BAHASA Bali sebagai identitas etnik Bali perlu direvitalisasi karena adanya kecenderungan menurunnya penutur jati bahasa Bali. Penutur jati bahasa Bali mulai beralih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengatar dalam rumah tangga. Jika hal ini dibiarkan akan mengakibatkan bahasa Bali akan kehilangan penutur jatinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan revitalisasi bahasa Bali.
Revitalisasi bahasa Bali dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan pelembagaan bahasa Bali. Pelembagaan merujuk pada proses formal dan sistematis untuk menjadikan Bahasa Bali sebagai bagian yang terstruktur dari sistem pendidikan dan institusi lainnya.
Pelembagaan bahasa Bali di Bali telah dilaksanakan dengan diajarkan bahasa Bali di sekolah sebagai muatan lokal. Hasil pembelajaran bahasa Bali belum maksimal. Hal ini disebabkan alokasi waktu yang terbatas sedangkan materi yang harus diajarkan begitu luas.
Berlajar bahasa Bali bukan hanya belajar tentang bahasa tetapi juga belajar berbahasa. Dengan alokasi yang terbatas sulit mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Di samping itu, motivasi siswa belajar bahasa Bali cenderung rendah. Kedua faktor tersebut mengakibatkan tujuan pembelajaran bahasa Bali belum tercapai dengan baik.
Kedua, dengan pembudayaan bahasa Bali. Pembudayaan merujuk pada upaya untuk menjadikan Bahasa Bali sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari dan budaya masyarakat. Hal ini ini termasuk penggunaan bahasa Bali dalam keluarga.
Penggunaan Bahasa Bali dalam komunikasi sehari-hari di rumah dan lingkungan keluarga sangat efektif untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Bali. Akan tetapi, saat ini kecenderungan penggunaan bahasa Bali dalam lingkup keluarga semakin menurun terutama di daerah perkotaan.
Selain itu, pembudayaan bahasa Bali dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa Bali dalam kegiatan budaya seperti upacara adat, seni pertunjukan, dan festival budaya. Saat ini banyak konten di media sosial menggunakan bahasa Bali.
Cara ini merupakan cara yang tepat untuk merevitalisasi bahasa Bali. Pembuatan konten media sosial dengan bahasa Bali menarik perhatian netizen. Banyak konten-konten yang dibuat dengan menggunakan bahasa Bali viral dan mendapat atensi dari etnis lain.
Pembudayaan bahasa Bali dapat juga dilakukan dengan membentuk komunitas bahasa Bali. Kegiatan komunitas seperti lomba cerita, puisi, dan teater dalam bahasa Bali untuk mendorong partisipasi aktif dari masyarakat.
Cara lain adalah dengan mendokumentasikan tradisi lisan. Saat ini banyak tradisi lisan yang belum terdokumentasikan. Pendokumentasian tradisi lisan perlu dilakukan untuk menyelamatkan tradisi lisan dari kepunahan. Tradisi lisan dapat dijadikan sember bacaan bagi siswa sehingga siswa lebih memahami budayanya.
Revitalisasi bahasa Bali bertujuan untuk penguatan identitas budaya. Generasi muda seharusnya bangga akan budayanya. Budaya Bali dengan keunikannya kaya akan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi identitas tersendiri yang dapat dibedakan dengan identitas etnik lainnya.
Identitas inilah yang perlu dijaga. Apalagi derasnya arus globalisasi tidak terbendung lagi. Kegandrungan generasi muda terhadap budaya moderen menjadi ancaman terhadap budaya Bali. Oleh karena itu, generasi muda hendaknya mempunyai kesadaran bahwa dirinya sebagai generasi penerus dan pewaris budaya Bali.
Spencer dan Oatey (2001:4) menyatkan bahwa kebudayaan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk lapisan mulai dari nilai-nilai, asumsi dasar, sistem kepercayaan, sikap, konvensi, sistem kemasyarakatan dan institusi, bentuk ritual, tingkah laku, artefak dan produk kebudayaan.
Bentuk lapisan kebudayaan tersebut direalisasikan dalam bentuk tingkah laku dan penggunaan bahasa oleh setiap anggota masyarakatnya. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus, generasi muda hendaknya menggunakan bahasa Bali dalam berkomunikasi di lingkungan keluarga. Dengan menggunakan bahasa Bali, pemahaman terhadap budaya Bali akan lebih baik karena budaya itu direalisasikan dalam keseharian dengan menggunakan bahasa.[T]
Baca artikel lain dari penulisSUAR ADNYANA