DENPASAR | TATKALA.CO — Wimbakara (Lomba) Musikalisasi Puisi Bali serangkaian Bulan Bahasa Bali (BBB) VI “diserbu” para pendatang baru. Kehadiran para peserta baru ini memberikan warna dan model garapan musikalisasi yang baru pula—walaupun terkadang kurang masuk dalam suasana musikalisasi puisi, sebagaimana dikatakan I Komang Darmayuda, S.Sn., M.Si, selaku dewan juri.
Meski demikian, Komang Darmayuda tetap menganggap hal tersebut menarik sebab banyak peserta baru. Itu dikatakannya seusai menjuri di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Rabu (7/2/2024).
Dalam menggarap musikalisasi puisi Bali perlu memperhatikan penataan, yaitu menata subuah puisi menjadi musikalisasi puisi atau membuat melodi agar tidak hilang makna daripada puisi itu. Selain itu, penataan musik juga penting untuk menghindari kesan monoton, asal jangan mendominasi.
“Kali ini ada peserta lomba yang menggarap musik dari awal semua alat musiknya bermain dan vokalnya juga menyanyi, sehingga tidak bisa mendengarkan pesan yang ada dalam puisi itu. Kami menjadi bingung karena pesan puisi itu terkadang tertimbun oleh musiknya,” ucap Darmayuda.
Dosen Musik Insitut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini menambahkan, dalam mengkemas musikalisasi puisi, peserta diminta untuk menjadikannya sesuatu yang betul-betul menarik, tanpa kehilangan roh dari pada puisi itu sendiri.
“Itu yang sulit dicari oleh para peserta kali ini. Walau demikian, di antara peserta yang tampil, sudah ada yang menemukan hal seperti itu, sehinghga mereka tidak hanya tampil indah, bagus, dan harmonis, tetapi juga membuat kita merindng mendengarkan gubahan puisi menjadi musikalisasi puisi. Keren dan kreatif banget,” tuturnya.
Dari segi peserta, jumlah peserta dalam lomba kali ini memang lebih sedikit dari tahun lalu, tapi ada yang baru. Pada lomba tahun lalu, pesertanya memang banyak, tetapi hanya orang-orang itu saja yang mendaftar. Untuk lomba tahun ini pesertanya baru-baru, hanya satu dua yang sudah pernah tampil. Peserta baru ini menawarkan suatu konsep yang berbeda.
“Mungkin saja belum pernah melihat musikaliasi yang ada, sehingga mereka menafsisrkan, seperti itu. Penampilanya, membuat terpesona, tetapi pesan puisisnya belum jelas,” kata Darmayuda.
Para peserta tahun ini lebih bebas mengekpresikan. Ada pula peserta yang tetap berpegang pada puisisnya, sehingga makna dan pesan dalam puisi itu dapat dirasakan oleh penonton. Itu sebagai suatu penafsiran yang kreatif.
“Tetapi ada pula yang memamerkan kreativitas, namun keluar dari jiwa puisinya. Misalnya dalam kidung prihen temen itu temanya sedih—karena untuk orang meninggal, tetapi ada yanng tidak memanfaatkan lirik itu, sehinga suasananya tidak kena di stu. Walaupun dari segi penampilan sangat bagus,” paparnya.
Komang Darmayuda kemudian mengapresiasi semua peserta, karena semua musikalisasi puisi yang dibawakan sesuai dengan tema Bulan Bahasa Bali tahun ini, yakni “Jana Kerthi”. Baik ketika menampilkan puisi pilihan ataupun puisi bebas, semuanya telah mengandung dengan tema BBB tahun 2024 ini.
“Namun, menjadi cacatan penting, kami berterima kasih terhadap generasi muda yang banyak terlibat di dalam kegiatan Bulan Bahasa Bali. Itu artinya mereka peduli dan melestarikan bahasa ibu. Di situ genarasi muda berkontribusi. Mereka yang suka musik, bisa masuk lewat ajang musikalisasi puisi ini,” jelasnya.
Keterlibatra anak-anak muda dinilai luar biasa. Antusiasme ini menjadi begitu tinggi. Sebab, yang datang tak hanya peserta itu-itu saja, tetapi banyak yang baru. Sebagai juri, Darmayuda berharap, tahun depan lebih banyak lagi anak-anak SMA dan perguruan tinggi yang hadir di sini untuk menunjukan kreativitasnya dalam melestarikan bahasa ibu di ajang musikalisasi puisi.
“Kemudian mengekspresikan rasa musikalitasnya, serta menumbuhkan rasa penguasaan sastra Bali itu. Mudah-mudahan lebih banyak peserta untuk lomba kedepannya,” harapnya.
Pada waktu yang bersamaan, anak-anak setingkat SMP mengikuti Wimbakara Ngwacen Puisi Bali Anyar yang bertempat di Kalangan Angsoka. Peserta lomba ini cukup banyak, yakni 30 peserta dari SMP di seluruh Bali. Dalam lomba ini, peserta juga ditunut kreativitas, khususnya dalam menjiwai puisi yang dibaca, sehingga makna dan pesan bisa sampai.[T][Bud/*]
Editor: Jaswanto