BERLARI adalah gerakan yang mendasari hampir semua olah raga lainnya. Jika sebutlah, olah raga catur atau balapan dan beberapa cabang olah raga lain, minus gerakan berlari, setidaknya untuk menyiapkan kesehatan tubuhnya, para atlet olah raga tersebut dijamin tetap melakukan olah raga berlari secara taratur. Maka, berlari bukan saja adalah gerakan dasar semua olah raga, melainkan juga ibunya olah raga.
Ibu, ia yang telah melahirkan, memelihara bahkan memeluk jasad anak-anaknya. Ialah ibu pertiwi. Ibu pertiwi juga yang melapangkan tempatnya untuk dilalui para pelari. Demikianlah, berlari telah mempertemukan ibunya olah raga dengan ibu pertiwi.
Mestinya berlari akan memberikan kita kesehatan dan mengingatkan bakti kita kepada bumi pertiwi. Ibu pertiwi yang… sedang bersusah hati, air matanya berlinang, mas intannya terkenang, hutan gunung sawah lautan, simpanan kekayaan, kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa…
Berlari, adalah ibunya olah raga yang tak pernah menyerang musuh. Ia ingin mengajak semua menjadi pemenang. Maka, tak perlu ada wasit atau juri yang harus memutuskan pemenang dari sebuah persaingan yang ruwet dan penuh intrik.
Karena berlari sungguh tak perlu lawan yang harus dikalahkan, justru semua pelari menuju tujuan yang sama, yaitu finish. Garis akhir yang tak membuat kita jumawa, karena dengan tiba-tiba membuat kita eling, seberapa pun kekuatan dan kecepatan manusia, pada akhirnya ia harus berhenti.
Adakah pelari yang mampu berlari tiada henti? Mungkin saja ia tahan menjajal lintasan ultra marathon hingga ratusan kilo meter. Namun pada akhirnya, akan berhenti juga. Bahkan tak sedikit yang harus berhenti sebelum garis akhir, dan itu bukanlah sebuah kekalahan. Karena kekalahan yang sesungguhnya adalah, mengagungkan kemenangan sebagai dewa dan menjadikannya ambisi untuk dikuasai.
Berlari, dilakukan oleh semua umat manusia, semua usia, sangat egaliter. Bahkan bisa diikuti anjing-anjing kesayangan mereka. Kini menjadi gaya hidup yang cukup disegani dan semakin diminati. Sebuah entitas olah raga paling sederhana telah menyatukan manusia di berbagai belahan dunia. Warga global tak hanya kemudian dapat mengenal berbagai kota dan lokasi eksotik di seluruh dunia, namun olah raga lari ini telah menancapkan spirit inklusivisme yang sedemikan kuat.
Pelari dari semua benua dapat ambil bagian di seluruh event marathon di kota-kota besar dunia, tanpa halangan berbagai aturan yang bersifat ekslusif. Negeri kita pun meraih berkah dari ajang Borobudur marathon yang semakin dikenal oleh dunia. Sebuah perhelatan yang menautkan sport dan tradisi peradaban Nusantara yang adi luhung.
Marathon yang menekankan kekuatan fisik dan kerendahan hati, adalah refleksi penciptaan candi termegah dunia, candi Borobudur, yang dibangun dengan kekuatan fisik tak terkira dan keikhlasan jiwa-jiwa para penciptanya. Sebuah misteri, kemegahan yang tentunya telah dibangun secara marathon.
Berlari, selalu mengingatkan kita untuk memulai. Sesuatu, yang sering kali enggan kita perbuat. Bahkan tak jarang, manusia telah berhenti, menyerah sebelum memulai. Maka memulai satu langkah atau lompatan kecil adalah sebuah harapan besar. Ratusan kilo meter ultra marathon selalu dimulai dari satu langkah pendek.
Demikian juga, 2 juta potong batu yang telah membentuk seluruh bangunan candi Borobudur seluas 2.5 hektar itu, dimulai dengan peletakan sepotong batu andesit. Langkah pendek, lompatan kecil, sepotong batu yang kemudian diteruskan dengan tekad kuat dan namun selalu diiringi keikhlasan, akan sampai pada kemenangan yang hakiki. Maka teruslah berlari, karena setiap kontraksi otot, denyut jantung yang tetap terjaga dan peparu yang terus mengembang akan membawa kita pada ibu kehidupan yaitu, kesehatan.[T]
- Klik BACA untuk melihat esai dan cerpen dari penulis DOKTER PUTU ARYA NUGRAHA