BULELENG atau yang dikenal dengan juga sebutan Den Bukit adalah kabupaten di Bali Utara yang menjadi tempat saya dilahirkan. Den berarti utara, sehingga den bukit berarti wilayah yang ada di bagian utara bukit.
Kabupaten dengan wilayah sebesar 136.588 hektar dan terbagi menjadi 9 kecamatan, 129 desa, 19 kelurahan, 550 dusun/banjar dan 58 lingkungan serta 170 desa adat (Dinas Pekerjaaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Bali, 2024). Namun kali ini kita tidak akan mengulik geografisnya di atas kertas, kita akan membahas Den Bukit dalam bidang kesehatan dan juga budayanya.
Den Bukit dari sudut Sejarah dan Budaya
Den bukit sangatlah erat dengan sejarah seperti pohon Buleleng/jagung gembal/sorgum dan sejarah Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Dalam Babad Buleleng disebutkan bahwa beliau adalah putra dari raja di Klungkung, Dalem Segening dan Ni Luh Pasek, yang dikirim ke Buleleng bersama pengawalnya dengan bekal pusaka legendaris bernama Ki Tunjung Tutur dan Ki Bayu Semang. Pusaka Ki Tunjung Tutur ini berupa tombak dan disimpan di Puri Ageng Blahbatuh, sedangkan Ki Bayu Semang yang berupa keris disimpan di Puri Gede Buleleng dan Desa Adat Buleleng.
Pada tahun 1660, kerajaan Buleleng terbentuk dan dibawah Anglurah Panji Sakti kerajaan berjalan aman dan sejahtera, bahkan bisa melakukan ekspansi ke Balmbangan dan pasuruan. Milliter beliau dikenal dengan sebutan Taruna Goak. Bahkan hingga saat ini tradisi megoak-goakan masih dilestarikan di desa Panji. Laskar yang dibentuk beliau juga terdiri multietnis seperti Hindu, Islam, Cina, dan lain-lain. Bahkan saat ini masih erat di desa Pegayaman adalah salah satu cikal bakal dari penduduk Blambangan.
Dari uraian di atas, menarik untuk mengemas sejarah Den Bukit menjadi daya Tarik wisatawan. Penelitian tahun 2017 oleh Dinas Pariwisata Buleleng menunjukkan 55,30% wisatawan tertarik dengan wisata budaya lokal dan sejarah, Adapun tempat-tempat potensial tersebut seperti: Gedong Kirtya, Makam Jaya Prana, Pura Pulaki, Vihara Banjar, Pura Madwe Karang, Museum Buleleng; Gde Manik. Selain itu tradisi unik di Buleleng seperti nyakan diwang, megoak-goakan, dan lain-lain.
Ada yang menarik tentang Buleleng berupa warisan budaya tak benda (WBTB) seperti Tradisi Ngusaba Bukakak di Desa Sangsit untuk mengucapkan syukur kepada dewi kesuburan; Lukisan Wayang Kaca di Desa Nagasepaha yang muncul sejak tahun 1927; dan Tradisi megoak goakan di Desa Panji yang dipentaskan menjelang hari Raya Nyepi.
Wellness Tourism di Den Bukit
Berbicara tentang kesehatan, banyak orang hanya memikirkan dari sudut pandang fisiknya. Padahal sehat adalah tentang fisik, psikis, sosial, dan spiritual dari klien secara holistik. Buleleng sendiri dengan karakteristik wisatawan yang datang paling banyak dengan usia 21-35 tahun (37,45%); 36-45 (30,40%); dan 46-55 tahun (15%) maka kita bisa petakan membuat program-program berupa wellness tourism seperti olahraga di alam dan Spiritual healing. Area Lovina dan Pemuteran menjadi fokus karena kunjungan paling besar area tersebut. Namun jangan lupakan area pegunungan seperti di Munduk, Gobleg, Panca
sari ketiga tempat itu menjadi primadona baru dengan pemandangan alamnya. Sehingga Den Bukit sebenarnya memiliki keuntungan dibadingkan daerah lain yaitu konsep Nyegara Gunung-nyayang tidak dimiliki oleh tempat lain. Olahraga di alam seperti di Air Terjun Munduk, Air Panas Banjar, Air Terjun Gitgit bisa dikemas untuk sport bahkan healing karena dapat menyegarkan badan dan psikis.
Dengan adanya area spiritual, maka Buleleng bisa kita kembangkan konsep melukat/water pure healing di area seperti Pua Tirta Sudhamala, Pura Segara Taman Beji Ponjok Batu, Pura Yeh Ketipat, Pura Sakti di Pejarakan, Pura Taman Beji di Pancasari, Pura Bulakan Solas di Desa Bulian, dan tempat lainnya.
Jangan lupa aspek kesehatan adalah hal yang mahal dan bisa kita deteksi dengan melakukan medical check up (MCU) oleh tim medis yang professional. Para stakeholder bisa saling bahu membahu seperti yang dilakukan oleh tim medis RSU Kertha Usada dan Klinik Utama Teratai Dharma Medika. MCU ini bisa dilakukan tempat mereka menginap, sehingga mereka bisa sehat secara fisik, psikis, sosial, dan spiritual.
Teknik yang bisa gunakan untuk menarik wisatawan ke Buleleng yaitu dengan pendekatan dengan agen-agen di Buleleng maupun di Bali serta para senator maupun influencer. Selain itu keterlibatan tim hotel sangatlah penting sehingga wisatawan terjaring dari semua lini.
Oh ya, keterlibatan dan reward ke desa adat amatlah penting, karena nanti ini yang akan menjadi marketing tersendiri. Aman dan nyaman mereka di Buleleng maka akan semakin meningkat kunjungan wisatawan. Bangga untuk Bulelengku, dirgahayu ke-420 tahun Den Bukit. Salam. [T]
BACA artikel lain dari penulisdr. Putu Sukedana