24 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Museum Adityawarman: Jejak Budaya Minangkabau yang Memukau

Ulfah Nurul WahidahbyUlfah Nurul Wahidah
December 17, 2023
inTualang
Museum Adityawarman: Jejak Budaya Minangkabau yang Memukau

Museum Adityawarman | Foto: Dok. Ulfah

TIGA September lalu, sebagai peserta pertukaran mahasiswa merdeka di Kota Padang bersama teman kelompok Modul Nusantara lain, saya berkesempatan mengunjungi Museum Adityawarman yang terletak di Kota Padang. Meskipun panas matahari membakar tubuh dan rasa gerah menyerang kami sampai berkeringat, semangat kami tetap membara layaknya bara api yang berkobar.

Perjalanan terasa menyenangkan karena diselingi canda dan tawa sehingga tidak terasa membosankan. Sebelum sampai ke museum Adityawarman, kami sempat berhenti di Jembatan Siti Nurbaya untuk melakukan dokumentasi dan mendapat pengetahuan bahwa jembatan ini adalah pelabuhan tempat VOC dan Jepang pertama kali datang ke Padang.

(Dinamakan Jembatan Siti Nurbaya karena katanya di atas bukit dekat jembatan ini bersemayam makam Siti Nurbaya yang terkenal itu. Saya melihat tempat ini sebagai tempat bersejarah yang menyimpan banyak cerita di tengah Kota Padang.) Perjalanan menuju ke Museum Adityawarman dilanjutkan setelah kami berfoto ria di jembatan tersebut.

Kelompok Modul Nusantara foto di dekat Jembatan Siti Nurbaya / Foto: Dok. Ulfah

Ketika kami tiba di museum, jam telah menunjukkan pukul 09:50. Selanjutnya kami dikenalkan kepada kepada Kak Mega, salah seorang pemandu di Museum Adityawarman. Kami diajak berkeliling museum sembari mendengarkan penjelasan Kak Mega mengenai koleksi yang ada di museum.

Koleksi yang tersimpan di museum banyak menampilkan adat dan tradisi masyarakat Minang, mulai dari pakaian adat, aksesoris pernikahan, rumah adat asal Minang, dan rangkiang. Selain itu, museum ini juga menyimpan koleksi zaman purba, beberapa peninggalan zaman VOC, koleksi budaya Suku Mentawai, koleksi teknologika, serta museum khusus randang.

Museum Adityawarman dibangun atas inisiasi Gubernur Sumatera Barat, yaitu Harun Arrasyid pada tahun 1973. Selanjutnya, pada tahun 1977, museum ini diresmikan oleh Prof. Syarief Thayeb, Menteri Pendidikan Indonesia yang saat itu menjabat. Nama museum ini diambil dari nama raja Malayupura pada awal abad 14, yaitu Raja Adityawarman.

Museum Adityawarman masuk ke dalam kategori museum umum yang ada di bawah Dinas Kebudayaan Sumatera Barat. Untuk luas museum ini sekitar 2 hektare lebih. Sedangkan Koleksi museum ini meliputi sepuluh kategori, yaitu  geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika, filolo­gika, keramologika, seni rupa, dan teknologika.

***

Hal pertama yang diperlihatkan kepada kami adalah koleksi etnografika berupa adat dan kebudayaan Minangkabau. Kak Mega menjelaskan bahwa daerah Minang itu terbagi dua, yaitu daerah darek dan dan daerah rantau.

Daerah darek adalah daerah asli orang Minang yang meliputi daerah Tanah Datar, Agam, dan daerah Lima Puluh Kota. Sedangkan daerah rantau adalah daerah tempat orang Minang mencari penghasilan—daerah rantau ini adalah daerah selain dari tiga daerah darek tadi.

Selain menjelaskan perbedaan dua daerah tadi, Kak Mega juga mengatakan bahwa orang Minang yang menetap di rantau tidak boleh membangun rumah gadang atau rumah bagonjong, hal ini sebagai antisipasi jika orang rantau tak mau pulang. Maka, rumah gadang atau rumah bagonjong hanya bisa ditemui di daerah darek saja, tempat orang Minang pulang kampung.

Selanjutnya, Kak Mega menjelaskan mengenai kepemimpinan yang ada di lingkungan budaya Minang. “Luhak bapanghulu rantau barajo,”kata Kak Mega. Lebih lanjut Kak Mega mengartikan bahwa daerah darek itu dipimpin oleh seorang datuak dan daerah rantau itu dipimpin oleh seorang raja.

Pemilihan dan pengangkatan seorang datuak ini didasarkan pada tiga syarat kepemimpinan orang Minang, yaitu takah, tageh dan tokoh yang berarti berpenampilan baik, tegas, dan memiliki pengaruh di masyarakat.

Ketika seorang datuak dipilih dan diangkat, maka akan ada perayaan dengan menyembelih kerbau dan memasak randang atau rendang. Kemudian, Kak Mega menjelaskan bahwa pewaris gelar seorang datuak bukanlah anak kandung datuak, melainkan anak laki-laki dari saudara perempuan datuak. Tentulah hal ini dikarenakan budaya Minang yang menganut adat matrilineal, yaitu adat yang menilai hubungan kekerabatan bertumpu pada garis keturunan ibu.

Peran lain yang tak kalah penting dalam budaya Minang adalah adanya bundo kanduang—perempuan yang dituakan dan  bertanggung jawab atas kesejahteraan kaum. Seorang bundo kanduang memiliki hak dan kewajiban menjadi kepala para wanita yang tinggal di rumah gadang.

Seorang bundo kanduang tentulah harus wanita yang sudah menikah dan seorang bijaksana. Seorang bundo kanduang memiliki kedudukan penting dalam tradisi Minang

Selain sistem kepemimpinan dan adat matrilineal Minangkabau, kami juga diperlihatkan kepada rangkiang dan replika kamar khas Minang. Rangkiang adalah gudang penyimpanan yang memiliki pintu di atas. “Rangkiang ini adalah ciri dari pemikiran nenek moyang orang Minang yang bisa dikatakan visioner,” kata Kak Mega, menjelaskan.

Rangkiang ini tahan banjir, angin, dan pencuri karena jika ingin memasuki rangkiang haruslah memakai tangga terlebih dahulu. Selain itu, Kak Mega juga memberitahu kami bahwa dalam rumah gadang itu jumlah kamar disesuaikan dengan banyaknya anak perempuan dalam keluarga. Anak laki-laki tidak diberi kamar karena mereka tidur, belajar agama, dan silek di surau. Setelah beristri barulah laki-laki Minang ini memiliki kamar bersama istrinya.

Rangkiang di Museum Adityawarman / Foto: Dok. Ulfah

Setelah itu, kami diajak melihat berbagai aksesoris pernikahan dalam budaya Minang. Setiap daerah memiliki aksesoris dan perhiasan yang berbeda. Misalnya di daerah Agam, pakaian pengantin yang digunakan adalah baju Koto Gadang, hal ini tentu berbeda dengan daerah Padang dan Pariaman yang banyak menggunakan suntiang.

“Suntiang ini adalah lambang tanggung jawab yang akan diampu seorang perempuan apabila telah menikah, maka tak heran suntiang ini cukup berat jika digunakan di atas kepala,” ujar Kak Mega.

Setelah banyak mengetahui tradisi, adat, dan budaya Minang, Kak Mega mengajak kami ke Museum Randang yang baru selesai dibangun tahun 2020. Di dalam museum itu ada banyak informasi mengenai rendang, di antaranya  sejarah rendang, rempah yang digunakan untuk membumbui rendang, serta alat yang digunakan untuk memasak rendang.

Secara rinci, Kak Mega menjelaskan bahwa rempah yang digunakan untuk memasak rendang itu memiliki arti. Misalnya kelapa memiliki arti golongan cendikiawan, cabai merah memiliki arti para alim ulama yang senantiasa menegur untuk meninggalkan hal-hal yang dilarang.

Kelompok Modul Nusantara foto di Museum Adityawarman / Foto: Dok. Ulfah

Selain daging, randang juga bisa berasal dari daun-daunan, ikan-ikanan, dan lain-lain. Lama memasak randang ini adalah sekitar 8 jam dan harus terus diawasi. Meskipun cara masaknya cukup membutuhkan kesabaran, randang ini cukup awet dan bisa bertahan sekitar 40 hari.

Di Museum Adityawarman ini kami juga diperlihatkan koleksi teknologika dan koleksi hewan-hewan yang diawetkan. Kunjungan kami di Museum Adityawarman diakhiri dengan makan siang bersama di pelataran museum. Sebuah kesempatan yang amat menyenangkan dan menambah wawasan untuk bisa mengunjungi museum ini.

Sebagai mahasiswa pertukaran dari luar Sumatera, saya jadi banyak belajar mengenai kebudayaan Minangkabau. Saya menyadari bahwa setiap budaya di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikannya sendiri-sendiri. Sebagai orang Sunda saya juga menyadari kekhasan budaya Sunda yang berbeda dengan budaya Minang.

Setelah kunjungan ke museum tersebut saya banyak mengkomparasikan kebudayaan daerah, menggali keunikannya dan kemudian merasa bangga bisa terlahir di tanah yang kaya akan budaya dan tradisi ini, Tanah Air kita, Indonesia.[T]

Palembang: Kota Tua dan Rawa-Rawa
Pulau Merah: Surga di Selatan Banyuwangi
Cerita dari Lombok: Teater, Tenun dan MotoGP
Teater dan Oleh-Oleh dari Jogja
Tags: MuseumperjalananSumatera Barat
Previous Post

Teater, Jakarta, dan Impian yang Terwujud

Next Post

B-PART: Ragam Raga, Ruang, dan Kemungkinan

Ulfah Nurul Wahidah

Ulfah Nurul Wahidah

Mahasiswa FIB Unpad yang saat ini sedang melakukan pertukaran mahasiswa di Universitas Andalas, Sumatera Barat. Akun Ig: ulfahnw__

Next Post
B-PART: Ragam Raga, Ruang, dan Kemungkinan

B-PART: Ragam Raga, Ruang, dan Kemungkinan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mars dan Venus: Menjaga Harmoni Kodrati

by Dewa Rhadea
May 24, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DI langit malam, Mars dan Venus tampak berkilau. Dua planet yang berbeda, namun justru saling memperindah langit yang sama. Seolah...

Read more

“Storynomics Tourism”: Tutur Cerita dalam Wisata

by Chusmeru
May 24, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

BANYAK pertimbangan wisatawan berkunjung ke satu destinasi wisata. Selain potensi alam dan budayanya, daya tarik destinasi wisata terletak pada kelengkapan...

Read more

Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

by Stebby Julionatan
May 23, 2025
0
Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

DALAM dunia pendidikan, kemampuan berbicara bukan hanya tentang menyampaikan kata-kata, melainkan juga menyangkut kepercayaan diri, daya pikir kritis, dan keterampilan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co