KABAR gembira datang bagi industri pariwisata Tanah Air. Indeks atau peringkat kinerja pariwisata Indonesia meningkat. Berdasarkan keterangan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, Indonesia menduduki peringkat 22 dunia.
Indeks kinerja pariwisata atau Travel Tourism Development Index (TTDI) yang dirilis oleh World Ekonomic Forum (WEF) pada tanggal 21 Mei 2024, posisi Indonesia melompat dari peringkat 32 di tahun 2021 menjadi peringkat 22 di tahun 2024 ini. Lompatan yang luar biasa, tentunya. Mengingat tahun 2019 Indonesia masih ada di peringkat 36 dunia.
Peningkatan kinerja pariwisata Indonesia melampaui Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Bahkan yang luar biasa, Indonesia berhasil mengungguli Belgia, Selandia Baru, dan Turki. Prestasi yang cukup membanggakan, di tengah beban berat yang sedang dipikul pariwisata Indonesia pasca pandemi Covid-19.
Lompatan indeks kinerja pariwisata Indonesia didasarkan pada lima aspek penilaian (Antara, 26 Mei 2024). Pertama, keberhasilan Indonesia melejit 10 peringkat dibanding tahun 2021 adalah karena kondisi lingkungan bisnis, keamanan, dan kesehatan yang mendukung ekosistem pariwisata.
Kedua, infrastruktur dan layanan di bidang pariwisata. Ketiga, kebijakan yang berkaitan dengan pariwisata. Keempat, sumber daya pariwisata yang dimiliki, baik berupa alam maupun budaya. Kelima, keberlanjutan pariwisata.
Indonesia memang melakukan lompatan besar dalam kinerja pariwisatanya. Dan itu patut untuk diapresiasi. Meski demikian, bukan berarti pariwisata Indonesia sedang baik-baik saja tanpa masalah. Beban berat justru menghadang perkembangan pariwisata di masa datang.
Faktor Keberhasilan
Sukses Indonesia menduduki peringkat 22 dari 119 negara di dunia itu sudah pasti merupakan kerja keras seluruh pemangku kepentingan di sektor pariwisata. Keberhasilan Indonesia tidak terlepas dari dua faktor pendukung.
Pertama, tingkat kompetisi (competitiveness) pariwisata Indonesia sudah mulai membaik. Jika dibandingkan negara yang peringkatnya di bawah, Indonesia memiliki tingkat kompetisi atau daya saing lebih baik.
Kompetisi bisa berkaitan dengan harga produk wisata, akomodasi, kualitas produk, maupun bentuk pelayanan. Terdapat peningkatan terhadap daya saing pariwisata Indonesia di pasar wisata dunia.
Kedua, Indonesia juga mengalami peningkatan dalam keunggulan nilai komparatif (comparative value). Keunggulan komparatif menjadi salah satu pertimbangan bagi wisatawan untuk mengunjungi satu destinasi di sebuah negara.
Keunggulan komparatif pariwisata Indonesia antara lain ada pada paket wisatanya. Indonesia memiliki paket wisata yang komplit. Banyak pemandangan alam yang masih natural. Indonesia juga memiliki banyak ragam seni budaya, kuliner, dan kerajinan rakyat.
Keunggulan berikutnya terdapat pada kondisi Indonesia saat ini. Di mata dunia, Indonesia dianggap sebagai negara yang aman, sehat, dan nyaman untuk dikunjungi. Hal itu terlihat dari kesuksesan Indonesia menggelar event-event internasional seperti konferensi, olah raga, dan konser musik. Semua berjalan lancar, aman, dan sukses.
Tugas Berat
Apakah lompatan indeks kinerja itu menggambarkan kondisi pariwisata Indonesia sudah pulih? Pertanyaan yang tidak dapat terburu-buru untuk dijawab. Mengingat kendala ekonomi dalam negeri masih menghadang. Harga kebutuhan komoditas pangan yang melambung dan biaya transportasi yang tinggi menjadi beban berat pemulihan pariwisata.
Oleh karenanya tugas berat menyertai peningkatan indeks kinerja pariwisata. Infrastruktur pariwisata Indonesia masih banyak yang perlu dibenahi, utamanya pada objek dan daya tarik wisata di daerah. Banyak destinasi wisata daerah yang belum terjangkau infrastruktur jaringan telekomunikasi.
Aksebilitas menuju destinasi wisata menjadi tugas berat pemerintah dalam mengembangkan pariwisata di daerah. Begitu pun dengan amenitas berupa tempat parkir, toilet yang bersih, maupun kios cinderamata yang belum tertata dengan baik.
Peningkatan kualitas SDM pariwisata merupakan tugas yang selalu harus dilakukan berkesinambungan. Pelayanan di sektor pariwisata harus diberikan oleh SDM yang memiliki kualifikasi dan standar internasional. Sedangkan di daerah masih banyak SDM pariwisata yang melayani wisatawan dengan keterampilan seadanya.
Faktor penting yang menjadi tugas berat pemerintah adalah membuat kebijakan di sektor pariwisata yang mendukung upaya konservasi dan regenerasi. Dampak negatif pariwisata mesti diantisipasi dengan kebijakan yang mendukung konservasi alam dan regenerasi kerusakan alam.
Sektor pariwisata Indonesia saat ini sedang menanggung beban berat. Pelanggaran tata ruang untuk kepentingan pariwisata nyaris terjadi di semua daerah. Persawahan berubah menjadi hotel, villa, dan restoran. Rindang pepohonan berubah menjadi beton-beton untuk kepentingan pariwisata.
Sederet masalah menyertai kenaikan indeks kinerja pariwisata Indonesia. Pencemaran lingkungan di darat, laut, sungai, danau, dan udara. Sampah mewarnai pemandangan di destinasi wisata. Kemacetan lalu lintas membuat ketidaknyaman wisatawan. Tindak kriminalitas juga mulai terjadi di destinasi wisata; baik yang dilakukan oleh penduduk lokal maupun wisatawan.
Lompatan peringkat kinerja pariwisata Indonesia bukan sekadar hitungan angka. Di baliknya ada amanat, di belakangnya ada beban berat. [T]
BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU