BLAAAR! Suara seperti bom di film-film itu membangunkan saya. Kaca jendela kamar berderak untuk beberapa detik. Tidak lama kemudian, suara menggelegar kembali terdengar 4-5 kali dengan tingkat kebisingan yang semakin tinggi. Telinga saya berdenging. Saya lihat angka waktu di ponsel, menunjukkan pukul 23.17. Saya mengumpat untuk melampiaskan kekesalan.
Dengan gegas saya membuka tirai jendela, melihat ke jalan. Sepi. Hanya ada sisa-sisa cahaya kemerahan di langit utara. Fuih! Suara petasan berbagai ukuran yang diterbangkan dengan balon plastik itu kembali menebar teror. Tapi kali ini kelewatan, karena diledakkan pada menjelang tengah malam dengan kebisingan yang sangat menggangu.
Untuk beberapa saat, saya merasa menyesal memutuskan tinggal di desa yang sunyi ini. Selain petasan pada momen tertentu, kebisingan juga datang ketika seperangkat audio menyalak setiap ada hajatan. Belakangan, musik dengan kebisingan di luar ambang batas itu mereka sebut dengan “sound horeg”.
Sebenarnya tidak kali ini saja saya mendengar suara-suara bising itu. Tapi tetap saja mengagetkan, dan tentu saja membuat kesal. Hingga saat ini saya masih belum mengerti. Apa yang membuat mereka terhibur dengan suara-suara yang bisa mengganggu kesehatan gendang telinga tersebut?
Tapi saya segera menyadari, dan memakluminya. Sebab, kebisingan itu tidak hadir setiap hari dan setiap saat. Hanya pada momen-momen tertentu saja. Lagi pula, mereka yang selama ini hidup dipagut kesunyian hampir setiap hari, butuh hiburan. Bisa jadi mereka mendapatkan katarsis dengan kebisingan itu.
Saya yang notabene lahir dan tumbuh di kota besar, jangan-jangan hanya merasa sok jenuh dengan hiruk-pikuk kehidupan kota. Hanya karena kalah kemudian saya memutuskan meminggir ke desa. Konsekuensinya, saya harus menerima situasi tersebut.
Mereka juga butuh hiburan, butuh pelepasan jiwa. Di kota, orang-orang bisa mencari hiburan di klub malam, mendengar live music di cafe, atau sekadar nongkrong di kedai kopi. Tapi warga desa memiliki bentuk hiburan sendiri.
Saya sudah mendapatkan kemewahan dengan kicau burung yang hadir setiap hari. Saya memperoleh lahan dengan kesuburan yang memadai untuk menanam berbagai komoditas, untuk memenuhi kebutuhan dapur. Maka, saya akan menenggang kebisingan itu. Jika mampu, saya akan belajar menikmatinya. [T]
BACA esai-esai lain dari penulisMADE WIRYA