“MENDENGARKAN dongeng atau cerita, membaca, dan berolahraga. Tiga hal yang saya lakukan sejak usia 11 tahun ketika tangan kiri saya harus diamputasi.”
Itulah cerita Gol A Gong, Duta Baca Indonesia, saat mengajak saya dan ratusan peserta lainnya untuk membudayakan gerakan membaca pada acara Bincang-Bincang Bersama Duta Baca Indonesia di Kabupaten Buleleng dengan tema “Membaca Itu Sehat, Menulis Itu Hebat” di Hotel Banyualit, Kamis, 25 April 2024.
Kegemarannya membaca menjadikan ia penulis produktif. Tak mengenal lelah, sebagai Duta Baca Indonesia ia terus bergerak dari kota sampai ke pelosok-pelosok desa menjalankan misi membumikan literasi. Bukti ia sehat dan hebat karena ketekunan mendengarkan cerita, berolahraga, dan tentu saja membaca.
Sementara itu, Kadek Sonia Piscayanti—akademisi sekaligus aktivis literasi, salah satu narasumber kegiatan Bincang-Bincang Bersama Duta Baca Indonesia tersebut—mengatakan literasi tak sekadar kemampuan baca tulis. Tetapi kemampuan untuk mengelola pikiran, perasaan, emosi, dan perilaku sehingga tercapai kesadaran penuh dalam diri atau mindfullness. Pribadi yang mindfull adaptif terhadap perubahan bahkan mampu menciptakan kebaruan.
Menurut saya, Gol A Gong adalah salah satu sosok mindfull yang dikatakan Kadek Sonia itu. Maka dari itulah, saya tak cukup menyimak ceritanya saat mengisi acara bincang-bincang dan pelatihan kepenulisan potensi daerah di Hotel Banyualit.
Kamis sore, ceritanya saya buru sampai di Komunitas Mahima. Komunitas di mana saya bertemu dengan orang-orang yang juga punya misi yang sama dengan Gol A Gong. Sebut saja, Made Adnyana Ole, Jaswanto, dan tentu saja Kadek Sonia si pendiri komunitas. Mereka dengan ikhlas menerima siapa saja yang mau belajar membaca dan menulis. Saya salah satunya. Walupun sampai saat ini saya belum bisa menjadi pembaca dan penulis yang baik.
Suasana diskusi bersama Gol A Gong di Rumah Belajar Komunitas Mahima | Foto: Rusdy
Di Mahima, Gol A Gong banyak bercerita tentang pengalaman kreatifnya di dunia tulis menulis. Dari era kertas sampai era digital. Dari menjadi wartawan majalah, penulis skenario, penulis 120-an buku hingga sekarang sebagai Duta Baca Indonesia. Lalu apa yang menyebabkan ia sukses menjalani semua itu?
“Berani mengambil risiko dan berkompromi,” kata penulis novel Balada Si Roy ini.
Ketekunan membaca dan menulis sejak kecil membuat dirinya mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat. Ia mampu berdamai dengan perubahan. Hingga menjadikannya pemenang pada setiap kesempatan.
Gol A Gong telah bertandang ke Komunitas Mahima sebanyak dua kali. Artinya sudah dua kali juga ia melakukan safari literasi di Singaraja. Kunjungan pertamanya Februari tahun 2022. Dari ceritanya di Hotel Banyualit, belum ada kota di Indonesia yang ia kunjungi sebanyak dua kali.
“Saya jatuh cinta sama Singaraja,” tulis Gol A Gong di kolom komentar unggahan facebook Made Adnyana Ole (26/04/2024).
Ini bukti kesungguhan hatinya menjadikan Singaraja sebagai kota yang literat. Singaraja sebagai mindfull city seperti yang dicita-citakan Kadek Sonia. Sebagai warga Singaraja saya patut berbangga.
Namun, saya juga patut menaruh rasa curiga. Jangan-jangan kedatangannya karena minat baca di Singaraja yang dikenal sebagai kota pendidikan ini masih rendah. Jika benar, berarti masalah krusial ini belum sepenuhnya disadari.
Saya sangat bersyukur bisa menyimak cerita Gol A Gong. Cerita tentang begitu pentingnya membaca untuk menumbuhkan kesadaran penuh dalam diri. Apalagi menumbuhkan kegemaran membaca adalah bagian dari tugas saya sebagai seorang guru. “Nah, sudahkah diri ini membaca?” Tanya hati saya dengan penuh sungguh.[T]