OLAHRAGA sekaligus aktifitas paling murah-meriah dan paling membangkitkan semua gairah jiwa dan raga barang kali adalah lari atau jalan kaki.
Tidak terasa sudah hari minggu. Saya bangun tepat pukul 05.00 pagi. Tetap saja masih kalah sama ayam yang sudah berkokok mulai pukul 4.30 pagi.
Sambil meneguk segelas air hangat, saya mengaktifkan gawai dan melihat beberapa kabar berita. Masih seputaran sepak bola, bagaimana bahagianya Mancunian (fans Manchester United) yang timnya keluar sebagai juara Piala FA setelah mengalahkan rival bebuyutannya, Manchester City.
Alhasil, beberapa komen di media sosial saling ledek dan itu hal biasa saja. Begitu juga perasaan senang para fans Inter Milan, Atalanta, Juventus, Real Madrid, Bahkan Bayern Leverkusen.
Sepak bola memang selalu menarik meski banyak pula yang bilang sangat membosankan. Tapi saya tidak akan membahas sepak bola, ini cuma berita yang muncul di timeline media sosial saya saja.
Tepat pukul 06.00 pagi saya menuju jogging track Pantai Desa Les. Lari pagi diimbangi dengan jalan kaki sembari menanti matahari terbit adalah menu yang setiap hari bisa dinikmati dengan gratis. Hanya butuh kebiasaan bangun lebih pagi saja.
Paving jalan tepi pantai ini mempunyai panjang kurang lebih 1.5 km. Lumayan jika dikali 2 atau bahkan 5 kali bolak -balik. Minimal 3 km sampai 7,5 km.
Tempat ini sudah mulai sibuk saban pagi. Mulai dari aktifitas masyarakat nelayan yang kembali sejak semalaman mengadu kail di lautan, sampai aktifitas para petani garam. Terlebih akhir pekan seperti hari ini, anak muda-mudi rajin memakai sepatu, sedikit berlari, berjalan dan selfie sambil menikmati mentari pagi.
Gumung Rinjani juga sangat berbaik hati, menampakan sebagian dirinya dari sudut pantai ini. Tak pelak tempat ini mendapat peringkat khusus tanpa pengecualian, setidaknya bagi masyarakat Desa Les. Warga dari desa tetangga, bahkan luar negeri, sudah pernah menjajal tempat ini.
Tetapi yang paling membuat saya senang adalah kemauan dan kenikmatan berwisata di desa sendiri. Ini masih pagi, jika sore akan banyak lagi pejalan kaki dan pedagang kopi dan jajanan lokal di sini. Setidaknya perputaran ekonomi bisa dirasakan sepanjang 1.5 kilometer di tempat ini.
Karena matahari mulai meninggi, saya masih penasaran, apa iya di Bali Utara, Buleleng ini tidak ada apa-apa? Atau jangan -jangan, orang-orangnya jalan-jalannya ke Korea saja. Haha.. Selamat pagi.[T]