–Catatan Harian Sugi Lanus, 12 Januari 2024
MAHARSI Agastya adalah anggota dari Sapta Rsi (Tujuh Nabi Penerima Wahyu Weda) yang paling berpengaruh di Asia Tenggara.
Prasasti Canggal (654 Saka atau 732 Masehi) di Magelang dan Prasasti Dinoyo (682 Saka atau 760 Masehi) di Malang adalah dua dari sekian bukti prasasti yang memuliakan Maharsi Agastya dalam penyelenggaraan ritual berdasar Weda di Nusantara.
Arca Maharsi Agastya yang terindah di dunia yang berasal dari Candi Banon di Jawa Tengah kini disimpan di Museum Nasional di Jakarta.
Dari ratusan ikonografi atau arca suci Maharsi Agastya yang ditemukan di Jawa, Bali dan Sumatera, arca Maharsi Agastya yang masih insitu bisa ditemui di dua candi utama di Jawa: Prambanan dan Singosari. Kedua candi ini adalah monumen peradaban besar Nusantara yang memuliakan Maharsi Agastya sebagai figur sentral dan tokoh utama dalam penyebaran teks suci Weda.
Patung Maharsi Agastya | Sumber IG Sugi Lanus
Maharsi Agastya sendiri disebutkan dalam keempat Weda (kitab utama Hindu yang memuat wahyu yang diterima oleh para Maharsi atau nabi penerima wahyu). Maharsi Agastya merupakan tokoh yang secara jelas disebutkan dalam Brahmana, Aranyaka, Upanishad, epos, dan banyak Purana.
Maharsi Agastya menyusun himne 1.165 hingga 1.191 dari Rgveda (~1200 SM). Beliau menjalankan sekolah Weda (gurukul), sebagaimana dibuktikan dengan himne 1.179 dari Rgveda yang menyebutkan penulisnya adalah istrinya Lopamudra dan murid-muridnya.
Beliau adalah maharsi yang sangat dihormati di era Weda, karena banyak himne Rgveda lainnya yang disusun oleh orang bijak lain merujuk pada Agastya. Nyanyian pujian yang digubah oleh Agastya dikenal karena permainan verbal dan perumpamaannya, teka-teki dan permainan kata-kata, serta gambaran jernih dan tegas yang tertanam dalam pesan spiritualnya.
Di Bali Maharsi Agastya dimuliakan dalam teks lontar kuno berbahasa Kawi (Jawa Kuno) yang berjudul “Agastya Parwa” — berisi ajaran penting yang diperkirakan berasal dari era Medang Kemulan.
Terwariskan pula sebuah mantra khusus pemuliaan Sapta Rsi dalam bentuk lontar beredar di kalangan Pedanda di Bali, mantra ini spesifik memuliakan Maharsi Agastya dengan praminya Lopamudra, yang disebutkan dahulu tinggal di Jawadwipa. Setidaknya ada 3 pura era Bali Kuno yang masih memiliki arca Maharsi Agastya sebagai sarana pemuliaan beliau. [T]
BACA artikel lain dari penulis SUGI LANUS