Kabar musik dari Malang | MESKIPUN sibuk dengan berbagai tugas sebagai mahasiswa Teknik Elektro, Risyad Bachtiar Z, yang dikenal dengan nama panggung Redientz, selalu mencuri waktu untuk berkarya dalam musik.
Setelah merilis lagu “Everytime I Go To Ride” pada 2023 lalu, solois Pop R&B/Trap Soul Malang, Redientz akhirnya mengeluarkan karya terbaru dengan flashback ke era “The Story Is Over” dan “Distance” untuk mengisi episode-episode yang kosong.
Ia kemudian menuangkan 4 cerita dalam bentuk lagu, sebagai penambal episode yang rumpang, dan lahirlah EP bertajuk “MOVING”.
“Sebelumnya aku ga pernah sampai netesin air mata selama produksi lagu, kecuali saat proses menulis dan rekaman track ‘Moving’ ini”, ujar Redientz. “Who’s gonna stay if we’re no longer okay dan if you’re gone who’s gonna miss you, tiba-tiba aja tuh lirik muncul, dan ga sadar aku netesin air mata pas abis ngetik lirik itu,” kata Redientz.
***
Redientz adalah nama panggung dari Risyad Bachtiar. Redientz merupakan ‘plesetan’ dari istilah radiance, sebuah kata dalam bahasa Inggris yang berarti pancaran sinar. Pengucapan dari kata tersebutlah yang dipakai Risyad Bahtiar sebagai moniker pilihannya.
Pemuda yang berusia 20 tahun ini mulai bermain musik sejak abg. Ia mengaku terpengaruh oleh musisi-musisi pop, indie-pop, dan RnB, semacam Keshi, Cavetown, Finneas O’Connell, hingga Billie Eilish.
Sementara musik Redientz sendiri cenderung mengambil tema lo-fi. Kental dengan ketukan hip hop berbau trap, melodi dari perangkat synth dan gitar akustik, serta efek-efek reverb yang cukup basah.
Ada satu hal yang cukup unik dari Redientz. Ia baru pertama kali belajar membuat lagu dan memproduksinya sendiri di tengah situasi pandemi 2021 lalu.
Risyad menggarap semuanya seorang diri di kamarnya. Mulai mencipta lagu, aransemen, hingga menggarap artwork untuk single yang ia rilis kemudian. Tidak heran, sebab dirinya juga seorang desainer grafis.
Risyad menjelaskan, niat dirinya melakukan hal tersebut adalah untuk melatih kreativitas dan mengasah keahlian memproduksi musik, meski dengan bujet terbatas.
Kini di EP Moving, rilisan terbarunya, Redientz mencoba mengajak pendengar merasakan sensasi naik roller coaster dengan track yang berbeda-beda genre yang masing-masing merepresentasikan rasa pada setiap lagu. 3 tahun lamanya proses pembuatan EP ini juga menjadikan alasan mengapa setiap track memiliki genre yang berbeda.
Selama pengerjaan EP ini Redientz mengaku mendengarkan beberapa musisi seperti M83, Lil Gunnr, Conan Gray, Joji, Chase Atlantic, Olivia Rodrigo, Keshi, dan Cigarettes After Sex, musisi-musisi tersebutlah yang mempengaruhi aransemen di pembuatan EP “MOVING”.
Redientz seperti menuntun pendengar untuk ikut terjun ke dalam idealismenya dalam hal memilih genre musik.
***
Redientz gemar menonton film. Sebagai penikmat film-film yang menerapkan gaya flashback, Redientz terinspirasi gaya alur film-film kesukaannya dan diimplementasikan pada karya terbarunya.
“Kalau ngomongin soal timeline MOVING, ini alurnya maju-mundur, karena track terakhir ‘The Story Is Over’ yang rilis duluan. Terus track ‘Moving’ aku jadiin pembuka pada EP ini sebagai conclusion sekaligus prolog untuk cerita-cerita yang dimuat di track ke-2,3,4,5, dan 6,” jelas Redientz.
Melalui debut EP ini, Redientz meromantisasi pengalaman sedih dan kekosongan yang pernah ia rasakan pada periode tertentu di masa lalu.
“Pada saat ini, aku merasa lebih luwes buat nulis hal-hal kesedihan yang pernah kualami. Kadang aku pas ngelamun, tiba-tiba muncul lirik dan nada, terus aku rekam biar ga lupa. Mungkin juga gara-gara aku terbiasa ngedengerin lagu-lagu nangis, jadi yang keluar dari lamunanku juga mirip-mirip,” papar Redientz.
Berbicara nuansa musik dalam EP “MOVING”, pendengar akan merasakan sensasi naik rollercoaster dengan track yang berbeda-beda genre yang masing-masing merepresentasikan rasa pada setiap lagu.
Durasi 3 tahun proses pembuatan EP ini juga menjadi alasan mengapa setiap track memiliki genre yang berbeda. Selama pengerjaan EP ini Redientz mengaku mendengarkan beberapa musisi seperti M83, Lil Gunnr, Conan Gray, Joji, Chase Atlantic, Olivia Rodrigo, Keshi, dan Cigarettes After Sex, musisi-musisi tersebutlah yang mempengaruhi aransemen EP “MOVING”.
Redientz seperti menuntun pendengar untuk ikut terjun ke dalam idealismenya dalam hal memilih genre musik.
Proses produksi EP ini dimulai sejak bulan Mei 2021, sejak Redientz merilis track keenam yang berjudul “The Story Is Over”.
Namun, untuk merancang konsep kemudian berlanjut ke proses finishing EP serta penambahan lagu dimulai Januari 2024. Dalam proses produksi dari awal hingga akhir, Redientz dibantu temannya yang seorang produser, Syaekhu untuk memproses vokal utama pada track “INSOMNIAAA” dan untuk bass di track “Favorite Watcher” di take oleh Afa.
Pada artwork yang terkesan cinematic nan dreamy dijepret oleh adik perempuan Redientz. Seluruh proses produksi dikerjakan di The Radiance Headquarter Beta yang tidak lain adalah kamar Redientz sendiri. EP “MOVING” sudah dirilis 26 Juli 2024 dan bisa didengarkan di semua DSP.[T][Rls]
Sumber: Rilis Redientz
Editor: Adnyana Ole