BERBICARA masalah cinta, terbayang di benak kita suatu keadaan yang indah, bahagia dan menyenangkan. Dan kita menyadari bumi beserta isinya ada karena CINTA, kita terlahir karena buah cinta dari kedua orang tua kita. Dari hal itu bisa kita nilai kekuatan CINTA sangat luar biasa, CINTA bisa menghidupkan dan membuat kehidupan.
Cinta adalah emosi yang paling mendasar dan mendalam dalam kehidupan manusia. Ia memiliki kekuatan untuk mengubah, menginspirasi, dan memotivasi.
Segala tindakan yang kita lakukan, sering kali, berakar pada cinta—cinta kepada orang lain, kepada pekerjaan, atau bahkan kepada diri sendiri. Semua karena cinta, kita menemukan makna dalam kehidupan kita dan memahami alasan di balik setiap langkah yang kita ambil.
Bayangkan seorang ibu yang terjaga sepanjang malam merawat anaknya yang sakit. Kelelahan dan kekhawatiran tak menyurutkan semangatnya karena cinta adalah sumber kekuatannya.
Begitu pula seorang ayah yang bekerja keras, terkadang melupakan kebutuhannya sendiri demi memastikan keluarganya mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Semua ini dilakukannya tanpa pamrih, karena cinta menggerakkannya.
Tidak hanya dalam lingkup keluarga, cinta juga mempengaruhi dunia kerja. Seorang guru yang dengan sabar mengajar murid-muridnya, menyuntikkan ilmu dan inspirasi dalam setiap pertemuan, melakukannya karena cinta terhadap pendidikan dan generasi muda.
Seorang dokter yang rela berjam-jam bekerja di rumah sakit, mengorbankan waktu istirahatnya demi menyelamatkan nyawa, dipacu oleh cinta terhadap kemanusiaan.
Masih melekat dalam ingatan saya, pada pertengahan tahun 1992, saat saya masih co-ass atau sebagai dokter muda di Rumah Sakit (RS) Sanglah Denpasar, ketika bapak saya sakit muntah darah yang disebabkan karena sirosis hepatis dan dirawat di RSUD Singaraja.
Ada dua tanggung jawab yang sangat besar saat itu yang harus saya jalani, pertama tugas jaga sebagai co-ass di RS Sanglah yang saat itu kena jadwal jaga 3 hari sekali, dan punya tanggungjawab merawat Bapak yang saat itu dirawat di Singaraja.
Sehingga setiap hari saya harus bolak balik Denpasar-Singaraja. Setelah jaga di RS Sanglah, berikutnya menjaga Bapak di RSUD Singaraja. Selama dua mingguan saya bolak-balik Denpasar-Singaraja.
Saat itu saya tidak sakit, dan saya menyadari yang memberi kekuatan itu adalah CINTA saya terhadap orang tua saya.
Cinta tidak hanya memberikan alasan untuk bertindak, tetapi juga memberikan keberanian untuk menghadapi tantangan. Seorang aktivis yang berjuang demi keadilan sosial, meski sering kali menghadapi ancaman dan rintangan, melakukannya karena cinta terhadap kebenaran dan keadilan.
Cinta inilah yang menjadikan seseorang tak gentar dalam memperjuangkan apa yang diyakininya benar.
Dan juga ketika terjadi pandemi Covid-19. Saat itu banyak orang jadi korban dan syukurnya saat itu saya tidak terkena Covid -19, padahal saat itu saya aktif untuk turun ke masyarakat dengan memberikan pelayanan dan pengobatan gratis ke desa-desa, serta aktif turun bersama relawan demam berdarah (DB) dengan melakukan foging ke wilayah yang ada penderita DB nya, karena saat itu penderita DB di Buleleng sangat tinggi.
Kekuatan CINTA itulah yang membuat saya tidak tertular Covid-19, padahal setiap saat saya selalu kontak dengan orang, bahkan ketika istri dan anak saya yang positif Covid, dan saya tidak kena, padahal saya sendiri yang merawatnya.
Kekuatan CINTA KASIH dikatakan juga sebagai kekuatan penyembuh, disamping memberikan kekuatan di dalam diri kita juga berguna untuk penyembuhan ke orang lain. Bunda Teresa, seorang suster dari Kalkuta, merawat orang dengan penyakit kusta, dan pasiennya sembuh dan dirinya tidak tertular. Dalam teori natural therapi, virus atau penyakit yang lainnya akan mudah menyerang pada mereka dengan gelombang rendah, dikatakan di bawah 25 HZ. Dan pada mereka yang cendrung berpikir negatif, takut, cemas dan stress gelombangnya berada dibawah 25 HZ.
Pada mereka yang kondisinya tenang, nyaman, berpikir positif gelombangnya berada di atas 25 HZ, dan pada mereka yang diliputi perasaan dan pikiran cinta kasih maka gelombangnya sangat tinggi, sampai dikatakan cinta kasih tanpa syarat memiliki gelombang mencapai 500 HZ.
Melihat juga contoh ibu-ibu atau orang tua kita saat upacara adat atau odalan, mereka dengan suka cita mempersiapkan segala sesuatunya untuk kelengkapan upacara, dengan begadang dan sebagainya. Setelah itu mereka menjalanin kegiatan upacara itu yang sudah pasti sangat menguras tenaganya, tapi kita lihat mereka senang, seria dan bahagia. Dan itu semua karena CINTA.
Mengawali semua dengan CINTA, menjalaninya dengan CINTA, maka sudah pasti akan berbuah kebahagiaan,
Pada akhirnya, semua karena cinta, dunia ini menjadi tempat yang lebih baik. Cinta mendorong kita untuk menjadi versi terbaik dari diri kita, untuk memberikan yang terbaik kepada orang lain, dan untuk terus bergerak maju meski dihadapkan pada kesulitan. Cinta adalah landasan dari segala sesuatu yang baik dan mulia dalam hidup ini.
Seperti perjalanan hidup yang saya jalani sampai saat ini, itu bukan karena saya kuat, karena masih banyak yang jauh lebih kuat dari saya. Bukan karena saya hebat karena masih banyak orang yang jauh lebih hebat dari saya. Bukan juga karena saya punya atau kaya karena jelas masih banyak orang yang jauh lebih kaya dari saya. itu bisa saya lakukan , semua karena CINTA
Dan terakhir biarkan cinta menjadi kompas yang memandu kita, memberikan arah dan tujuan dalam setiap langkah yang kita ambil. Karena semua yang kita lakukan, pada akhirnya, adalah semua karena cinta. [T]
BACA artikel lain dari penulis DOKTER CAPUT atau DR. DR. KETUT PUTRA SEDANA, SP.OG