SEIRING dengan pembangunan berbagai infrastruktur di Tanah Air, aksesibilitas menuju berbagai daerah kian mudah. Sarana transportasi yang mudah juga mendorong mobilitas masyarakat di daerah semakin meningkat.
Aksesibilitas merupakan salah satu syarat bagi pengembangan pariwisata di daerah. Tak heran jika hampir semua daerah di Indonesia menggali potensi pariwisatanya. Desa wisata maupun wisata pedesaan kian banyak ditemukan di daerah.
Manfaat ekonomi sering menjadi alasan mengapa setiap desa mengembangkan pariwisatanya. Ada yang sukses mendulang pemasukan bagi daerah, ada pula yang gagal. Ada desa wisata yang dapat bertahan lama, ada pula yang bertahan dalam hitungan bulan dan tahun untuk kemudian tak lagi dikunjungi wisatawan.
Sebagian kegagalan pengembangan pariwisata di daerah disebabkan oleh tiadanya manajemen yang baik. Desa wisata dan wisata pedesaan dirancang tanpa konsep yang jelas, dikembangkan sekadar ikut-ikutan daerah lain. Manajemen pengembangan pariwisata di daerah tidak dibarengi dengan kalender event dan kalender wisata sehingga tidak memiliki nilai jual bagi wisatawan.
Kalender Wisata
Desa wisata yang menarik pengunjung dan mampu bertahan lama biasanya karena memiliki manajemen pengembangan pariwisata yang baik. Desa wisata itu bukan hanya menyajikan pemandangan yang indah saja, tetapi juga memiliki kalender event dan kalender wisata.
Kalender event merupakan rangkaian atau kumpulan berbagai event yang tersusun secara terencana, sistematis, dan terjadwal. Biasanya direncanakan dan diluncurkan (launching) di awal tahun. Kalender event berisi urutan eventper minggu maupun per bulan. Memiliki jadwal yang pasti, tidak berubah-ubah.
Contoh kalender event adalah Sanur Village Festival di Kota Denpasar. Dalam kalender event Bali, festival itu sudah jauh hari disusun dan dilaksanakan pada bulan Agustus 2023. Grebeg Maulud juga secara rutin dilaksanakan di Keraton Yogya dan Solo setiap tahun di bulan Maulud kalender Islam. Ruwatan Rambut Gimbal anak-anak di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah yang diselenggarakan setiap bulan Suro kalender Jawa juga banyak dikunjungi wisatawan.
Sedangkan kalender wisata adalah bagian dari produk wisata suatu daerah yang ditawarkan di pasar wisata, terdiri dari berbagaievent dan atraksi wisata. Kalender wisata memiliki tiga ciri. Pertama, ditawarkan di pasar wisata.
Oleh sebab itu kalender wisata harus masuk menjadi bagian dari paket wisata suatu daerah. Pemerintah daerah perlu melakukan promosi digital dan konvensional terhadap kalender wisata. Ini yang acapkali terabaiakan dalam pengembangan pariwisata di daerah.
Kedua, memiliki indikator yang jelas terhadap angka kunjungan wisata, lama tinggal, pengeluaran, dan profil wisatawan. Kalender wisata yang baik dan berhasil akan dapat meningkatkan jumlah kunjungan, lama tinggal, dan pengeluaran wisatawan.
Ketiga, berdampak sosial, budaya, dan ekonomi pada masyarakat. Kalender wisata akan memberi peluang lapangan kerja di sektor pariwisata daerah. Nilai-nilai budaya dan kelompok kebudayaan juga akan terlestarikan. Sementara pemerintah diuntungkan dengan pendapatan asli daerah (PAD) yang diperoleh dari kalender wisata tersebut.
Nilai Jual
Apakah rangkaian event di daerah dapat menjadi produk dan kalender wisata. Jawabnya tentu saja bisa; sepanjang mempunyai nilai jual di pasar wisata. Untuk memiliki nilai jual, kalender wisata harus memiliki kriteria yang jelas.
Kriteria yang pertama adalah diferensiasi. Kalender wisata mesti memiliki keunikan atau kekhasan. Ada pembeda yang jelas antara kalender wisata di satu daerah dengan daerah lain. Dimungkinkan terjalin kerjasama beberapa daerah untuk membuat paket kalender wisata bersama, asalkan memiliki diferensiasi masing-masing.
Kedua, kriteria kompetitif dalam harga. Persaingan pariwisata antardaerah menyebabkan banyak pilihan bagi wisatawan. Selain keunikan destinasi, wisatawan juga akan mempertimbangkan harga paket wisata. Kalender wisata perlu merinci secara jelas harga paket wisatanya.
Kriteria ketiga adalah bersifat komparatif. Artinya, kalender wisata suatu daerah memiliki nilai lebih dibanding dengan daerah lain. Nilai lebih itu bisa berhubungan dengan aksesibilitas, amenitas, maupun atraksi wisatanya.
Manajemen pengembangan pariwisata di daerah sangat bergantung pada kebijakan pemerintah daerah masing-masing. Karenanya diperlukan kerjasama yang baik antara eksekutif, legislatif, dan para pemangku kepentingan sektor pariwisata di daerah.[T]
BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU