenal sejak berabad-abad. Citra rempah yang hangat dan bisa dijadikan penyedap makanan menyebabkan bangsa Barat rela menjelajah lautan untuk mendapatkannya di bumi Nusantara.

“Konsekuensi kekayaan alam yang menggiurkan ini, bangsa Eropa yang semula menjelajah rempah, akhirnya menjajah bangsa kita,” kata Sonia.

Rajutan hubungan antara masyarakat Bali dengan rempah menyebabkan sistem pengetahuan kerempahan juga tercatat dalam warisan naskah. Naskah Bali seperti Geguritan Megantaka, Tutur Dharma Caruban, dan Usadha Bali dapat dijadikan literasi tentang fungsi rempah.

Berdasarkan pustaka-pustaka itu, rempah setidaknya memiliki tiga fungsi utama, yaitu dalam konteks gandha, pustaka Geguritan Megantaka dijelaskan rempah sebagai sarana minyak wangi atau parfum.

Demikian pula dalam konteks boga, naskah lontar Dharma Caruban menjelaskan berbagai bumbu terutama basa genep untuk membuat olahah betutu, sate, timbungan, dan yang lainnya.

Selanjutnya, dalam konteks usadha atau obat-obatan, lontar Usadha Rare membabar betapa pentingnya rempah sebagai sarana kesehatan seperti obat batuk, radang, luka, dan seterusnya.

“Special events ini terdiri dari 2 kegiatan, yaitu Seminar Khazanah Rempah dalam Lontar dan Pengenalan khazanah lontar khususnya yang mengandung tema rempah,” ujar Sonia.

Seminar khazanah rempah dalam lontar yang terbagi dalam tiga topik mengenai gandha, obat-obatan (Lontar Usada), dan tentang boga atau kuliner. Peserta seminar ini  akan diikuti 30 orang penulis Bali ditambah mahasiswa dan kaum muda di Buleleng.

Khsus penulis Bali yang menjadi peserta diminta untuk mendalami khazanah pengetahuan dalam manuskrip lontar tentang obat-obatan sehingga kemudian dapat menyebarkan khazanah pengetahuan kepada khalayak luas. Sementara peserta mahasiswa dan kaum muda diharapkan dapat mengenali kembali manuskrip sebagai khawanah pengetahuan dalam lontar.

Sedangkan pengenalan khazanah lontar, khususnya yang mengandung tema rempah seperti khazanah usada dan kuliner, ditujukan kepada para siswa sekolah dan kaum remaja di Singaraja. Kegiatannya berupa presentasi dan diskusi tentang lontar di sekolah.

“Ditambah pementasan atau pembacaan lontar serta pembacaan puisi oleh lima penyair Bali dengan tema bahari yang diselingi pentas musik,” terang Sonia.[T]

Singaraja Literary Festival: Ruang Intelektual Baru dan Jembatan Penghubung Pengetahuan
Opini Masyarakat Mengenai “Singaraja Literary Festival” : Wadah Mengenal Seni yang Dinanti
Suara Volunteer: Cerita di Belakang Panggung Singaraja Literary Festival
Tags: Dharma PemaculanGedong KirtyalontarSingaraja Literary FestivalSLF 2024
Previous Post

Ubud Village Jazz Festival 2024 akan Dihias 110 Karya Lampion dari Iluh Bali untuk Yayasan Kanker Anak

Next Post

Perguruan Tinggi Pertanian Wilayah Timur Upayakan Peningkatan Animo Calon Mahasiswa Fakultas Pertanian

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Perguruan Tinggi Pertanian Wilayah Timur Upayakan Peningkatan Animo Calon Mahasiswa Fakultas Pertanian

Perguruan Tinggi Pertanian Wilayah Timur Upayakan Peningkatan Animo Calon Mahasiswa Fakultas Pertanian

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co